Kominfo Putus Akses Ribuan Konten COVID-19 Hoaks
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Ribuan konten hoaks tentang COVID-19 beredar di media sosial. Banyaknya berita bohong di dunia maya membuat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengambil langkah tegas.
Juru Bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi ,mengatakan pihaknya melakukan pemutusan akses terhadap konten hoaks di dunia maya untuk mengantisipasi dampak negatif persebaran konten hoaks.
"Kita kerap mendengar kabar duka hilangnya nyawa seseorang yang terkena COVID-19 karena percaya bahwa COVID-19 itu tidak nyata, hanya flu biasa bahkan ada yang menganggap COVID-19 sebagai konspirasi elite global," katanya.
Saat memaparkan kondisi penanganan hoaks COVID-19 beserta langkah yang dapat dilakukan untuk menangkal hoaks, Dedy mengungkapkan Kementerian Kominfo menemukan sebanyak 1.991 hoaks pada 5.131 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sebanyak 4.432 unggahan.
Angka ini tercatat sejak Januari 2020 sampai 18 November 2021, dan telah dilakukan pemutusan akses telah dilakukan terhadap 5.004 unggahan dan 127 unggahan lainnya tengah ditindaklanjuti.
“Terkait hoaks Vaksinasi COVID-19 terdapat sebanyak 390 isu pada 2.425 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sebanyak 2.233. Juga sudah dilakukan pemutusan akses atas 2.425 unggahan tersebut,”katanya.
Juga ditemukan sebanyak 48 isu pada 1.167 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sebanyak 1.149 tentang PPKM. Pemutusan akses dilakukan terhadap 1.003 unggahan dan 164 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.
Beberapa Informasi Hoaks
Dedy member contoh beberapa hoaks yang beredar, yaitu mengenai poster iklan COVID-19 yang mengajak para orang tua untuk menyumbangkan organ anak-anak mereka. Padahal gambar tersebut merupakan hasil alterasi dan tidak benar sama sekali.
“Pada tanggal yang sama juga tersebar berita palsu tentang negara Jepang yang memutuskan untuk menghentikan program vaksinasi COVID-19, dan lebih memilih ivermectin yang dapat menghentikan penyakit COVID-19 dalam waktu semalam,” katanya.
Juga mengenai unggahan di media sosial Facebook yang mengklaim orang yang disuntik vaksin cenderung mengalami perubahan mental dan fisik. “Muncul juga hoaks berupa narasi video yang beredar di sosial media berupa potongan video berbahasa asing yang mengklaim bahwa Tes swab COVID-19 adalah vaksinasi yang terselubung,” tambahnya.
Hoaks lain adalah yang menyatakan bahwa istri CEO Pfizer, salah satu perusahaan manufaktur vaksin COVID-19 meninggal dunia akibat komplikasi vaksin.
Masyarakat jangan mudah termakan berita hoaks, dan Kominfo mengingatkan pandemi masih berlangsung hingga saat ini, sehingga virus SARS-CoV-2 masih mengintai. Warga masyarakat yang menerima informasi dari media sosial sebaiknya melakukan kroscek terlebih dahulu. Pastikan Anda membaca atau menerima informasi dari sumber terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan sebelum menyebarkan kembali informasi tersebut agar tidak menjadi korban hoaks.
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...