KLH Tolak Pembangunan Sumber Panas Bumi di Leuser
ACEH, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia menolak rencana pemerintah Provinsi Aceh menetapkan sebagian Taman Nasional Gunung Leuser untuk pengembangan panas bumi, untuk menyelamatkan harimau, orangutan, gajah dan badak yang hidup di sana.
Menurut kelompok konservasi lingkungan Mongabay, Kementerian menolak permohonan Gubernur Aceh Zaini Abdullah yang meminta agar bagian dari "zona inti" taman diubah menjadi "zona pemanfaatan" sehingga perusahaan Turki, Hitay Holdings, bisa mengembangkan sumber panas bumi di sana.
Pada akhir Agustus, Abdullah menulis surat kepada pemerintah pusat meminta untuk menetapkan zona ekosistem seluas 8.000 hektare untuk eksplorasi panas bumi.
Dalam surat itu, Abdullah mengatakan proyek tersebut akan membantu Presiden Joko Widodo, yang telah berjanji akan menambah 35.000 Megawatt listrik pada jaringan energi Indonesia menjelang tahun 2020.
Tetapi para ahli lingkungan, khawatir pembangunan semacam itu akan menimbulkan reaksi berantai yang mengarah pada hancurnya kawasan taman nasional Leuser itu.
"Di mana pun kita membuat jalan, akan terjadi perusakan alam," kata Farwiza Farhan, ketua LSM Aceh Hutan, Alam dan Lingkungan (HaKA).
Ia menambahkan, perusahaan-perusahaan kayu dan petani kecil yang memanfaatkan jalan-jalan itu untuk memanfaatkan hasil hutan akan mengakibatkan hilangnya habitat alam.
"Sekarang ini panas bumi, tapi apa berikutnya? Sekarang pun pihak berwenang tidak bisa melindungi hutan nasional Leuser," katanya.
Meskipun ada undang-undang konservasi, dalam beberapa puluh tahun terakhir pembalakan liar telah menggerogoti 5.500 hektare hutan Leuser per tahun.
Rencana pemerintah Aceh memanfaatkan panas bumi, difokuskan pada bagian dari Dataran Tinggi Kappi, seluas 150.000 hektare, bagian yang paling penting dari Taman Nasional Leuser itu.
"Kappi mencakup beberapa kawasan hutan terbaik yang masih tersisa di dunia," kata Rudi Putra, pendiri Forum Konservasi Leuser.
Banyak danau air asin di wilayah itu dan pohon buah-buahan, katanya, sehingga merupakan tempat tinggal ideal untuk hewan-hewan besar dan kecil.
Kira-kira 200 gajah sumatera yang hidup di dataran tinggi itu, sekitar 10 persen dari populasi gajah dunia yang masih ada, akan terancam kalau rencana geotermal itu dilaksanakan. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...