Kolaborasi Peracik-Penyaji dalam “Bakulan”
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Untuk karya instalasi, sedang saya siapkan karakter-karakter boneka. Saya membuat rancangan desain, sementara pengerjaannya dibantu oleh Amriana. Kalimat tersebut disampaikan seniman-perupa Luddy Astaghis kepada satuharapan.com pada sebuah pembukaan pameran seni rupa di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Selasa (19/2) malam.
Dengan mengangkat tajuk “Bakulan”, Luddy Astaghis mempresentasikan karya-karya terbarunya di BBY. Pameran dibuka Selasa (14/5) sore oleh seniman-perupa Heri Dono.
Dalam sambutannya Heri Dono mengapresiasi kerja seni Luddy yang mencoba mengangkat persoalan-persoalan kemanusiaan dari berbagai sektor-sektor di luar persoalan estetika yang hanya berada di wilayah yang statis dan konvensional dengan menggunakan figur seperti tokoh-tokoh dalam wayang marioneta.
“Saya melihat bahwa karya Luddy Astaghis ini sebenarnya menjadi satu pijakan untuk memulai pijakan-pijakan lainnya. Karena karya-karya ini bila berada di wilayah animasi akan menjadi sesuatu yang lebih hidup dibanding dengan (penyajian dalam pameran saat ini) yang lebih statik,” jelas Hedi Dono saat memberikan sambutan pembukaan pameran.
Delapan judul karya dua-tiga matra dalam lukisan-drawing dengan gaya teknik cetak grafis yang menjadi ciri khas karya Luddy dipresentasikan dalam beragam display. Dua karya berjudul Tangkapan Besar dan Menu Favorit dibuat Luddy dalam medium cat akrilik di atas kanvas.
Dua karya panil dalam medium cat akrilik di atas plywood dan hard paper berjudul Pagi Segar dan Pembeli itu Raja disajikan tanpa bingkai/pigura dengan memotong secara outline pada tepi karya.
Relasi dan Kolaborasi dalam Bakulan
Empat karya instalasi menjadi eksperimen Luddy keluar dari kebiasaan membuat karya dua matra. Pada keempat karya instalasinya Luddy membuat figur boneka tanpa satu pun tokoh untuk memberikan keleluasaan pengunjung dalam menginterpretasi-mengimajinasi karya yang disajikan.
“Untuk pembuatan figur boneka, saya berkolaborasi dengan Amriana. Seluruh ide-rancangan desain dari saya. Amriana yang kebetulan memiliki keahlian dalam menjahit membantu mengerjakan detail dan baju boneka tersebut,” jelas Luddy kepada satuharapan.com.
Amriana adalah istri Luddy, dengan latar belakang fotografi dari ISI Yogyakarta dan keahlian membuat boneka, menjadi kolaborator yang pas dalam menerjemahkan ide-ide Luddy dalam sebuah kesatuan konsep karya.
Lima boneka marioneta dalam karya instalasi berjudul Trik, dalam display yang sederhana di atas kayu menjadi penanda kolaborasi kedua seniman dalam visual yang sederhana namun tetap menarik. Luddy dengan konsep figur bentuk karya sementara Amriana melengkapi dengan balutan warna dan detail boneka dalam sentuhan khas Luddy. Begitupun dalam karya instalasi berjudul Pendekar dimana Luddy menambahkan sebuah kotak tempat kerupuk berbahan seng dengan drawing dekoratif-figuratif dalam balutan warna jingga.
Kolaborasi kedua seniman-perupa terasa pada dua karya instalasi berjudul Negosiator dan Belajar Bijak. Pada kedua karya tersebut Luddy memajang figur-figur wayang marioneta saling berdialog dan tergantung-melayang di atap dengan latar belakang drawing yang dibuat langsung di dinding BBY. Baik figur wayang marioneta maupun latar belakang drawing sebagai penguat ilustrasi instalasi, bisa berdiri sendiri sebagai sebuah karya yang terpisah maupun sebagai sebuah kesatuan karya.
Dalam karya berjudul Belajar Bijak, selain menambahkan dialog-dialog Luddy melengkapi drawing-nya dengan pesan menarik: belajar bijak tidak cukup hanya sehari. Sebagai kolaborator, Amriana cukup jeli menyiapkan figur-figur wayang marioneta melengkapi kedua karya instalasi Luddy.
Meskipun pameran Bakulan menjadi pameran tunggal ketiga bagi Luddy, eksperimen Luddy dalam mengalihmediakan karya dua matranya menjadi karya tiga matra maupun instalasi dengan melibatkan Amriana sebagai kolaborator menjadi hal menarik ketika hal tersebut berangkat dari realitas sehari-hari yang dihadapi keduanya.
Keduanya hampir dua puluh tahun terlibat langsung dalam melanjutkan bisnis orangtuanya berjualan soto di Pasar Beringharjo Yogyakarta. Di tengah kesibukan menyiapkan jualan soto bersama Amriana, Luddy masih menyempatkan mengajar seni rupa beberapa TK dan SD di sekitar rumahnya dan terus berkarya.
Dengan tema Bakulan, Luddy mencoba memotret realitas yang dijalaninya dalam membangun relasi, mengelola konflik, mencari solusi, hingga menuangkan ke dalam karya dalam sebuah kerja kolaboratif. Sebagai seorang bakul, Luddy menyadari bahwa berhubungan dengan banyak orang dirinya dihadapkan pada banyak tuntutan: disiplin, sopan, bijaksana, tegas, serta memberikan layanan terbaik bagi kepuasan pelanggan.
Realitas bakulan adalah kerja bersama dalam hubungan yang saling menyenangkan, menguntungkan, setidaknya tidak membuat rugi pihak lain. Dalam relasi tersebut Luddy menuangkan dalam karya pada lingkup terdekat yakni dirinya sendiri. Hal-hal sederhana tidak lantas bisa tercipta dan dijalani secara sederhana. Dalam Negosiator misalnya yang berusaha untuk menyenangkan semua pihak diawali dengan pemilihan bahan, meracik bumbu-bumbu secara kolaboratif, menjadi sebuah karya dan menyajikan yang terbaik bagi penikmatnya: kamu naik aku turun, menjadi negosiator.
Pameran seni rupa bertajuk "Bakulan" berlangsung sampai tanggal 22 Mei 2019 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No 2 Yogyakarta.
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...