Konser Rihanna di Israel Diboikot BDS
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM – Bintang pop Rihanna mengkonfirmasi bahwa 22 Oktober mendatang ia akan menggelar konser di Tel Aviv. Berita ini membuat penggemarnya di Israel senang. Namun, konsernya ini membuat pendukung gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi—sebuah gerakan kampanye yang menyerukan penggunaan tekanan politik dan ekonomi untuk memaksa Israel menarik diri dari Palestina menjadi sangat marah.
Gerakan ini telah dikenal di dunia media sosial Twitter dengan tagar #BDS yang telah mendapatkan momentum sejak 2005 dan telah menyebabkan efek riak di akademik, pertanian, dan manufaktur sektor Israel. Pendukungnya yang menganggap kebijakan Israel terhadap Palestina sama saja dengan apartheid telah mendorong para pencela Israel mengadopsi penolakan total membeli produk Israel. Perusahaan dan unversitas yang melakukan bisnis dengan Israel menjadi sasaran boikot dan memungut denda terhadap orang-orang Yahudi sampai menarik diri sepenuhnya dari wilayah itu.
Efek Boikot BDS
Para pekerja seni berusaha menghindari keributan tersebut: sutradara batal hadir di festival film, para musisi membatalkan konser, dan para intelektual menolak penghargaan Israel untuk menghindari perjalanan ke Yerusalem atau Tel Aviv.
Pada Juli, sutradara film “Reluctant Fundamentalist”, Mira Nair, menolak sebuah undangan untuk membawa filmnya ke Festival Film Haiva. Ia menulis di twitter, “Aku akan pergi ke Israel ketika tembok itu sudah runtuh.. Aku akan pergi ke Israel ketika Apartheid berakhir. Aku berdiri dengan Kampanye Palestina untuk memboikot bidang akademik dan budaya Israel dan gerakan BDS terbesar.”
Nair salah satu nama besar yang tunduk terhadap tekanan. Sementara gerakan BDS telah mendapatkan dukungan global dan hampir 14 ribu pengguna twitter ikuti @BDSmovement. Beberapa tahun terakhir telah terlihat beberapa seniman terkemuka di dunia mengabaikan tekanan BDS dan bahkan mengeluarkan pernyataan mengutuk suntikan politik ke profesi mereka.
Ada Juga yang Mengabaikan
Musim panas lalu, Alice Walker menulis surat terbuka untuk penyanyi Alicia Keys dan mendesaknya untuk membatalkan konser yang direncanakan akan digelar pada 4 Juli 2013 lalu di Tel Aviv.
Namun, Keys tidak bergeming dan tetap menggelar konsernya dan menjelaskan kepada New York Times, “Saya sangat bersemangat dalam kunjungan pertama saya ke Israel. Musik adalah bahasa universal yang dimaksudkan untuk menyatukan penonton dalam damai dan cinta, dan itu adalah semangat acara kami.”
Petisi online dan kampanye terkadang disepelekan. Jon Bon Jovi, Elvis Costello dan Pixies semua siap untuk dijadwalkan dalam konser dan menghadapi intimidasi tersebut yang muncul dalam pesan Facebook, surat virus dan kicauan di twitter, dan ancaman blowback dalam bentuk pengurangan jumlah tiket di beberapa lokasi di seluruh dunia.
Tetapi, ketika musisi k besar yang telah memesan Tel Aviv, sejauh ini sangat luar biasa. Kemenangan untuk kontra gerakan BDS di twitter yang menyebut diri mereka sebagai #BDSFail telah menyertakan tiket Madonna, Lady Gaga, Linkin Park dan Red Hot Chili Peppers terjual habis.
Adapun Rihanna, promotor setempat mengatakan kinerja Holy Land sudah mencapai 100% dan bintang tersebut sedang disiapkan mentalnya untuk tidak berlebihan dalam menanggapi reaksi media ketika dia melangkah di atas panggung untuk 50 ribu penggemarnya. (variety.com)
Editor : Bayu Probo
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...