Koleksi Museum Alkitab LAI: Miniatur Kapal Nabi Nuh
SATUHARAPAN.COM – Museum Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memiliki berbagai koleksi tidak sekadar Alkitab yang berbentuk buku dan tersedia dalam berbagai bahasa, namun juga benda-benda lain yang memiliki kaitannya dengan kisah-kisah dalam Alkitab, salah satunya yakni miniatur replika kapal Nabi Nuh.
Dalam keterangan di Museum Alkitab LAI, diorama ini menceritakan Nuh dan keluarganya beserta seluruh binatang yang masuk dalam bahtera karena hujan selama 40 hari 40 malam sehingga akhirnya bahtera itu terapung-apung di permukaan air yang menutup bumi seperti terdapat dalam perjanjian Lama, yakni di Kitab Kejadian 7:1-24. Ukuran diorama tersebut menyerupai keyboard elektrik yang digunakan untuk musik di gereja karismatik.
Diorama miniatur kapal tersebut tidak sekedar menyajikan kapal dengan warna coklat yang menyerupai kayu yang berukuran keyboard elektrik, namun juga di beberapa miniatur manusia yang sedang melakukan berbagai aktivitas yang berbeda-beda.
Dalam diorama tersebut, di bagian atas kapal terlihat satu boneka yang dalam posisi berdiri memandang ke arah ujung kapal lainnya, sementara itu satu boneka juga dalam posisi yang sama dan sedang memandang ke ujung kapal lainnya. Bagian atas kapal tersebut memiliki atap yang menyerupai rumah Joglo di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di bagian atas terdapat beberapa rangka yang menyerupai bangunan yang belum selesai dikerjakan, karena terdapat lebih kurang tujuh tiang penyangga yang melintang yang akan digunakan sebagai pelapis untuk lantai kapal.
Pada bagian bawah kapal terlihat tujuh tiang penyangga yang tegak berdiri menopang ruang yang digunakan untuk menampung binatang-binatang yang masuk ke dalam kapal Nuh, seperti tertuang dalam Kejadian 7:1-24. Di luar kapal tersebut terlihat berbagai jenis miniatur hewan-hewan yang masuk ke dalam kapal Nuh, seperti tertuang dalam Kejadian 7:1-24 antara lain miniatur jerapah, dan kambing. Hewan-hewan tersebut nampak berkeliaran di luar kapal, dan kapal Nuh nampak seolah-olah berada dalam keadaan karam karena tidak berada di tengah laut melainkan berada di darat karena di sebelah kanan dan kiri kapal terdapat beberapa miniatur pepohonan berwarna kehijauan.
Kisah Kapal Nuh
Dalam agama Abrahamik, Bahtera Nuh adalah sebuah kapal yang dibangun atas perintah Tuhan untuk menyelamatkan Nuh, keluarga, kaumnya yang beriman dan kumpulan binatang yang ada di seluruh dunia dari air bah. Kisah ini terdapat dalam Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, dan dalam Al-Quran.
Sejumlah pemeluk Yahudi Ortodoks dan Kristen berdasarkan Perjanjian Lama dan umat Muslim berdasarkan Al-Qur'an mempercayai bahwa kisah ini benar-benar terjadi. Namun sebagian pemeluk Yahudi Ortodoks dan Kristen yang berdasarkan hipotesis dokumen, menyatakan bahwa kisah yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian ini mungkin terdiri dari sejumlah sumber yang setengah independen, dan proses penyusunannya yang berlangsung selama beberapa abad dapat menolong menjelaskan kekacauan dan pengulangan yang tampak di dalam teksnya. Walau begitu, sebagian umat Yahudi Ortodoks dan Krsiten yang mempercayai kisah ini menyatakan bahwa kekacauan itu dapat dijelaskan secara rasional.
Pada awal abad ke-18 – menurut penjelasan Wikipedia – beberapa sejarawan yang mengamati fenomena ini dari sudut pandang perkembangan geologi dan biogeografi dari ilmu pengetahuan merasa mampu membenarkan penafsiran yang harafiah atas kisah kapal Nuh ini, atau yang dalam Alkitab disebut dengan Kisah Kapal Nuh. Namun, para pakar kitab terus meneliti gunung dimana kapal tersebut berlabuh.
Kisah Kapal Nuh – dalam sudut pandang Kristen – menurut Kitab Kejadian pasal 6-9, dimulai ketika Tuhan mengamati perilaku jahat manusia dan memutuskan untuk mengirimkan banjir ke bumi dan menghancurkan seluruh kehidupan. Akan tetapi, Tuhan menemukan satu manusia yang baik, yaitu Nuh, "seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya," dan memutuskan bahwa ia akan melanjutkan garis keturunan manusia. Tuhan menyuruh Nuh untuk membangun sebuah bahtera, dan membawa sertanya istrinya dan ketiga anak lelakinya Sem, Ham, dan Yafet, beserta istri mereka.
Selain itu, Tuhan memerintahkan Nuh untuk membawa contoh dari semua binatang dan burung-burung di udara, jantan dan betina. Untuk menyediakan makanannya, ia diperintahkan membawa makanan dan menyimpannya di bahteranya.
