Korban Tragedi 1965 Sebut Taufik Ismail Provokator
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyair, Taufik Ismail mendapat cemoohan dari korban-korban Tragedi 1965, yang hadir dalam acara Simposium Nasional 'Membedah Tragedi 1965', di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, hari Selasa (19/4).
Saat itu di sela-sela simposium, panitia Simposium Nasional meminta Taufik untuk tampil membacakan sebuah puisi.
Namun ketika puisi dibacakan, Taufik mendapat respon negatif dari hampir seluruh peserta Simposium Nasional yang hadir.
Ilham Aidit, anak dari Dipa Nusantara Aidit, yang menjadi salah satu peserta simposium berteriak ke arah Taufik,"Provokator!" Kemudian peserta lain pun mengikuti.
Puisi Sudutkan PKI
Salah satu peserta simposium, Nurlaela dari Solidaritas Korban Pelanggaran HAM, Sulawesi Tengah, menjelaskan bahwa puisi yang dibacakan Taufik Ismail memang bernada provokatif.
Selain itu menurutnya, puisi-puisi karya Taufik Ismail pasca-Tragedi 1965 seringkali menyudutkan PKI dan menyebut PKI sebagai pelaku Gerakan 30 September.
"Sikap seperti itu kan tentunya merugikan keluarga korban untuk menuju proses rekonsiliasi dan menuntut rehabilitasi," ujarnya.
Selain itu, Nurlaela juga mengatakan bahwa di sekitar tahun 1960-an, Taufik Ismail bergabung dengan kelompok seniman Manifesto Kebudayaan (Manikebu) yang berseberangan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
Saat itu Lekra dinilai dekat dengan PKI dan selalu terlibat perseteruan dengan seniman dari Manikebu.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...