KLH: 15 Danau akan Diselamatkan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ekosistem danau yang semakin mengkhawatirkan berakibat pada semakin berkurangnya fungsi danau sebagai penyangga kehidupan. Kerusakan di daerah hulu, perubahan peruntukan lahan, perubahan fungsi hutan menjadi pemukiman, tidak berfungsinya kawasan hutan lindung, dan persoalan kualitas air menjadi masalah serius dan memerlukan tanggung jawab pemerintah. Kondisi ini menjadi latar belakang penyusunan grand design penyelamatan ekosistem danau Indonesia.
Ada 15 danau di seluruh Indonesia yang harus segera diselamatkan. Di Sumatera Danau Toba, Danau Kerinci, Danau Singkarak dan Danau Maninjau. Di Pulau Jawa, Danau Rawa Besar dan Rawa Pening, di Pulau Bali Danau Batur, Di Pulau Sulawesi Tondano, Limoto, Poso/Tentena, Tempe, dan Danau Matano.
Sedangkan di Kalimantan ada Danau Sentarum dan Danau Semayang Melintang Jempang yang sebenarnya tiga danau menjadi satu. Di Papua yang kritis Danau Sentani.
“Yang kita jadikan prioritas ada 15 danau, tetapi di Indonesia sebenarnya ada ribuan danau. Dan di situ ada danau, pasti di situ ada kehidupan. Jadi kalau kita menyelamatkan danau itu menyelamatkan peradaban manusia,” kata Arief Yuwono, Deputi III Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim di acara “Publikasi Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia” pada hari Selasa ini (11/6) di Hotel JW Marriot Kuningan, Jakarta. Acara ini diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Lima belas danau yang menjadi prioritas penyelamatan ini dihasilkan dari kesepakatan sembilan Menteri dari Konferensi Nasional Danau Indonesia (KNDI) I di Denpasar Bali tahun 2009. Lalu pada KNDI II tahun 2011 di Semarang diluncurkan rencana aksi penyelamatan ekosistem danau Indonesia dengan menjadikan Danau Rawa Pening sebagai model penyelamatan danau.
Keadaan tiap danau turut juga menentukan lamanya waktu penyelamatan danau. Dalam penyelamatan itu juga tidak ada pertentangan antara manusia dengan sumber daya alam. Penyelamatan danau ini melibatkan masyarakat karena keberadaan danau berdampingan dengan manusia di sekitarnya sehingga danau juga menjadi persoalan sosial. Karena itu masyarakat dilibatkan dalam menyelamatkan danau melalui dialog dan konsultasi publik. Dengan demikian penyelamatan danau menjadi bagian rencana yang lebih menyeluruh.
“Mengelola danau tidak hanya dari sumber daya air, tetapi juga ekosistemnya.” Proses ini akan sangat terbuka karena melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengakses dan memonitor.
Acara ini juga mengundang Ketua Panitia Kerja Kawasan Danau Komisi VII DPR-RI, Panitia Khusus I Dewan Sumber Daya Air Nasional 2013, juga Kementerian dan Lembaga terkait.
Editor : Yan Chrisna
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...