Kok Daya Juang Setiap Anak Beda ya?
SATUHARAPAN.COM - Guru dan orang tua yang biasanya mengajari anak pernah terpikir, “Kenapa ketahanan daya juang anak beda ya?” Ada yang kelihatan mudah sekali menyerah. Ada yang terlihat butuh adaptasi dulu bahkan di awal terlihat usahanya. Ada yang terlihat berjuang banget, hingga titik darah penghabisan. Hal ini bisa dilihat dari tipe daya juang anak. Daya juang dikaitkan dengan adversity quotient diperkenalkan oleh Paul Stoltz, PhD.
Secara harfiah, adversity (bahasa Inggris) bermakna kemalangan atau kegagalan. Sementara quotient adalah kecerdasan. Jadi, konsep adversity quotient adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi kegagalan atau tantangan, sehingga orang tersebut mampu mencapai keberhasilan.
Faktor yang mempengaruhi daya juang anak menurut Stoltz, yaitu daya saing, produktivitas, motivasi, keberanian mengambil resiko, sikap ketekunan, pemikiran optimis, dan kepribadian. Daya juang ini pun berkaitan dengan prestasi yang diraih. Semakin tinggi daya juang, maka semakin tinggi juga prestasi. Jika, daya juang anak rendah, anak cenderung mudah putus asa.
Lebih lanjut, Paul Stoltz menjelaskan ada tiga tipe daya juang, yaitu tipe quitter, tipe camper, dan tipe climber. Setiap tipe daya juang anak memiliki karakteristik berbeda dan cara penanganan yang berbeda pula.
Tipe quitter adalah anak yang menghindari tantangan dan cenderung memilih untuk keluar tanpa usaha. Terlihat mudah menyerah. Biasanya dimulai dari pikiran negatif anak, seperti sulit, tidak bisa, tidak memiliki kemampuan. Mereka berpikir, “Masalah ini terlalu berat untuk saya. Itu mustahil dilakukan.” Tips untuk orang tua dengan anak tipe ini, berikan semangat dan dukungan. Boleh sesekali berikan contoh, bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Tipe camper adalah anak yang mudah merasa puas dan cenderung berhenti di tengah. Tidak mau bersusah payah lebih keras lagi. Biasanya anak memutuskan untuk tidak melanjutkan tantangan karena situasi dan cenderung tidak mau meninggalkan zona nyaman yang sudah dicapainya. Mereka berpikir, “Saya sudah berjuang dan saya lelah. Saatnya beristirahat. Saya sudah berada diposisi yang saya mau kok dan sekarang sudah oke.” Lalu melupakan target atau tujuan utama.
Tipe climber adalah anak yang berani mengambil resiko dan tidak mudah menyerah, hingga berhasil. Biasanya punya pola pikir yang positif dan optimis Tipe ini memiliki daya juang tinggi. Mereka berpikir, “Saya pasti mampu dan selalu punya banyak jalan menuju kesuksesan.” Masalah atau tantangan bukan menjadi halangan bagi tipe ini.
Jadi, bagi para pendidik baik orang tua, guru maupun pengasuh perlu tau karakteristik anak, sehingga dapat memberikan motivasi yang sesuai dengan daya juang masing-masing anak.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...