Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta Widiadi 14:16 WIB | Kamis, 13 Agustus 2015

Kisah Goresan Tinta Petugas Kebersihan kepada Pebulu Tangkis

Kisah Goresan Tinta Petugas Kebersihan kepada Pebulu Tangkis
Mamat atau Ahmad Husein sedang membersihkan dedaunan yang mengotori bagian depan Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono, Kompleks Olah Raga Ragunan, Jakarta Selatan. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Kisah Goresan Tinta Petugas Kebersihan kepada Pebulu Tangkis
Mamat (kaus putih) bergabung jadi satu depngan para penonton yang memadati GOR Asia Afrika, Jakarta beberapa waktu lalu untuk menyaksikan Kejuaraan Bulu Tangkis Candra Wijaya.
Kisah Goresan Tinta Petugas Kebersihan kepada Pebulu Tangkis
Mamat bersantai sejenak setelah meladeni pertanyaan satuharapan.com di depan Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono, Kompleks Olah Raga Ragunan, Jakarta Selatan.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan tambun tidak membuat dia menjadi minder karena derap langkahnya  singkat. Sesekali laki-laki yang menggunakan topi berwarna abu-abu tersebut menyapa para pebulu tangkis muda yang berlatih di Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono, di Kompleks Olah Raga Ragunan, Jakarta. Memang tidak banyak orang mempedulikan sosok Ahmad Husein atau yang biasa disapa Mamat, sehari-hari dia bekerja serabutan di markas salah satu klub bulu tangkis terbesar di Indonesia, Persatuan Bulu Tangkis (PB) Jaya Raya.

Tunggu dulu. Menyebut nama Jaya Raya tidak dapat  dipisahkan dari perkembangan  bulu tangkis di Indonesia. Dalam klub ini sejak didirikan pada 1976 banyak nama pebulu tangkis tenar muncul silih berganti  mulai Rudy Hartono, Retno Kustiah, Imelda Wiguna, Lidya Djaelawidjaja, hingga kini Greysia Polii, Adrianti Firdasari, Markis Kido, Hendra Setiawan, Bellaetrix Manuputty dan masih banyak lagi pebulu tangkis. Lalu siapakah Mamat?

Surat Kepada Pebulu Tangkis

Kepada satuharapan.com, (31/7) sembari menyapu di bagian pintu masuk Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono,  Mamat mengaku kerja serabutan di Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono, Ragunan, Jakarta demi memenuhi ambisinya melihat pebulu tangkis Indonesia berjaya, khususnya yang berasal di Jaya Raya, tempat dia bekerja.

Mamat sangat mencintai bulu tangkis, dia mengatakan satu hal yang membedakan antara dia dan penggemar bulu tangkis lainnya adalah sepucuk surat yang selalu dia kirim ke pebulu tangkis ternama.

Mamat mengatakan pegawai lain–tukang sapu, penjaga keamanan, dan lain-lain–hanya paham dan hafal nama-nama pebulu tangkis terkenal, tetapi jarang ada yang seperti Mamat hingga akrab di kantin atau duduk bercanda bersama. 

“Saya menulis untuk Susi (Susi Susanti) tahun 1993 menjelang dia kejuaraan dunia, terus  saya tulis lagi sebelum olimpiade 1996 dan juga untuk Ardi (Ardi Bernardus Wiranata),” kata Mamat.

Saat ditanya tentang motivasi menulis kepada pebulu tangkis, tidak lain dia hanya ingin melihat bulu tangkis tetap diperhitungkan sebagai olah raga berprestasi di Indonesia. “Saya menulis (kepada pebulu tangkis) menyemangati mereka bermain, saya mendapat inspirasi untuk menyemangati mereka dari Allah  lewat kata-kata terus saya kirim lewat pos. Waktu itu masih di pelatnas Asia Afrika, terus 1995 full ke Cipayung,” kata dia kepada satuharapan.com.

Menurut penelusuran sejarah wikipiedia.org, Susi Susanti di tunggal putri bulu tangkis Indonesia memenangkan medali emas bagi Indonesia pada 1992 di Olimpiade yang diselenggarakan di Barcelona, Spanyol.

Surat yang dikirim Mamat ke Susi Susanti tidak dia lakukan lagi pasca Susi memenangkan medali emas 1992 dan Kejuaraan Dunia 1993.

