Kisah Pendeta Yerusa Maria Persiapkan Natal Inklusi 2020
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pendeta Yerusa Maria Agustini membagikan kisahnya dalam persiapan Natal Inklusi Komisi Remaja (KR) dan Komisi Pemuda (KP) Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pakuwon, Jakarta Barat, pada hari Minggu lalu, 13 Desember 2020.
Pendeta Maria, sapaan akrabnya mengatakan mereka mengadakan tapping (rekaman) pertama kali dengan KTR GKI Pinangsia dalam rangka persiapan Ibadah Natal Inklusi Remaja & Pemuda tahun 2020.
“Persiapannya begitu menegangkan, terhimpit waktu dan kesibukan teman-teman yang baru usai ujian akhir semester. Sehingga ada saat di mana Tuhan memberikan pengalaman yang menarik bagi para pemusik yaitu merasakan bagaimana rasanya "tidak bisa" menemukan cord dari guidance musik yang sudah dibuat untuk mau dimainkan. Tapi saya mengapresiasi usaha mereka yang tetap berusaha dan pantang menyerah,” kata Pendeta Maria kepada satuharapan.com, hari Jumat (18/12).
Menurut Pendeta Maria, waktu tapping yang dilaksanakan pada petang hari itu telah ditunggu-tunggu sejak siang hari oleh semua pihak. “Teman-teman dari KTR GKI Pinangsia akhirnya tiba di gereja kami, tahun yang lalu kami mengunjungi gereja mereka, tahun ini mereka mengunjungi gereja kami. Ada sukacita perjumpaan dan kerinduan kami satu dengan yang lain,” katanya.
Pendeta Maria mengatakan ada Yan dengan disabilitas rungu yang punya banyak kelebihan dengan kepercayaan dirinya memiliki kefasihan membaca gerak bibir. Yan menjadi penerjemah untuk kawan-kawan dengan disabilitas rungu yang lainnya.
“Dia (Yan) adalah penerjemah kotbah saya tahun yang lalu, dan sekarang menjadi Singer,” kata Pendeta Maria.
Pendeta Maria juga menyebutkan Rita dengan disabilitas rungu yang cantik dengan gerak-geriknya menarik hati. Ia akan menjadi liturgos. Kemudian ada Lao She Irene pendamping KTR GKI Pinangsia pengganti Ev. Shyta Chandra yang sudah mendampingi KTR bertahun-tahun.
“Sementara dari kami Liturgos Melisa, Singer Kent dari KP dan pemain musik Band KR (Stephanie, Marvel, Jaselyne, Valent) dari GKI Pakuwon,” kata Pendeta Maria.
Menurut Pendeta Maria, ada keberhasilan dan kegagalan dalam tapping yang membuat mereka tertawa bersama. “Ini makin menyadarkan saya dan mengajarkan saya tentang makna inklusi yang sebenarnya dalam praktek beribadah,” kata Pendeta Maria.
Pendeta Maria mengakui bersama Penginjil Shyta sudah mencoba mempersiapkan liturgi yang sederhana dengan bait-bait yang terbatas 1-2 bait dengan pengulangan-pengulangan. Namun ada beberapa kali MC mengucapkan kata yang sudah disepakati tapi ternyata sulit diterjemahkan dalam bahasa isyarat.
Lalu kemudian mereka berunding dengan Lao She Irene untuk bagaimana sebaiknya membenahi kata tersebut agar mudah dipahami, seperti contohnya kata "inklusi" yang adalah kata kunci namun nyaris tidak dapat disebutkan selama ibadah. Akhirnya disepakati untuk diganti dengan kata "bersama".
Selain itu beberapa lagu yang ternyata temponya kecepatan dan cukup kewalahan untuk diterjemahkan isyaratnya harus direvisi untuk tapping minggu berikutnya. Kemudian ada juga lagu yang ketinggian dan harus direndahkan nada dasarnya.
“Hal itu menyadarkan saya bahwa penggunaan pemilihan kata yang sederhana dan mudah dimengerti dan diterjemahkan, melambatkan tempo dan menurunkan nada lagu adalah sebuah proses modifikasi dan akomodasi yang seyogyanya terjadi dalam sebuah ibadah inklusi agar lagu-lagu dan musik dapat terakses oleh teman-teman penyandang disabilitas,” kata Pendeta Maria.
Lalu penerjemah bahasa isyarat yang berasal dari teman dengan disabilitas rungu sendiri dan formasi penerjemah bahasa isyarat yang tidak berada dikotak tersendiri namun kehadirannya ada di tempat yang sama dengan pelayan yang lain.
“Itu adalah upaya dari kami agar "atmosfer inklusi" tersebut dapat benar-benar dirasakan dalam ibadah yang meliputi: kesetaraan (pemberian kesempatan yang sama), penerimaan (oleh semuanya), fleksibilitas, kreativitas dan sensitivitas,” kata Pendeta Maria.
Diakhir tapping, kata Pendeta Maria, mereka sempat bertukar cerita tentang pergumulannya masing-masing menghadapi pandemi COVID-19, khususnya teman-teman dengan disabilitas rungu ini yang terbiasa membaca gerak bibir berjumpa dengan orang-orang yang berbicara sangat cepat atau bermasker.
“Sebelum berpisah mereka juga bercerita bagaimana penyandang disabilitas rungu pada umumnya dalam bersosialisasi merasa minder dan terkucil ketika mereka tidak dapat mengeluarkan suara dan ketika berjumpa dengan orang yang berbicara cepat sekali,” kata Pendeta Maria.
Pendeta Maria berharap dari cerita mereka ini dapat menjadi pengalaman yang membangkit sensitifitas kita kalau bertemu dengan teman dengan disabilitas rungu untuk tidak berbicara cepat-cepat.
“Kami masih akan tapping lagi minggu depan. Beberapa hasil rekaman mereka sudah kami terima dan membuat kami makin terkesima dengan God Masterpiece dan mengagumi pencipta-Nya. Doakan persiapan kami ya. To God to be the Glory. Soli Deo Gloria,” kata Pendeta Maria.
Sementara itu teman-teman dengan disabilitas yang lain dari Rawinala, Elsafan, I'm Star, Keke juga sedang mempersiapkan bagaian-bagian mereka di liturgi ibadah yang sama.
Dalam kesempatan ini Pendeta Yerusa Maria Agustini menyampaikan undangan dari KR & KP GKI Pakuwon yang mengundang saudara-saudari untuk mengikuti Ibadah Natal Inklusi Remaja & Pemuda yang accesible bagi Remaja dan Pemuda dengan disabilitas melalui aplikasi ZOOM dengan tema "Jangan Takut, Juruselamat Telah Lahir".
Ibadah Natal secara online ini dilaksanakan pada hari Minggu, 27 Desember 2020, Jam 11.00-12.30 WIB dengan Pembawa Firman: Pdt. Yerusa Maria Agustini & Ev Shyta Candra.
Bagi Remaja dan Pemuda yang akan mengikuti ibadah ini, Pendeta Maria mempersilahkan untuk melakukan pendaftaran dengan mengisi link di https://bit.ly/FormPendaftaranNatalGKIPakuwon
“Link zoom diinformasikan kemudian. Tempat terbatas hanya untuk 500 peserta ya. Jadi, segera mendaftar ya. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati,” kata Pendeta Yerusa Maria Agustini.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...