Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 11:28 WIB | Rabu, 04 Desember 2013

Khawatir Fed Menarik Stimulus, Indeks Pasar Saham Turun

Ilustrasi. (Foto: Antara)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Saham-saham di Wall Street turun pada Selasa (Rabu, 4/12 pagi WIB) untuk hari kedua berturut-turut, karena meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan segera menarik kembali program pembelian obligasinya. Akibatnya, ini menarik indeks di Hong Kong, Jepang, dan Indonesia turun.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 94,15 poin atau 0,59 persen menjadi ditutup pada 15.914,62. Indeks berbasis luas S&P 500 berakhir merosot 5,75 poin atau 0,32 persen menjadi 1.795,15, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq turun 8,06 poin atau 0,20 persen menjadi ditutup pada 4.037,20.

Aksi jual muncul karena para investor fokus pada prospek bahwa Fed dapat memangkas program pembelian obligasi 85 miliar dolar AS per bulan, lebih awal dari yang diyakini sebelumnya, mungkin pada pertemuan kebijakan moneternya dalam dua pekan.

Spekulasi itu meningkat menyusul data ekonomi yang kuat pada Senin (2/12), kelangkaan berita ekonomi utama pada Selasa dan menjelang laporan besar tenaga kerja AS pada Jumat (6/12), banyak yang merasa hal itu bisa mempercepat tindakan Fed jika pertumbuhan pekerjaan kuat.

Pasar jatuh karena “lebih banyak ketakutan pengurangan stimulus” ketika data ekonomi meningkat, kata Brent Schutte dari BMO Private Bank.

Komponen Dow, Pfizer, turun 1,9 persen setelah Goldman Sachs menghapusnya dari daftar “conviction buy”. Goldman mengatakan melihat kurangnya kenaikan untuk Pfizer sehubungan dengan kenaikan dalam nilainya, Barrons.com melaporkan.

GM melaporkan kenaikan 14 persen dalam penjualan mobil November, namun sahamnya turun 2,5 persen. Produsen mobil saingannya, Ford, membukukan kinerja terbaik sejak November 2004, namun saham turun 2,9 persen.

Raksasa teknologi Apple melonjak 2,7 persen setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa perusahaan itu mengakuisisi perusahaan analisis media sosial Topsy Labs senilai lebih dari 200 juta dolar AS. Secara terpisah, catatan Jefferies mengutip bukti anekdotal yang menyatakan Apple memiliki sebuah akhir pekan Black Friday “besar”.

Perusahaan mobil listrik Tesla Motors melonjak 16,5 persen setelah melaporkan bahwa Pemerintah Jerman telah menghentikan penyelidikan keselamatannya. Secara terpisah, Morgan Stanley mengatakan pemula AS itu adalah “top pick” di antara 26 nama dalam sektor otomotif AS.

Jaringan restoran cepat saji Yum Brands kehilangan 2,7 persen setelah melaporkan peningkatan penjualan satu persen di China, tetapi mencatat bahwa peningkatan itu didorong sebagian oleh promosi satu kali di jaringan perusahaan Kentucky Fried Chicken. Perusahaan menjanjikan “kenaikan kembali yang kuat” pada 2014 “setelah tahun ini jelas di bawah harapan kami yang tinggi.”

Harga obligasi naik. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS berjangka 10-tahun turun menjadi 2,78 persen dari 2,80 persen pada Senin, sementara pada obligasi 30-tahun turun menjadi 3,84 persen dari 3,86 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan.

 

Dolar Melemah

Kurs dolar melemah pada Selasa (Rabu, 4/12 pagi WIB), karena investor menunggu sejumlah data penting pekan ini yang bisa memberikan petunjuk tentang kapan Federal Reserve dapat mengurangi stimulus besar-besarannya.

Euro naik menjadi 1,3589 dolar sekitar pukul 22.00 GMT (Rabu pukul 05.00 WIB) dari 1,3539 dolar pada saat yang sama Senin (2/12).

Dolar jatuh menjadi 102,48 yen dari 102,94 yen, sementara euro turun tipis menjadi 139,27 yen dari 139,38 yen.

“Dengan tidak adanya data ekonomi AS yang dijadwalkan untuk dirilis hari ini, aksi ambil untung (profit taking) mendorong dolar lebih rendah,” kata Kathy Lien dari BK Asset Management.

