Komposer Dewa Alit dan Gde Yudane Pentaskan Karya Terkini di Bentara Budaya Bali
GIANYAR, SATUHARAPAN.COM - Dua komposer mumpuni, I Wayan Gde Yudane dan Dewa Alit, mementaskan karya terkini mereka dalam program Komponis Kini “A Tribute to Wayan Beratha” #5.
Program pertunjukan yang dipadukan pula timbang pandang ini berlangsung pada Jumat (20/9) pukul 19.00 WITA di Bentara Budaya Bali (BBB), Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Sukawati, Gianyar, Bali.
I Wayan Gde Yudane bersama rOrAs Ensemble menampilkan "Word in Iron." Sementara Dewa Alit dengan Gamelan Salukat mementaskan komposisi berjudul “Siklus.”
Komposisi I Wayan Gde Yudane berjudul "Word in Iron" merupakan komposisi baru yang khusus dibuat untuk Gamelan Selonding. Karya ini berangkat dari kompleksitas pola temporal dengan mengambil jumlah maksimum dari pola akar, di atas semua level struktural yang mungkin. Tujuannya adalah untuk membangun ukuran kompleksitas tingkat tinggi yang sesuai dengan gagasan manusia tentang subjektif kompleksitas. Komposisi ini mencerminkan pula kolaborasi kreatif puisi yang ditulis Ketut Yuliarsa.
Yudane mengungkapkan bahwa ia secara khusus memilih Gamelan Selonding sebagai medium. Selain karena Selonding termasuk dalam kategori gamelan tua, Selonding terbuat dari besi, sebuah medium yang sangat spesifik.
“Saya ingin menggarap Selonding ini tidak lagi berbunyi sebagai Selonding, tetapi berbunyi Besi,“ ungkap Yudane.
Sementara komposisi “Siklus” buah cipta Dewa Alit terinspirasi dari kehidupan alami masyarakat tradisional yang memakai kalender sebagai pedoman dalam beraktivitas sehari-hari. Siklus atau kalender itu sendiri tertuang dalam bentuk realisasi aktivitas kehidupan yang inovatif, melahirkan enerji berkualitas tinggi, kemudian diaktualisasikan lewat rangkaian warna-warna bunyi.
Filosofi kalender yang membentuk konsep dipakai untuk mengatur terbentuknya pola-pola ataupun motif-motif, adalah sebagai proses upaya kreatif. Perputaran aspek-aspek alamiah yang berulang-ulang merefleksikan pengejawantahan nilai-nilai dari isi kalender itu sendiri, adalah struktur keseluruhan wujud komposisi musik.
Adapun pentas kali ini secara khusus juga dihadirkan sebagai bagian perjalanan menuju tur pentas internasional.
Sedini digagas, program Komponis Kini diniatkan sebagai sebuah upaya untuk mengubah paradigma atau cara pandang dan stereotif terhadap gamelan Bali. Para komposer yang tampil berupaya memberikan sebentuk penyikapan baru atas alat musik gamelan Bali.
Program ini mengedepankan bukan semata konservasi, namun terutama adalah eksplorasi mendalam terhadap ragam komposisi musikal ini; sebuah penciptaan baru melampaui kebakuan, akan tetapi tetap merefleksikan filosofis tertentu.
Pada tahapan berikutnya, diharapkan peristiwa pentas New Music for Gamelan yang telah dimulai di Bentara Budaya Bali sedari delapan tahun lalu dapat dibaca sebagai sebuah gerakan kebudayaan baru.
Komponis Kini 2019 merujuk tajuk “A Tribute to Wayan Beratha,” tidak lain adalah sebuah penghargaan dan penghormatan mendalam kepada maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang immortal. Upaya pencarian dan penemuan diri I Wayan Beratha itulah yang diharapkan menjadi semangat program ‘Komponis Kini’ di Bentara Budaya Bali, sekaligus sebuah ajang bagi komponis-komponis new gamelan untuk mengekspresikan capaian-capaian terkininya yang mencerminkan kesungguhan pencarian kreatifnya.
Komponis Kini diprogramkan secara terencana dan berkelanjutan, bertujuan untuk menciptakan atmosfer berkesenian bagi seniman-seniman gamelan di Bali dan di tanah air, dengan mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru (new music dan new gamelan). Agenda ini berupaya pula memberikan pencerahan bagi publik musik, sekaligus ajang apresiasi agar masyarakat turut merayakan bentuk-bentuk kesenian yang mencerminkan ekspresi kekinian, terpujikan secara artistik dan bermutu tinggi. (PR)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...