Nuh dan keluarganya serta binatang-binatang itu masuk ke dalam kapal, dan "pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya." Banjir menutupi bahkan gunung-gunung yang tertinggi sekalipun hingga kedalamannya lebih dari 20 kaki, dan segala makhluk di bumi mati. Hanya Nuh dan mereka yang ada bersamanya di dalam kapal yang selamat dan hidup.
Kapal itu akhirnya berhenti di gunung Ararat setelah 150 hari, kemudian Nuh melepaskan seekor burung gagak yang terbang sampai air yang ada di bumi menjadi kering. Berikutnya, Nuh melepaskan seekor merpati, tetapi ia kembali karena tidak menemukan tempat untuk mendarat.
Nuh mengeluarkan burung merpati, setelah tujuh hari, dan burung itu kembali dengan sehelai daun zaitun di paruhnya, dan Nuh pun tahu bahwa air telah surut. Nuh menunggu tujuh hari lagi dan mengeluarkan burung merpati itu sekali lagi. Namun kali ini burung itu tidak kembali. Lalu ia dan keluarganya serta semua binatang meninggalkan kapal tersebut, dan Nuh memberikan kurban kepada Tuhan.
Studi Ilmiah
Dalam sudut pandang sebuah situs internet yang melakukan studi secara ilmiah terhadap kisah-kisah dalam Alkitab, biblestudy.org, tidak disebutkan waktu yang dibutuhkan Nuh untuk membangun kapal (bahtera) tersebut, walau dari situs tersebut menyebut 120 tahun untuk membangun bahtera tersebut. “. Rentang waktu ini adalah periode Tuhan mengijinkan manusia untuk hidup sejak Tuhan membuat penghakiman hingga terjadi banjir,” demikian penjelasan singkat tentang kapal tersebut.
Dalam situs tersebut dijelaskan bahwa yang ditekankan bukan ratusan tahun yang digunakan untuk menyelesaikan pembangunan kapal tersebut, namun durasi tersebut merupakan simbol dari Tuhan memberi manusia kesempatan untuk bertobat.
Prinsip ini digunakan seperti ketika penduduk kota Niniwe diberi waktu oleh Tuhan untuk bertobat sebelum penilaian apapun yang diberikan, seperti tertuang dalam Yunus 3: 9-10. Rentang waktu ini memungkinkan cara kebenaran harus diberitakan kepada umat manusia, seperti tertuang dalam 2 Petrus 2:5.
Menurut Bible Study, kapal tersebut tidak sekadar tercatat sebagai kapal terbesar yang dibangun sampai saat itu, namun kapal tersebut juga tercatat sebagai kapal layar terbesar yang pernah dibangun hingga tahun 1800-an.
Merujuk kepada sumber yang sama, kapal tersebut dapat menampung lebih dari 22.000 ton air. Tuhan memerintahkan Nuh membuat kapal yang memiliki panjang lebih dari 9.383 meter persegi.
Siapa yang Dimaksud Nuh
Pada 2328 SM – dalam catatan biblestudy.org – Nuh berusia 600 tahun (Kejadian 9:29) ketika peristiwa itu terjadi. Dia adalah orang yang beriman (Ibrani 11: 5 - 7), dan berjalan dengan Tuhan (yang berarti ia mentaati-Nya dan perintah-Nya, seperti tertuang dalam Kejadian 6: 9 dan 1 Yohanes 2: 3-6, dan 1 Yohanes 5: 2-3) dan yang akan hidup panjang umur dari 950 tahun. Itu karena ia takut kepada Tuhan yang memilih dia untuk membangun sebuah bahtera (kapal) untuk menyelamatkan hewan dari kepunahan.
Dalam catatan Wikipedia, Nuh adalah anak laki-laki Lamekh, yang dilahirkan pada saat Lamekh berumur 182 tahun. Ia dilahirkan 1.056 tahun setelah Adam, dan berasal dari sepuluh generasi setelah Adam, Nuh adalah orang ketiga yang memiliki umur terpanjang, mencapai 950 tahun. Namanya juga tercatat dalam silsilah Yesus di Lukas 3:36.
Nuh digambarkan sebagai orang yang benar di antara orang-orang lain yang hidup di zamannya. Kejadian 6:8 mencatat, "Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan". Pada saat itu, manusia hidup bergelimang dosa sehingga Tuhan memutuskan menjatuhkan hukuman dengan bersabda "Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi". Tetapi, Tuhan tidak menghancurkan segala-galanya karena Tuhan memerintahkan Nuh membangun sebuah kapal besar untuk menyelamatkan sebagian makhluk ciptaan-Nya.
Setelah kapal itu selesai, Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air bah merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut. Nuh menunggu hingga bumi benar-benar kering sebelum membuka pintu bahtera. Nuh kemudian keluar bersama keluarga dan semua binatang yang ada di dalam bahtera tersebut.
Setelah Nuh diselamatkan, Tuhan mengadakan perjanjian dengan Nuh dan memberkatinya. Inilah perjanjian yang pertama dikenal dan bersifat universal karena meliputi seluruh umat manusia. Di kemudian hari, Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abraham, tetapi perjanjian itu dianggap bersifat lebih khusus.
Editor : Eben E. Siadari
Warga Peringati Dua Dekade Tsunami di Aceh Yang Menewaskan R...
BANDA ACEH, SATUHARAPAN.COM-Dua dekade setelah tsunami dahsyat menghancurkan desanya, Tria Asnani ma...