Komunikasi Baik dengan Anak Cegah Dampak Buruk Medsos
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan orang tua perlu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak guna mencegah dampak buruk penggunaan media sosial (medsos) yang mengkhawatirkan.
"Pendampingan orang tua masih diperlukan. Sekarang banyak fitur dI media sosial atau aplikasi yang bisa mempermudah pengawasan orang tua. Namun yang lebih penting adalah menjalin komunikasi langsung dengan anak," kata Vera saat dihubungi di Jakarta, Rabu (21/9).
Menurut Vera, orang tua perlu menciptakan komunikasi rutin yang hangat dan terbuka dengan anak termasuk membicarakan apa saja yang anak temui di media sosial. Sebaliknya, orang tua juga menceritakan apa yang ditemui di media sosial guna tercipta komunikasi dua arah yang menyenangkan.
"Saling bertukar cerita santai saja, dengan harapan anak dapat mendengarkan masukan dari orang tua tentang dampak-dampak media sosial dengan lebih terbuka," ujar Vera.
Vera juga mengatakan, menciptakan komunikasi yang baik dengan anak akan sangat mungkin memudahkan orang tua untuk mengajarkan bahwa mereka harus menggunakan media sosial dengan bijak sebab apapun yang ditulis dan diunggah akan menjadi konsumsi publik. Dengan demikian, orang tua juga akan mudah menerapkan batasan-batasan dalam bermedia sosial.
"Adapun yang perlu dibatasi adalah durasi berapa lama boleh main media sosial, kapan waktu yang diperbolehkan, dimana saja boleh dan tidak boleh main media sosial, lalu seleksi konten yang bermanfaat, serta apa tujuan memiliki media sosial," ujar Vera.
Senada dengan Vera, psikolog Samanta Elsener juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, orang tua perlu melihat, mengamati, mengawasi, dan mengarahkan anak-anak supaya mengonsumsi konten-konten mendidik yang berguna bagi kemajuan mereka.
Selain itu, pengawasan juga penting guna mencegah anak memiliki perilaku destruktif akibat terlalu banyak bermain media sosial.
"Menggunakan media sosial yang terlalu berlebihan itu menimbulkan perilaku destruktif kalau memang kita menggunakan media sosial ini tanpa ada batasan dan tanpa ada filtering. Kalau batasan dan filtering-nya sudah dilakukan, artinya kita juga mengkonsumsi konten-konten yang bagus buat kita dan itu tidak akan menimbulkan perilaku destruktif," ujar Samanta.
"Contohnya, anak-anak remaja banyak yang meluapkan emosinya dengan curhat di media sosial, menyakiti dirinya sendiri, dan teman-temannya lihat itu lalu ngikutin. itu kan perilaku destruktif. Pencegahannya ya orang tua perlu melakukan hubungan yang baik dengan anak-anaknya," sambungnya.
Selain itu, menurut Samanta, penting juga bagi para orang tua untuk lebih melek dengan fitur-fitur yang ada di media sosial yang bisa digunakan untuk mengawasi aktivitas anak dan mencegah anak mengonsumsi konten-konten negatif.
"Kita bisa cegah dampak negatif itu dengan cara punya satu kesepakatan dengan anak. Misalnya anak baru usia 15 tahun, kita boleh ada akun parents yang mengontrol aktivitas akun anak, jadi akunnya dikoneksikan. Jadi nantinya aktivitas anak di media sosial akan ada di bawah pengawasan kita," kata Samanta. (ANTARA)
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...