Kominfo: Pembangunan Jaringan 4G Berorientasi 5G
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menilai pembangunan infrastuktur jaringan 4G di Indonesia saat ini berorientasi menuju implementasi 5G atau Fifth Generation (generasi kelima).
"4G pun dibangun dalam konteks 5G ready,'" kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, Ismail, saat memberikan sambutan di acara Selular Telco Outlook 2020 di Jakarta, Senin (2/12).
Jaringan 5G saat ini menjadi primadona di industri telekomunikasi dunia, tiap negara berusaha mengadopsi jaringan generasi terbaru tersebut dan melihat peluang pemanfaatan yang sesuai dengan kondisi masing-masing negara.
Ismail menilai saat ini Indonesia masih menggencarkan pemerataan infrastruktur jaringan 4G, agar dapat dimanfaatkan ketika mengadopsi 5G.
"Sekarang membangun 4G bukan berarti tidak membangun 5G, tapi landasan untuk 5G," kata Ismail.
Jaringan 5G akan menggunakan infrastruktur kabel serat optik, hanya saja Indonesia di kawasan Asia Tenggara tergolong terlambat membangun infrastruktur tersebut sehingga perlu kerja sama yang kuat dari pemerintah, operator seluler dan vendor agar pembangunan infrastruktur tidak terlalu berat dalam membangun 5G.
Infrastruktur kabel serat optik akan menentukan kualitas kekuatan sistem 5G yang dibangun oleh operator agar jaringan yang hadir memiliki kualitas yang baik.
Kominfo tidak mengharapkan jaringan 5G terasa seperti 4G karena masalah infrastruktur.
"Peran regulator sangat penting untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur," kata Ismail.
Kominfo, seperti dikatakan Ismail, akan turun tangan untuk menyiapkan aturan yang jelas agar tidak ada hambatan dalam regulasi untuk membangun 5G.
Poin kedua, menurut Ismail, program universal service obligation (USO), dana yang dihimpun dari operator seluler, dapat menjadi pintu masuk untuk membangun infrastruktur 5G dan dimanfaatkan sebaik-baiknya meski pun tidak begitu besar.
Keseimbangan Harga untuk Spektrum 5G
Kementerian Komunikasi dan Informatika juga sedang mencari jalan agar menemukan keseimbangan antara harga lelang spektrum yang akan dialokasikan untuk jaringan 5G dengan investasi yang dikeluarkan oleh operator seluler.
"Harus konsultasi dengan keuangan jangan sampai ada isu spektrum dijual murah, harus menemukan keseimbangan," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Ismail, saat membuka diskusi Seluler Telco Outlook 2020 di Jakarta, Senin.
Ismail mengutip Prancis yang baru saja melelang frekuensi untuk jaringan 5G mulai harga 2,17 miliar Euro, yang dia sebut dengan "harga spektakuler".
"Kepentingan kami, spektrum ini digunakan dengan baik," kata Ismail.
Menurut Ismail, sebelum mengadopsi jaringan 5G, biaya spektrum harus dihitung secara rasional, termasuk model bisnis yang akan diterapkan, agar mendapatkan keuntungan dari 5G, bukan hanya dari segi finansial.
"Bagaimana model bisnis untuk spektrum frekuensi ini kita bicarakan," kata dia.
Pemerintah menyiapkan kandidat spektrum untuk 5G dalam tiga lapis, yaitu spektrum rendah (lower band), spektrum tengah (middle band) dan spektrum tinggi (upper band), yaitu 3,5GHz untuk middle band dan 26GHz di upper band.
Kominfo beberapa waktu lalu menyatakan frekuensi 26GHz relatif kosong jika dibandingkan dengan frekuensi lain. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...