Lien mengatakan fokus pasar akan mulai bergeser ke pasar tenaga kerja AS pada Rabu dengan rilis laporan ADP tentang penciptaan lapangan kerja sektor swasta, data sektor jasa dari Institute for Supply Management (ISM) dan laporan Beige Book Federal Reserve tentang kondisi ekonomi.

“Ini adalah tiga indikator utama yang paling penting untuk laporan penggajian nonpertanian pada Jumat,” katanya.

Investor berharap bahwa laporan pekerjaan November dari Departemen Tenaga Kerja pada Jumat akan memberikan petunjuk tentang kapan Federal Reserve akan mulai mengurangi program pembelian aset 85 miliar dolar AS per bulan. Beberapa analis mengatakan itu bisa terjadi di pertemuan kebijakan moneter The Fed pada 17-18 Desember.

Lien menyoroti berita bahwa yuan China telah mengambil alih posisi euro menjadi mata uang yang paling banyak digunakan kedua dalam keuangan perdagangan internasional, setelah dolar.

Pangsa pasar yuan, juga dikenal sebagai renminbi (RMB), di perdagangan keuangan tradisional mencapai 8,66 persen pada Oktober, melebihi euro pada 6,64 persen, Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) mengatakan pada Selasa.

“Sementara perdagangan yang sebenarnya dalam mata uang tetap sangat kecil dibandingkan dengan mata uang utama, penggunaan mata uang untuk perdagangan meningkat pesat terutama karena China mencari cara untuk menghilangkan risiko nilai tukar dan mengurangi penggunaan dolar,” kata Lien.

“Pada saat yang sama, yuan juga menjadi mata uang kontrak yang makin populer, sebuah tren yang diperkirakan tidak akan berubah.”

Dolar jatuh terhadap mata uang Swiss, menjadi 0,9041 franc dari 0,9085 franc pada akhir Senin.

Pound naik menjadi 1,6390 dolar dari 1,6354 dolar.

 

Saham Dibuka Rendah

Saham Hong Kong dibuka 0,80 persen lebih rendah pada Rabu setelah terjadi penurunan di Wall Street saat para trader menunggu rilis data AS pekan ini yang meliputi angka pekerjaan. Hang Seng Index turun 190,87 poin menjadi 23.719,60.

Saham Tokyo dibuka 1,46 persen lebih rendah pada Rabu setelah saham-saham AS dan dolar turun akibat kekhawatiran soal potensi pengurangan paket stimulus besar Federal Reserve.

Indeks acuan Nikkei 225 turun 229,46 poin menjadi 15.520,20 di awal perdagangan.

“Terjadi situasi overheat di pasar,” ujar Hiroichi Nishi, manajer umum ekuitas di SMBC Nikko Securities.

“Pengambilan keuntungan terjadi saat eksportir blue-chip dan domestik melakukan pembelian berlebihan dengan harga tinggi atau overbought akibat pemulihan ekonomi global,” katanya.

Pengambilan keuntungan menyebabkan dolar turun pada Selasa menjelang rilis angka pekan ini, yang memberikan petunjuk kapan Federal Reserve akan mengurangi stimulusnya.

Dolar diperdagangkan 102,45 yen (sekitar Rp 11.046,40) pada Rabu pagi terhadap 102,48 yen (sekitar Rp 11.049,63) di New York pada Selasa sore. Angka terbaru menurun tajam dari 103,25 yen (sekitar Rp 11.132,65) di Asia pada Selasa (3/12).

Yen yang lebih kuat negatif bagi eksportir Jepang karena akan mengikis daya saing mereka di luar negeri dan keuntungan yang dipulangkan.

Nilai tukar euro mencapai 1,3590 dolar Amerika (sekitar Rp 15.038,15) dan 139,11 yen (sekitar Rp 15.000,66) dibandingkan dengan 1,3589 dolar Amerika (sekitar Rp 15.037,04) dan 139,27 yen (sekitar Rp 15.020,06) di perdagangan AS.

Saham AS pada Selasa turun dalam dua hari berturut-turut saat spekulasi berkembang mengenai Federal Reserve yang akan segera menurunkan program pembelian obligasinya.

Dow Jones Industrial Average turun 0,59 persen menjadi 15.914,62.

 

IHSG Melemah, Rupiah Tertahan

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (4/12) pagi turun di posisi Rp 11.956 per dolar AS. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu dibuka turun 22,73 poin atau 0,53 persen menjadi 4.266,04. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 5,82 poin (0,81 persen) ke level 708,27. (AFP/Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home