Koleksi Museum Alkitab LAI: Replika Dua Loh Batu
SATUHARAPAN.COM – Museum Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memiliki koleksi replika dua loh batu. Kedua replika yang memiliki ukuran setara dengan kipas angin tersebut, terlindung dalam vitrin kaca yang berada di luar ruang koleksi utama. Kedua replika tersebut tertulis dengan menggunakan aksara Ibrani.
Bagi pengunjung museum yang baru kali pertama melihat kedua replika tersebut, maka pengunjung museum akan melihat dari kejauhan, kedua replika yang berwarna kecoklatan tersebut memiliki ukuran yang setara dengan batu nisan yang lazim terdapat di Tempat Pemakaman Umum di Indonesia, karena bagian bawah yang berbentuk persegi sementara di bagian atas memiliki lengkungan yang rapih.
Catatan Wikipedia menjelaskan bahwa loh batu atau loh assyahadat, atau yang sering disebut lempeng batu di dalam Alkitab, merupakan dua batu istimewa yang terdapat tulisan Sepuluh perintah Tuhan ketika Musa naik ke Gunung Sinai. Seperti tertulis di dalam Keluaran 31:18 kedua Loh Batu menunjukkan sifat-sifat Tuhan.
Menurut Alkitab, loh batu tersebut terbagi dua, yang pertama adalah loh batu yang ditulis Tuhan dan dihancurkan oleh Musa, ketika Tuhan marah melihat kaum Israel menyembah patung anak lembu emas, kemudian loh batu yang kedua adalah yang ditulis ulang oleh Tuhan.
Menurut ajaran tradisional Yudaisme di Talmud, batu-batu ini terbuat dari safir, yang merupakan simbol dari langit, surga, dan Takhta Tuhan, namun banyak pakar yang menyatakan bahwa "safir" dalam Alkitab sejatinya adalah lapis lazuli. Loh pertama dan kedua disimpan di dalam Tabut Perjanjian.
Terdapat dalam Alkitab
Menurut Bible Tools, terdapat sejumlah perikop di Alkitab yang menjelaskan tentang loh batu tersebut, atau hukum dari Tuhan antara lain dalam perikop Galatia 3: 17-25.
Dalam Galatia 3:17 menegaskan tentang Paulus yang membicarakan tentang makna kata “hukum”, sama artinya dengan membicarakan seluruh isi Perjanjian Lama dalam Alkitab. Paulus menggunakan kata “hukum” yang bersinonim dengan "perjanjian." Para penerjemah memiliki kesulitan memutuskan apakah "perjanjian" mengacu pada perjanjian Tuhan dengan Musa, atau Tuhan dengan Abraham.
Kebanyakan terjemahan modern menghubungkan "perjanjian" dengan Tuhan yang membuat perjanjian dengan Abraham. Namun, terjemahan yang lebih harafiah seperti terdapat dalam alkitab versi King James dan Young Literal Translation menempatkan kata "perjanjian" dalam kalimat sehingga mengacu pada perjanjian Musa.
Dalam II Tawarikh 6:11, Salomo mengatakan, "Dan di sana aku telah menempatkan tabut, di mana merupakan perjanjian Tuhan yang Dia membuat dengan orang Israel." Sementara itu pada II Tawarikh 5:10 hanya dua loh batu yang di atasnya tertulis Sepuluh Perintah Tuhan yang berada di bahtera.
Berita Tentang Loh Batu
Beberapa waktu lalu, menurut Breaking Israel News dua loh batu yang menjadi koleksi “Living Torah Museum” di Brooklyn, New York, Amerika Serikat (AS) dilelang pada 16 November 2016. Loh batu tersebut adalah artefak sejarah yang terkait dengan Alkitab.
Direktur Purbakala dari Heritage Auctions David Michaels mengatakan dua loh batu tersebut merupakan warisan dari Sepuluh Perintah Allah. Dua loh batu tersebut berbentuk persegi dan terbuat dari lempengan marmer, tertulis dalam aksara Ibrani kuno. Michaels memperkirakan dua loh batu tersebut berasal dari sebuah sinagog yang dihancurkan oleh Romawi antara tahun 400 hingga 600 Masehi.
Dua loh batu tersebut memiliki berat sekitar 200 pound (lebih kurang 90,71 kilogram). Menurut pemuka agama yang menganalisa loh batu tersebut mempercayai huruf di loh batu tersebut diukir di era Romawi atau Byzantine, lebih kurang pada tahun 300 sampai dengan 500 Masehi. Loh batu tersebut dipercaya dahulu digunakan menghiasi pintu masuk ke rumah ibadat orang Samaria.
Batu tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1913 dalam penggalian untuk sebuah stasiun kereta api di Yavneh, Israel, dan diakuisisi oleh seorang Arab yang menaruhnya di rumahnya.
Pada tahun 1943, dua loh batu tersebut berganti pemilik yakni Y. Kaplan dan Yitzhak Ben Zvi yang mengajak beberapa ilmuwan mempelajari dua benda tersebut. Dua loh batu tersebut sejak lama dipublikasikan dalam sebuah tulisan ilmiah di jurnal “Biblical Archaeology Review” dan beberapa jurnal ilmiah lainnya.
Dua loh batu tersebut, dalam catatan museum tersebut, diserahkan oleh Y. Kaplan pada tahun 1947 dan Yitzhak Ben-Zvi.
Editor : Eben E. Siadari
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...