Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 19:08 WIB | Senin, 19 Januari 2015

Kompetisi Desainer Muda Jaring 10 Finalis

Kompetisi Desainer Muda Jaring 10 Finalis
Sepuluh finalis yang terjaring dalam Indonesia Fashion Design Competition 2015 yang digelar Indonesia Fashion Week dan Akzonobel, bergambar bersama model yang memeragakan karya rancangan mereka di Kantor Kementerian Pariwisata, 14 Januari. (Foto-foto: Dok IFDC 2015)
Kompetisi Desainer Muda Jaring 10 Finalis
Dewan juri IFDC 2015 (kiri-kanan): Melinda Babyanna, Taruna K Kusmayadi, Anastasia Tirtabudi, Susan Budihardjo, Chitra Subyakto, dan Sofie.
Kompetisi Desainer Muda Jaring 10 Finalis
Pameran karya rancangan 30 semifinalis Indonesia Fashion Design Competition 2015 di Kantor Kementerian Pariwisata, 14 Januari.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia Fashion Design Competition 2015, kompetisi yang digelar untuk menjaring talenta baru yang mampu membuat desain berkonten lokal yang inovatif sekaligus membangun bisnis mode yang solid, meloloskan sepuluh finalis, 14 Januari lalu. Kompetisi itu diselenggarakan Indonesia Fashion Week bekerja sama dengan Akzonobel, perusahaan cat dan pelapis terkemuka di dunia yang mengelola merek Dulux.

Kesepuluh finalis itu, Alyza Azalia Bachmid, Andhika Lukas Prakarsa, Andreas Wen, Arlini Pramudya, Avridya Kemala,  Jasmine Darwin, Melissa Thio, Nova Nosalia, Stephanus Sylvester S, dan Syeren Regina, dipilih dewan juri dari 30 semifinalis.

Dewan juri Indonesia Fashion Design Competition 2015 adalah Taruna K Kusmayadi (Ketua Umum APPMI dan Steering Committee Indonesia Fashion Week) selaku Ketua Dewan Juri, Susan Budihardjo (fashion designer dan pemilik Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo), Sofie (fashion designer), Chitra Subyakto (fashion director dan creative buyer Alun-Alun Indonesia), Christine Barki (retail advisor), Anastasia Tirtabudi (Head of Brand dan Consumer Marketing Dulux), Melinda Babyanna (Editor in Chief Marie Claire Indonesia dan Publisher L’Officiel Magazine Indonesia), dan Boedi Basoeki (lifestyle communication specialist).

Bertempat di kantor Kementerian Pariwisata Jakarta Pusat pada 14 Januari lalu, 30 semifinalis dalam rentang usia 18 – 35 tahun sesuai persyaratan, mempresentasikan konsep rancangannya di depan juri, dan memamerkan karya rancangan dalam bentuk jadi di depan juri dan publik. Juri menilai konsep ready to wear yang dikedepankan peserta, juga inovasi, keberhasilan dalam mengeksplorasi kekayaan lokal, serta aplikasi tren warna yang diminta, yang menyangkut warna, motif, dan material tekstil.   

Produk mode yang diangkat menjadi ciri khas Indonesia, mengacu pada Blueprint Fashion Indonesia, adalah ready to wear craft fashion. Ready to wear dinilai lebih potensial dalam menembus pasar global apalagi dengan konten lokal yang membuatnya berbeda dari buatan negara lain. Atas dasar itu, peserta kompetisi ditantang untuk menciptakan produk bermuatan lokal yang mampu memenuhi standar dan kualitas global.

Proses seleksi berlangsung ketat untuk mencetak pemenang yang benar-benar berkualitas untuk dapat mewakili Indonesia di skala global. Penilaian juri didasarkan kriteria orisinalitas atau keunikan konsep, kesesuaian dengan tema, daya jual dan daya pakai, kerapian, kesiapan brand, ketepatan pemilihan bahan, dan total appearance. Kesiapan mengikuti pameran dagang tingkat dunia juga menjadi persyaratan lomba ini.

Kurang Berani Bereksplorasi

Taruna Kusmayadi, dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Juri, juga perancang busana Deden Siswanto, mengatakan umumnya sketsa dan konsep yang dikirimkan peserta tahun ini semakin bagus.  Peserta mewakili mulai dari yang masih bersekolah mode sampai dengan yang telah menjadi pelaku profesional yang ingin mengembangkan talenta dan pengalaman di bidang mode.

Namun, untuk menghasilkan karya berkonten lokal, bernapaskan urban, dan berkualitas internasional, yang ditantangkan kepada finalis untuk menjuarai kompetisi ini, tidak semudah yang dibayangkan.

 Juri Susan Budihardjo, mengaku belum menemukan “sesuatu yang baru” dalam karya yang disodorkan. “Kurang ada keberanian untuk bereksplorasi, termasuk pemilihan warna yang cenderung monoton, sehingga banyak muncul warna abu-abu,” kata Susan seusai acara wawancara dengan peserta.

Kecenderungan peserta untuk mempelajari karya-karya pemenang pada kompetisi yang digelar sebelumnya, menurut pemilik lembaga pengajaran tata busana yang sudah melahirkan banyak perancang di negeri ini, juga menjadi “perangkap” mereka untuk membuat karya yang lebih kurang sama.

Jalan masih panjang untuk kesepuluh finalis itu untuk menjuarai kompetisi.  Selain hadiah uang, Indonesia Fashion Week menyediakan hadiah berupa kesempatan mengikuti pameran dagang di Hong Kong Fashion Week dan studi 10 bulan di sekolah mode Koefia Academy di Roma, Italia, dan fashion show di Indonesia Fashion Week yang dihelat 26 Februari – 1 Maret mendatang.

Pemenang, akan menjadi perancang busana generasi penerus yang akan memegang tongkat estafet kelangsungan industri mode Tanah Air.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home