Konflik Klise dalam Balutan Sinema Berkelas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pertentangan antara anak dan orangtua memang pernah beberapa kali diangkat sebagai latar belakang penggarapan film. Tetapi, seringkali konflik seperti ini hanya dihadirkan sesaat dan kebanyakan hanya disajikan pada awal film. Salah satu penyebabnya mungkin dikarenakan isu ini seringkali menjadikan alur cerita sedikit membosankan.
Akan tetapi pertentangan anak dan orangtua yang diangkat sebagai latar belakang di film berjudul Character ini sangat jauh dari kesan membosankan. Dengan garapan yang sangat apik dari tangan dingin sang sutaradara, konflik yang seolah dipandang sebagai bahasan ringan dari sebuah film, menjadi sentral cerita dan menghasilkan film yang benar-benar berbobot.
Film karya sineas Belanda bernama Mike van Diem ini diputar dalam rangka Europe on Screen yang ke-13 dan salah satunya digelar di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta. Film asing berbahasa Belanda ini
Biasanya festival ini diselenggarakan di akhir tahun, namun mulai tahun 2013 inilah festival ini diselenggarakan pada bulan Mei. Festival ini diadakan sebagai salah satu kegiatan dalam merayakan hari Eropa yang jatuh setiap tanggal 9 Mei. Character adalah salah satu film yang akan dibahas secara mendalam.
Pemutarannya dilakukan dua kali, Senin (6/5) pukul 14.30 di Erasmus Huis dan Rabu (8/5) hari ini pukul 18.30 di SAE Jakarta. Spesial pada hari Rabu, setelah pemutaran film Character, Peter Warnier, akan membahas hasil kerjanya di tata suara dan mixing suara untuk film ini.
Character mengambil setting kota Rotterdam, Belanda tahun 1920. Film ini menceritakan tentang sosok seorang anak bernama Jacob yang tumbuh dewasa tanpa kasih sayang dan tanpa materi yang mencukupi hidupnya. Jacob tinggal hanya bersama sang ibu yang bernama Joba. Joba tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga soal materi, hidup mereka jauh dari cukup.
Mereka juga tinggal berpindah-pindah, sehingga Jacob tidak memiliki teman. Cara Joba mendidik anaknya, sedikit membuat kita menggeleng-gelengkan kepala. Karena ia tidak banyak berbicara dengan putranya. Komunikasi mereka hanya dalam diam, dan kata-kata yang keluar dari mulut Joba hanya sesekali pada saat menyuruh Jacob makan, atau tidur.
Sangat menarik memperhatikan saat adegan sehari-hari seperti mempersiapkan meja makan, ataupun mengangkat kayu bakar untuk perapian, yang biasa dilakukan seorang ibu kepada putranya. Tetapi biasanya semua itu akan dilakukan dengan tawa hangat dan penuh senyum. Tapi film ini menampilkan kebalikannya. Semuanya dilakukan dalam diam. Sehingga film ini benar-benar menuntun penonton untuk dapat memahami apa yang terjadi dalam film lewat ekspresi yang dikeluarkan oleh sang aktor.
Ketepatan memilih aktor untuk memainkan tuntutan peran dalam film ini, benar-benar patut diacungi jempol. Tidak hanya tokoh dewasa, bahkan pemeran Jacob saat masih kecil pun sangat pas menggambarkan seorang anak yang hidup dalam tekanan.
Suguhan awal ketika film dimulai, sudah mengajak penonton untuk mulai berfikir menelaah film ini. Salah satunya adalah ketika seorang pria dewasa yang tengah menahan amarah dan berusaha untuk mengendalikan dirinya. Wajahnya menggambarkan amarah yang amat sangat. Amarah ini ditujukannya kepada seseorang. Tetapi, karena tak mau memperpanjang ia pergi meninggalkan musuhnya.
Namun kata-kata yang terlontar dari mulut sang musuh ini, terus terngiang di telinganya, sehingga amarah kembali menguasai dirinya. Ia kembali berlari menuju tempat sang musuh berada. Sesampainya disana, ia menerjang sang musuh itu. Tiba-tiba adegan memperlihatkan sang pria dewasa dengan wajah sedih, ketakutan dan marah berjalan menghindari orang-orang yang memperhatikannya, dengan wajah yang penuh luka dan darah yang terus mengucur dari hidungnya.
Kemudian pria tersebut ditangkap dengan tuduhan telah membunuh. Di dalam sel penjara itulah sang pria berusaha mengungkapkan bahwa ia tidak bersalah. Ia tidak menjawab pertanyaan penyidik dengan iya atau tidak, tapi ia bertutur, mengungkapkan jati dirinya. Alur cerita kemudian berjalan mengikuti penuturan sang pria yang bernama Jacob ini. Ia menceritakan tentang sosok Joba, sang ibu. Kemudian Jacob juga mengisahkan bagaimana kelahirannya, masa kecilnya, dan saat ia tumbuh dewasa.
Pesan yang ingin disampaikan dalam fim ini tidak tersurat lewat kata-kata dari sang aktor seperti banyak film lain. Tetapi lewat penggambaran karakter yang sangat kuat ditonjolkan dan menjadi sentral pesan itu sendiri. Film yang sangat banyak mendapatkan penghargaan internasional, termasuk Best Foreign Language Film dari ajang Academy Awards 1998 ini ingin menyampaikan, sebagai seorang anak jangan cepat menilai salah atau benar apa yang dilakukan orangtua. Tetapi coba telaah, apa makna sesungguhnya yang ingin dikatakan orangtua.
Karena orangtua hanya menginginkan yang terbaik bagi anaknya, meskipun cara yang ia pilih belum tentu benar. Satu pesan lagi yang ingin disampaikan oleh film ini adalah, apapun keadaan atau kejadian menyakitkan yang dialami dalam hidup, jangan menyerah. Karena jika menyerah, maka jalan keluar tidak akan pernah kita temukan.
Film yang diproduksi tahun 1997 ini diwarnai oleh akting memukau para aktor dan aktris berkebangsaan Belanda seperti Pavlik Jansen op de Haar, Jan Decleir, dan Fedja van Huê. Sebanyak 13 penghargaan berhasil diraih, termasuk di Palm Spring Festival, Paris Film Festival untuk aktor dan aktris terbaik, Netherlands Film Festival, dan masih banyak lagi.
Editor : Sabar Subekti
KPK: Gubernur Bengkulu Peras Pegawai Biayai Pilkada
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengatakan Gubernur Be...