Mamat mengisahkan surat lain yang dia kirim antara 1993 sampai dengan 1995 ke pebulu tangkis yang satu era dengan Susi, yakni Ardi Bernardus Wiranata.

“Nah yang lucu nih waktu lebaran 1994, bapaknya Ardi Wiranata ngasih ke saya kue lebaran. Yang nerima waktu itu ibu saya, waktu itu saya belum nyampe di rumah, tetapi setelah saya sampe di rumah orang tua saya bilang ada orang tua Ardi Wiranata ngasih saya kue lebaran. Dia bilang terima kasih untuk Pak Mamat untuk semangatnya,” kata Mamat.

Mamat menuturkan bahwa dia mensyukuri keadaannya sekarang, walau dianggap sebelah mata dan bukan siapa-siapa untuk bulu tangkis Indonesia. Namun dia sempat mendapat “penghargaan” atas seringnya memberi motivasi lewat surat ke Ardi Wiranata.

Saat itu Ardi tidak ikut memberikan hadiah tersebut, kata Mamat, hadiah lebaran tersebut diterima orang tuanya.

“Kita selalu ada kebanggaan kalau juara, rasanya tidak percuma memberi motivasi dari pinggir lapangan apalagi kalau makan bareng  mereka,” kata dia.

Salah satu keunggulan dia dapat mendekati para pebulu tangkis yakni  sifatnya yang terbuka, dia menyebut keterbukaan yang dia tularkan kepada para atlet adalah sikap dan sifat yang tidak dibuat-buat.

“Saya memang di sini nggak digaji, tetapi saya dekat dengan atlet. Kalau Mas mau tahu, beberapa kali saya semeja makan dengan Kido, sama pemain lainnya,” kata dia.

Mamat mengisahkan semasa tinggal di dekat Pelatnas PBSI Cipayung dia berulang kali mengirim surat ke Markis Kido dan pasangannya waktu itu, Hendra Setiawan. Dia berulang kali tertawa terpingkal-pingkal karena tempat tinggal dia dan Pelatnas PBSI begitu dekat, namun dia mengirim surat menggunakan jasa kantor pos.

“Ha.ha..ha dibilang orang gila kali ya. Saya menghilang jangan sampai ketahuan gitu ya, saya nulis surat, setelah surat itu sampe. Saya kabur, malu sih ha ha ha,” kata Mamat.

Apabila bersantap meja makan bersama-sama dengan para pebulu tangkis, menurut Mamat, biasanya dia berlagak seperti pelatih yakni dengan mengevaluasi permainan para pebulu tangkis, namun dengan gaya yang santai dan penuh canda. Dengan seringnya intensitas pertemuan Mamat dengan para pebulu tangkis di meja makan, Mamat mengetahui satu per satu karakter pemain.

“Kido sering ngobrol (komunikatif), dia banyak cerita tentang Hendra–saat dia dan Hendra Setiawan masih berduet dan mempersembahkan  juara pertama di Kejuaraan Dunia 2007, dan medali emas di Olimpiade 2008–semua suka-duka yang dialami Kido sewaktu masih bareng Hendra,” kata dia.

Pasang Surut Kehidupan

Perbincangan dengan satuharapan.com berulang kali terhenti, banyak pebulu tangkis sebelum memasuki arena latihan menyalami Mamat satu persatu dan mencium tangan layaknya pelatih. Mamat walau bukan pelatih namun dia berani mengatakan satu persatu ke para pebulu tangkis muda Jaya Raya. “Ok, main yang baik ya,” kata Mamat.

Mamat kemudian bertanya hal-hal yang ringan kepada para pebulu tangkis putra dan putri, dia memberi nasehat agar bertanding atau berlatih dengan serius, mematuhi instruksi pelatih.

Mamat menjelaskan bahwa dia tulus mendukung bulu tangkis dalam kehidupannya, dia pernah bekerja di banyak klub bulu tangkis. Pada 2001 sampai dengan 2005, dia pernah bertempat tinggal di dekat Pelatnas PBSI (Pemusatan Pelatihan Nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia).

Dia sempat bekerja serabutan di sebuah klub bulu tangkis biasa yang berlokasi di dekat Cipayung, Jakarta Timur.

