Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 07:23 WIB | Senin, 02 November 2015

Khatib Istisqa Ajak Umat Islam Bertaubat

Salat Istisqa yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta yang diikuti oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sejumlah Menteri Kabinet Kerja dan ribuan umat Islam untuk meminta hujan dalam rangka memberikan bantuan terhadap bencana kebakaran hutan dan kabut asap yang melanda di Sumatera dan Kalimantan. (Foto: Dok. satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Suasana khusyuk semakin terasa khidmah tatkala khatib Salat Istisqa, KH Makruf Amin mengawali khutbahnya dengan membaca kalimat istighfar sebanyak sembilan kali.

Ribuan umat Islam yang berkumpul di halaman lantai dua Masjid Istiqlal tertunduk khusyuk, mendalami ajakan bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT yang disampaikan khatib.

Pada hari Minggu (01/11) pagi, tepatnya pukul 07.15 WIB, Salat Istisqa di Masjid Istiqlal dimulai. Tampil sebagai imam salat, H. Hasanudin Sinaga Al Hafidz. Hadir dalam kesempatan ini, Wapres Jusuf Kalla, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan  beberapa menteri lainnya, serta ribuan umat Islam.

Salat Istisqa dilaksanakan dalam rangka memohon diturunkannya hujan keberkahan dari Allah SWT. Maklum, sudah lebih dari dua bulan, Indonesia dilanda kekeringan dan kemarau panjang. Bahkan di beberapa tempat juga terjadi kebakaran yang tidak hanya menggangu aktivitas, tetapi juga mengancam jiwa masyarakat.

Usai salat, KH Makrum Amin naik podium untuk menyampaikan khutbah Istisqanya. Kiai Makruf mengajak umat Islam untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh dan mengisi kehidupan ke depan amal saleh.  Dalam suasana kepirhatinan kemarau panjang ini, Kiai Makruf mengajak umat Islam untuk bertafakkur, melihat ke dalam diri masing-masing tentang  dosa dan maksiat yang selama ini dilakukan.

“Kita datang untuk mengadu kepada Allah atas kondisi kekeringan yang dialami, dengan hati ikhlas karena Allah, bukan karena imbalan, pangkat, kedudukan, nama baik atau lainnya. Kita datang untuk menyesali semua dosa yang telah diperbuat lalu memohon ampun kepada Allah dan berharap agar Allah menghilangkan kekeringan dengan diberkahi turunnya hujan,” kata Ketua MUI ini.

Menurutnya, sebagai hamba, banyak ajaran Allah yang telah diabaikan. Sebagai ayah, banyak di antara umat Islam yang juga belum mampu memberikan bimbingan kepada anak. Sebagai ibu, banyak juga yang belum mampu menjalankan tugas rumah tangga dan keibuannya dengan baik.

Sebagai pejabat, lanjut Kiai Makruf, banyak juga para birokrat  yang belum optimal dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Juga sebagai ulama, tidak sedikit ahli agama yang belum mampu membimbing umat agar berjalan di jalan Allah.

“Sadarilah bahwa maksiat membawa dampak dan akibat. Maksiat yang dilakukan orang perorang bisa berakibat dicabutnya kenikmatan,” kata Rois Syuriah PBNU ini.

“Maksiat dalam berbangsa dan bernegara bisa berakibat dicabutnya keberkahan dari negara tersebut. Maksiat dalam pengelolaan alam bisa betakibat timbulnya bencana alam yang tak terkirakan,” dia menambahkan.

Di hadapan ribuan umat Islam, Kiai Makruf mengingatkan bahwa dalam konsidi keprihatinan, taubat dan penyesalan adalah hal penting yang harus  dilakukan sungguh-sungguh.

 “Bertaubat atas segala perilaku yang bertentangan dengan ajaran, perilaku bertikai harus segera diakhiri dan  isi kehidupan ini dengan kebajikan dan amal saleh,” kata dia.

Khutbahnya Kiai Makruf ditutup dengan doa memohon ampunan dan berharap agar  Allah SWT menurunkan hujan keberkahan. Sebelumnya, Kiai Makruf yang awalnya menghadap jemaah saat menyampaikan khutbah, membalikan badannya ke arah kiblat (membelakangi jemaah), lalu memindahkan selendang (sorban) yang awalnya ada di bahu kiri ke bahu kanannya.

“Marilah segera memohon ampun dengan sungguh-sungguh dan mengisi setiap kesempatan dengan amal saleh. Semoga cobaan ini bisa segera berakhir dan Allah segera menurunkan hujan sebagai rahmat dan manfaat yang memberkahi kehidupan,” katanya.(kemenag.go.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home