Konsumerisme dan Hedonisme Lenyapkan Makna Natal
KUPANG, SATUHARAPAN.COM – Natal dan Tahun Baru identik dengan perayaan yang meriah dan penuh keceriaan.
Namun di sisi lain, Sosiolog Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Lasarus Jehamat, menilai fenomena konsumerisme Natal dan Tahun Baru mengancam setiap warga negara yang merayakannya.
Dalam keadaan yang mengedepankan hedonisme, makna Natal lenyap ditelan kekuatan dasyat rezim kapitalisme.
"Semua orang nyaris memulai bahkan telah mempersiapkan segala sesuatu yang sifatnya konsumeristis menjelang Natal dan Tahun Baru sejak beberapa bulan sebelumnya," katanya pada Jumat (26/12).
Sebelumnya, mantan Paus Benediktus XVI telah mengecam komersialisasi Natal pada saat menyelenggarakan Misa di Basilika St Petrus di Vatikan.
Menurut Lasarus Jehamat, dalam ranah sosial, suasana Natal telah membawa orang yang merayakannya pada berbagai macam persiapan, mulai dari pembersihan rumah, pembuatan kandang Natal, kegiatan menghiasi lingkungan, pembuatan kue Natal sampai pada pembelian beranekaragam kebutuhan Natal.
Hiruk pikuk di beberapa tempat perbelanjaan merupakan konsekuensi logis dari realitas Natal dalam kultur masyarakat, katanya.
Dalam masyarakat yang bercorak konsumtif tersebut, katanya, orang mendekatkan diri dengan produk-produk industri, glamour, kehampaan, dan kekosongan nilai.
"Maka moral yang muncul di sini adalah moral hedonis yang mengedepankan kesenangan individual tanpa memerhatikan relasi sosial dengan manusia lain di sekitarnya yang mengedepankan tanda/simbol ketimbang isi," katanya.
"Implikasi praktis dari kondisi ini adalah munculnya individualitas masyarakat sesuai atribut yang dipakainya seperti pakaian, mobil, handphone, kue Natal, dan lain-lain," katanya. (Ant)
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...