“Waktu itu sebenarnya saya bukan kerja di PBSI, saya ingat waktu itu saya ingat kalau Cipayung sudah tidak ada peluang kesempatan kerja lagi. Saya berulang kali melobi satpam atau pekerja di sana kalau bisa ada lowongan ya paling nggak tukang pel atau apa gitu, tapi ternyata sudah tertutup,” kata dia.

“Jadinya saya kerja di klub kecil namanya Santara, tetapi sekarang udah bubar saya mulai kerja di sana 2001 sampai 2005, saya di situ, terus 2005 akhir saya balik lagi Jaya Raya sampai sekarang,” kata dia.

Mamat memang membutuhkan uang, tetapi itu bukan motivasi hidupnya, karena yang paling utama dia hanya ingin hidup jujur sekaligus  melihat orang di sekelilingnya bahagia.

Mamat tetap bersemangat menjalani hidup walau saat dia menyemangati para pebulu tangkis tindakannya mendapat sorotan miring dari banyak orang.  

“Saya tahu sekarang banyak omongan miring ngapain juga sih Mamat ikut-ikut ke lapangan, terus disindir seperti itu malah dengan berbagai kalimat yang terkesan sadis ‘Mamat minta duit tuh’.  Tetapi ya biarlah silakan saja mereka menuduh saya macam-macam. Bagi saya yang jadi kebanggaan adalah jadi juara saja,” kata dia.

Kesaksian Orang-Orang di Sekitar Mamat

Salah satu sahabat di tempat kerja Mamat, yang berprofesi sebagai pembersih ruangan, Wani–yang tinggal di Kelurahan Gandul, Kecamatan Cinere, Kota Depok–menyebut apabila menanyakan tentang pebulu tangkis yang ada di PB Jaya Raya biasanya wartawan menanyakan dahulu ke Mamat. “Kalau saya sih cuma ngurus kebersihan aja, yang tahu banyak tentang pemain (pebulu tangkis) itu ya pak Mamat,” kata dia.

Wani mengatakan interaksi Mamat dengan para pebulu tangkis di Jaya Raya biasanya setelah latihan di kantin atau di luar Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono.

Sama halnya dengan Mamat, Ketua Harian PB Jaya Raya, Imelda Wiguna menuturkan dari sisi lain yakni Markis Kido yang sering kali berinteraksi dengan Mamat. Dia menyebut Kido ramah dan baik kepada siapa saja, termasuk dengan Mamat.

Pendapat Mamat Tentang Bulu Tangkis Indonesia

Mamat  menceritakan Jaya Raya tidak sekadar klub bulu tangkis biasa, dan banyak legenda bulu tangkis di Indonesia secara turun-temurun dari berbagai dekade lahir dari klub tersebut. Mamat mengetahui betul peta bulu tangkis di Indonesia, karena saat dia masih bekerja serabutan di klub bulu tangkis lain, tidak ada prestasi klub yang meroket layaknya Jaya Raya.

“Kalau ada kejuaraan dan nggak juara di sini (Jaya Raya) akan jadi bahan omongan, mas,” kata dia.

Dia sangat yakin olah raga bulu tangkis popularitasnya menjamur di Indonesia, seiring dengan stabilnya prestasi para pebulu tangkis yang mengharumkan  nama Indonesia. “Kalau di sini (Kompleks Olah Raga Ragunan) ya yang dilirik banyak orang ya cuma ini, mas, yang lain (cabang olah raga lain) mah nggak,” kata dia.

Mamat berpendapat para pemain yang sudah di Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur hendaknya jangan lupa akan akarnya, jangan lupa untuk sesekali kembali ke klubnya masing-masing bukan karena alasan historis, tetapi untuk alasan sopan santun dan tata krama.

“Saya ingat kalau mulai jamannya Susi Susanti itu berjaya yang namanya Pelatnas (PBSI Cipayung) itu (para pebulu tangkis) susah dideketin, karena yang namanya pelatnas itu sama seperti selebritis gitu lho,” kata Mamat.

Mamat berharap ada persamaan dalam seluruh nomor di bulu tangkis, agar Indonesia tidak hanya mengandalkan sektor ganda campuran dan putra saja, akan tetapi ada “regenerasi” yang cepat di nomor ganda putri, tunggal putra dan putri.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home