Korban Tewas Bom Bunuh Diri di Gereja Pakistan, Mayoritas Perempuan dan Anak-anak
PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM – Sedikitnya 78 orang tewas, termasuk 41 perempuan dan anak-anak akibat serangan bunuh diri di gereja bersejarah di Pakistan, Minggu (22/9). Ini adalah serangan paling mematikan bagi kelompok minoritas agama. Tidak hanya Kristen, juga Islam Syiah. Pemerintah Pakistan mengatakan ini adalah sabotase perundingan damai yang sedang dirintis. PBB mengecam aksi ini.
Serangan itu terjadi saat jemaat pulang ibadah pagi di Gereja All Saints di kawasan kota tua di Peshawar, ibukota salah satu provinsi di barat laut Pakistan. Sekitar 600 orang sedang antre untuk mendapatkan makanan gratis di halaman luar gereja ketika dua ledakan mengacaukan kerumunan. “Segera setelah ibadah selesai dan makanan sedang didistribusikan, tiba-tiba kami mendengar satu ledakan, diikuti ledakan lain,” kata Azim Ghori, saksi peristiwa itu.
Pernyataan Pejabat Pemerintah
Menteri Dalam Negeri, Chaudhry Nisar Ali Khan, yang tiba di Peshawar pada Minggu malam, mengatakan bahwa 78 orang tewas, termasuk 34 perempuan dan 7 anak-anak. “Serangan terhadap perempuan dan anak adalah kejahatan kemanusiaan,” kata sang menteri. Akhtar Ali Shah, Sekretaris Daerah Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, mengatakan bahwa lebih dari 100 orang terluka. Khan mengatakan bahwa 37 dari korban luka adalah anak-anak.
Mereka yang tewas termasuk dua petugas polisi Muslim yang sedang berjaga di luar gereja. Saksi melaporkan kekacauan terjadi saat pekerja penyelamat mengangkut korban dari gereja. Saksi lain mengatakan bagian tubuh, pecahan peluru, dan pakaian berlumuran darah bertebaran di mana-mana.
Pada Minggu sore, 45 jenazah korban ditempatkan dalam peti mati dan dipindah ke Gereja St John di dekatnya, gereja tertua di Peshawar. Peti mati ditempatkan di taman bermain gereja dikelilingi puluhan kerabat dan pelayat yang berduka. Beberapa kompi polisi ditempatkan di luar gereja, dan pelayat diizinkan untuk memasuki kompleks setelah melewati pemeriksaan keamanan menyeluruh. Ambulans diizinkan masuk ke gereja untuk mengambil jenazah untuk ditempatkan di rumah duka di rumah sakit.
Shafqat Malik, seorang pejabat senior dari skuad penjinak bom, mengatakan bahwa bukti yang dikumpulkan dari gereja menegaskan bahwa dua pembom bunuh diri telah melakukan serangan itu. “Setiap pelaku membawa enam kilogram bahan peledak di tubuhnya, “katanya.
Serangan Terhadap Minoritas
Serangan itu bertepatan dengan gelombang yang lebih luas serangan terhadap minoritas agama, termasuk Muslim Syiah tahun ini.
Pada Maret lalu, massa Muslim menyerbu kampung Kristen di wilayah timur Lahore, membakar dua gereja dan lebih dari 100 rumah. Orang Kristen juga sering menjadi korban tuduhan penghujatan agama Islam karena penerapan undang-undang penghujatan yang ketat Pakistan.
Serangan sebagian besar diatur kelompok militan ekstremis Sunni, meski beberapa juga telah diklaim oleh Taliban Pakistan.
Gereja All Saints adalah salah satu yang tertua di Peshawar dan dibangun selama era kolonial Inggris. Gereja ini ada di kawasan Gerbang Kohati di kawasan kota tua. Wilayah ini sering mendapat serangan militan beberapa tahun terakhir, sebagian besar menargetkan orang-orang Muslim.
Upaya Damai dari Pemerintah Ditolak Taliban
Perdana Menteri Nawaz Sharif telah berusaha untuk memulai perundingan perdamaian dengan Taliban Pakistan, tujuannya untuk mengakhiri satu dekade kekerasan. Bulan ini, konferensi politik semua partai digelar yang memberi persetujuan pemerintah untuk memulai negosiasi dengan para pemberontak.
Tapi, tawaran ini secara terbuka ditolak oleh Taliban. Taliban malahan kemudian mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan seorang jenderal senior militer di Upper Dir, dekat perbatasan Afghanistan, pekan lalu. Segera setelah pengeboman pada hari Minggu, timbul kembali pertanyaan tentang rencana pemerintah untuk mengadakan pembicaraan damai.
Dalam pernyataan, Sharif mengatakan, “Para teroris tidak memiliki agama. Dan, penargetan orang yang tidak bersalah adalah bertentangan dengan ajaran Islam dan semua agama.” Majelis Ulama Pakistan, badan ulama terbesar, juga mengutuk ledakan itu, mengatakan bahwa mereka “berdiri bersama saudara-saudara Kristen kita dalam tragedi ini.” Pemimpin oposisi Imran Khan, yang telah menganjurkan memulai pembicaraan damai dengan militan, menyatakan solidaritas dengan komunitas Kristen. Ia juga mengulangi seruannya untuk mengatasi terorisme di negara ini.
Khan mengatakan ia percaya bahwa pengeboman itu merupakan upaya untuk sabotase perundingan perdamaian. “Komplotan itu sedang berusaha menyeret negara itu kembali pada ‘rawa-rawa’ 10 tahun lalu,” katanya, mengacu pada waktu ketika mantan Presiden Pervez Musharraf bersekutu dengan Amerika Serikat dalam upaya melawan militansi dan ekstremisme.
Tetapi, ada suara sebaliknya juga. Raja Nasir Abbas, seorang pemimpin Syiah, sekretaris jenderal partai Majlis-e-Wahdat-e-Muslimin, menuntut “operasi yang lebih keras terhadap Taliban” dan menyatakan bahwa “kebijakan yang lemah” dari pemerintah telah membuat “teroris makin berani”.
Ratusan orang Kristen dan aktivis dari kelompok masyarakat sipil di Lahore berunjuk rasa memprotes serangan itu. Mereka memblokir jalan-jalan saat mereka mengecam kekerasan. “Kami belum dilindungi,” kata Pitras Masih, buruh muda yang memegang salib kayu di tangannya dan kalung salib di lehernya. “Kami menginginkan keadilan.” Lainnya mengangkat tinggi-tinggi plakat menuntut keadilan. “Ada keseragaman balik terorisme ini,” kata salah satu plakat.
Kecaman PBB
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, Ban Ki-moon menyebutkan serangan itu sebagai tindakan yang sangat mengerikan.
Ban mengecam dan sangat prihatin tentang tindakan berulang kekerasan buta terhadap kelompok minoritas agama dan etnis di Pakistan. Kekerasan ini sangat mengejutkan justru karena dalam suasana di mana dunia memperingati hari perdamaian internasional.
"Ini aksi teror tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun," Sekjen PBB menekankan. Dia menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban, rakyat dan pemerintah Pakistan.
Ban juga menegaskan hari solidaritas PBB untuk perjuangan Pemerintah melawan terorisme dan ekstremisme. Dia juga mendesak pemerintah untuk terus mengambil langkah membangun toleransi dan memperkuat hubungan antara komunitas agama dan etnis di negara ini. (un.org / nytimes.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...