Komite di Parlemen Turki Setujui Swedia Bergabung dengan NATO
ANKARA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah komite penting di parlemen Turki pada hari Selasa (26/12) menyetujui tawaran Swedia untuk bergabung dengan NATO setelah tertunda selama berbulan-bulan, sehingga menghilangkan rintangan lain dalam proses bergabung dengan negara Nordik tersebut setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.
Tawaran Swedia untuk bergabung dalam NATO terhenti di tengah penentangan dari Turki dan Hongaria. Baru-baru ini, upaya tersebut menjadi semakin rumit setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengaitkannya dengan permintaan Ankara untuk membeli jet tempur F-16 dari sekutunya, Amerika Serikat.
Swedia dan Finlandia membatalkan sikap non blok militer selama puluhan tahun dan berusaha bergabung dengan organisasi pertahanan pimpinan AS setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Tawaran mereka mendapat persetujuan jalur cepat dari semua anggota NATO kecuali Turki dan Hongaria. Keduanya akhirnya mengalah dan Finlandia diterima sebagai anggota NATO ke-31 pada bulan April.
Turki dan Hongaria tetap menjadi satu-satunya anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang tersisa untuk meratifikasi tawaran Swedia 19 bulan setelah Swedia mengajukan keanggotaan.
Pada hari Selasa (26/12), komite urusan luar negeri parlemen Turki menyetujui tindakan tersebut.
“Protokol (tentang aksesi Swedia ke NATO) disahkan oleh komite,” kata anggota parlemen oposisi dari partai CHP, Utku Cakirozer, yang merupakan anggota komite urusan luar negeri, kepada AFP setelah pemungutan suara.
Langkah ini membuka jalan bagi pemungutan suara di parlemen penuh, di mana aliansi berkuasa Erdogan memegang mayoritas kursi. Belum jelas kapan parlemen penuh akan mengadakan pemungutan suara.
Erdogan pada bulan Juli mengangkat keberatannya terhadap keanggotaan Swedia di NATO setelah Stockholm menindak kelompok Kurdi yang disebut Ankara sebagai teroris.
Sekutu-sekutu NATO telah memberikan tekanan terhadap Turki, dan Prancis mengatakan kredibilitas aliansi tersebut “dipertaruhkan.”
Pada bulan Desember, Erdogan telah mengaitkan keanggotaan Swedia dengan Kongres AS “secara bersamaan” dengan menyetujui penjualan jet tempur F-16 ke Turki. Dia juga mengatakan sekutu NATO termasuk Kanada harus mencabut embargo senjata yang dikenakan terhadap Ankara.
“Keanggotaan Swedia di NATO dan penjualan F-16 ke Turki akan ditangani melalui koordinasi sampai batas tertentu... karena sayangnya, tidak ada negara yang saling percaya,” kata Ozgur Unluhisarcikli, direktur lembaga think tank US German Marshall Fund di Ankara, kepada AFP.
Angkatan udara Turki yang menua menderita akibat pengusiran Ankara dari program pesawat tempur gabungan F-35 yang dipimpin AS pada tahun 2019.
Hal ini merupakan pembalasan atas keputusan Erdogan untuk mengakuisisi sistem pertahanan rudal canggih Rusia yang dipandang NATO sebagai ancaman keamanan operasional.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah berulang kali berjanji untuk melanjutkan penjualan F-16 senilai US$20 miliar, tetapi anggota parlemen memblokirnya karena kekhawatiran tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Turki dan ketegangan jangka panjang dengan Yunani.
“Tidak ada konsensus yang kuat di parlemen mengenai keanggotaan Swedia di NATO, maupun di Kongres AS mengenai penjualan F-16 ke Turki,” kata Unluhisarcikli.
Retorika Erdogan yang anti Israel setelah dimulainya perang dengan Hamas telah menimbulkan kekhawatiran di Washington.
“Meskipun masalahnya tidak ada hubungannya, pernyataan Turki yang mendukung Hamas semakin memperumit proses F-16,” kata Unluhisarcikli, seraya menambahkan bahwa pembunuhan tentara Turki oleh militan Kurdi akhir pekan lalu juga dapat menjadi faktor penyebab Swedia menjadi anggota NATO.
“Tetapi jika Biden dan Erdogan menunjukkan kemauan yang diperlukan, kami berharap prosesnya akan segera selesai,” tambahnya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...