Korban Bertambah Jadi 41 Akibat Serangan Rusia ke Gedung Apartemen di Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Korban tewas akibat serangan rudal Rusia pada akhir pekan di sebuah gedung apartemen di tenggara Ukraina naik menjadi 41 orang pada Selasa (17/1) setelah tubuh seorang anak ditarik dari puing-puing, kata para pejabat, dalam serangan paling mematikan di perang terhadap warga sipil di satu lokasi sejak musim semi.
Sebanyak 25 penduduk lainnya di bangunan di kota Dnipro masih hilang, menurut Valentyn Reznichenko, gubernur wilayah Dnipropetrovsk, yang beribukota di Dnipro. Kru darurat telah membersihkan sekitar 90% dari puing-puing selama pencarian 63 jam sejak serangan hari Sabtu (14/1) sore, katanya.
Ada 79 orang terluka, katanya, dengan 28 di antara mereka dirawat di rumah sakit dan 10 dalam kondisi serius. Sekitar 1.700 orang tinggal di gedung bertingkat itu. Beberapa orang terjebak di lantai atas, dengan beberapa sinyal minta tolong dengan lampu di ponsel mereka.
Serangan mematikan terbaru Rusia terhadap sasaran sipil dalam perang hampir 11 bulan memicu kemarahan. Itu juga mendorong pengunduran diri yang mengejutkan pada hari Selasa dari seorang penasihat presiden Ukraina yang mengatakan rudal Rusia ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Ukraina dan meledak ketika jatuh, sebuah versi yang akan mengambil beberapa kesalahan dari pasukan Kremlin.
Komentar Oleksii Arestovich dalam sebuah wawancara hari Sabtu malam menimbulkan protes. Dia mengatakan saat dia berhenti bahwa pernyataannya adalah “kesalahan mendasar.”
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, berjanji untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu ke pengadilan, mengatakan itu adalah "tugas mendasar" bagi Ukraina dan sekutu Baratnya. “Serangan di Dnipro ini, serta serangan serupa lainnya, khususnya berada di bawah yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (CJ),” katanya dalam pidato video hari Senin (16/1) malam.
“Dan kami akan menggunakan semua peluang yang tersedia, baik nasional maupun internasional, untuk memastikan bahwa semua pembunuh Rusia, setiap orang yang memberi dan melaksanakan perintah teror rudal terhadap rakyat kami, menghadapi hukuman yang sah. Dan untuk memastikan bahwa mereka menjalani hukuman mereka,” katanya.
Rudal Tidak Akurat
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada hari Selasa (17/1) bahwa rentetan serangan rudal jarak jauh akhir pekan, yang pertama dari jenisnya dalam dua pekan, menargetkan jaringan listrik Ukraina.
Tetapi kementerian mengidentifikasi rudal yang menghantam gedung apartemen Dnipro sebagai rudal anti kapal yang terkenal tidak akurat ketika digunakan terhadap target darat karena sistem panduan radarnya buruk dalam membedakan target di daerah perkotaan.
Rudal serupa digunakan dalam insiden lain yang menyebabkan banyak korban sipil, katanya, termasuk serangan di pusat perbelanjaan di pusat kota Kremenchuk, Ukraina, Juni lalu.
Insiden semacam itu telah membantu memperkuat dukungan internasional untuk Ukraina saat berjuang untuk menangkis invasi Kremlin. Musim dingin telah memperlambat pertempuran, tetapi analis militer mengatakan dorongan baru dari kedua belah pihak kemungkinan besar terjadi setelah cuaca membaik.
Rusia Tingkatkan Jumlah Pasukan
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengatakan pada hari Selasa bahwa militer negara itu akan meningkatkan kesiapannya dari 1,15 juta saat ini menjadi 1,5 juta di tahun-tahun mendatang.
Sebagai bagian dari pembangunan, militer akan membentuk korps tentara di wilayah barat laut Karelia, dekat Finlandia, serta tiga infanteri bermotor baru dan dua divisi lintas udara. Militer juga akan menambah tujuh brigade infanteri bermotor menjadi beberapa divisi.
Pengumuman itu datang sehari setelah Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Wendy Sherman, dan pejabat AS lainnya bertemu di Kiev dengan Zelenskyy. Mereka menegaskan kembali "komitmen kuat dan teguh Washington untuk Ukraina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.
Jenderal Angkatan Darat AS, Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, pada hari Senin mengunjungi pasukan Ukraina yang sedang berlatih di sebuah pangkalan militer di Jerman di bawah komandan AS. Lebih dari 600 tentara Ukraina memulai program pelatihan yang diperluas di kamp tersebut pada hari sebelumnya.
Ibu negara Ukraina juga membantu memperkuat dukungan Barat dan memperoleh lebih banyak senjata asing, karena dia dijadwalkan untuk memberikan pidato internasional yang langka di Forum Ekonomi Dunia, pertemuan tahunan di kota Swiss Davos.
Sementara itu, kepala badan nuklir PBB pada hari Senin mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ukraina Selatan dan mengumumkan kehadiran permanen organisasi tersebut di sana untuk mengawasi operasi dan memastikan keselamatan.
Rafael Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional, mentweet pada Senin malam bahwa bendera badan itu berkibar di atas pembangkit listrik. “Kami di sini untuk tetap membantu memastikan keselamatan (dan) keamanan nuklir selama konflik yang sedang berlangsung,” kata Grossi, seraya menambahkan bahwa “segera, IAEA akan hadir secara permanen” di semua pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina.
Ukraina memiliki total empat pembangkit listrik tenaga nuklir dengan 16 reaktor. Salah satunya, pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, diambil alih oleh pasukan Rusia pada bulan-bulan pertama perang dan tetap berada di bawah kendali mereka. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...