KIP Minta BPPTKG PVMBG Berikan Informasi Terkait Merapi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP), Hendra J Kede, mengatakan KIP meminta Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk sesegera mungkin mengeluarkan Informasi Serta Merta sehubungan dengan adanya laporan letusan dan asap tebal di kawasan Gunung Merapi di Yogyakarta, Jumat (11/5).
“Sehubungan dengan adanya laporan terdengar gemuruh yang diiringi letusan dan asap tebal di kawasan Gunung Merapi Jogja, maka Komisi Infornasi Pusat meminta instansi pemerintah terkait untuk sesegera mungkin mengeluarkan Infornasi Serta Merta sebagaimana diperintahkan UU 14/2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik terkait kejadian tersebut,” kata Hendra J Kede dalam keterangan resmi yang diterima satuharapan.com di Jakarta, hari Jumat (11/5).
Hendra mengatakan semua pihak terkait diminta memberikan informasi yang diperlukan masyarakat untuk mengantisipasi berbagai hal pascaerupsi freatik Gunung Merapi.
“Dan memberikan informasi yang diperlukan oleh masyarakat untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi dan membahayakan masyarakat,” katanya.
Pascaerupsi freatik Gunung Merapi yang terjadi pada 11 Mei 2018 pukul 07.32 WIB, hujan abu terjadi di beberapa tempat khususnya di bagian selatan hingga barat daya dari puncak kawah Gunung Merapi.
Pihak otoritas Bandara Adisutjipto Yogyakarta, seperti dilaporkan Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyampaikan penutupan sementara bandara yang terdampak sebaran hujan abu vulkanik Gunung Merapi, dari pukul 10.42 WIB sampai dengan 11.10 WIB pada 11 Mei 2018 ini.
Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Klaten, Megelang, Boyolali dan Sleman meletus freatik pada Jumat (11/5/2018) sekitar pukul 07.32 WIB disertai suara gemuruh dengan tekanan sedang hingga kuat dan tinggi kolom 5.500 meter dari puncak kawah. Letusan melontatkan abu vulkanik, pasir dan material piroklatik.
“Letusan berlangsung tiba-tiba. Jenis letusan adalah letusan freatik yang terjadi akibat dorongan tekanan uap air yang terjadi akibat kontak massa air dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi. Jenis letusan ini tidak berbahaya dan dapat terjadi kapan saja pada gunungapi aktif. Biasanya letusan hanya berlangsung sesaat. Gunung Merapi sebelumnya pernah terjadi letusan freatik,” kata Sutopo.
Status Gunung Merapi hingga saat ini masih tetap normal (Level I) dengan radius berbahaya adalah 3 kilometer dari puncak kawah. PVMBG tidak menaikkan status Gunung Merapi dan masih terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik.
“Masyarakat dihimbau tetap tenang. Belum ada laporan korban jiwa,” katanya.
BPBD dan aparat masih melakukan pemantauan. BPBD Sleman telah menginstruksikan masyarakat yang tinggal dalam radius 5 km seperti daerah Kinahrejo sudah diinstruksikan untuk evakuasi ke bawah di barak pengungsi. Masyarakat merespon dengan evakuasi mandiri ke tempat yang aman.
Para pendaki gunung Merapi dihimbau mengikuti rekomendasi dan tidak memaksakan diri mendekati puncak kawah. Berdasarkan laporan sementara terdapat sekitar 120 orang yang mendaki dan mendekati Pasar Bubrah. Kondisinya semua selamat.
BPBD telah mendistribusikan masker. Hujan abu diperkirakan turun di sekitar Gunung Merapi khususnya di bagian selatan dan tergantung dari arah angin. Dilaporkan hujan abu vulkanik terjafi di Tugu Kaliurang Sleman Yogyakarta. Posko BNPB terus berkoordinasi dengan BPPTKG PVMBG dan BPBD.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...