Korea Selatan Perketat Kembali Aturan Jarak Sosial
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Korea Selatan pada hari Sabtu (22/8) mengeluarkan pedoman jarak sosial yang lebih ketat untuk mencegah penyebaran virus corona secara nasional saat memerangi wabah baru penyakit yang menyebar dari ibu kota, Seoul.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan 315 kasus infeksi virus corona domestik baru pada tengah malam hari Jumat (21/8), yang terbaru dalam serangkaian peningkatan tiga digit dalam kasus lokal baru.
Korea Selatan menggunakan pelacakan kontak lanjutan dan pengujian luas untuk menahan wabah pertama virus corona baru, tetapi negara ekonomi terbesar keempat di Asia itu telah mengalami wabah terus-menerus dalam beberapa pekan terakhir. Sebagian besar karus ditemukan di dan sekitar Seoul yang padat penduduk dan daerah sekitarnya. Angka terbaru membuat penghitungan negara itu menjadi 17.002 kasu dengan 309 kematian.
Berlakukan Kembali Jarak Sosial
Di Seoul dan beberapa kota sekitarnya, pemerintah telah memberlakukan kembali aturan jarak sosial tingkat kedua, termasuk membatasi pertemuan besar, melarang pertemuan gereja secara langsung, menutup klub malam, bar, karaoke, makan prasmanan, dan kafe cyber.
Pedoman yang sama diberlakukan di wilayah lain di seluruh negeri mulai hari Minggu (23/8). Namun, di beberapa daerah dengan infeksi yang lebih sedikit, pedoman ini lebih direkomendasikan daripada diwajibkan.
"Jika kita tidak mengekang penyebaran (virus) pada tahap awal, ini akan berkembang sebagai gelombang skala besar. Bagi kami, tidak ada yang lebih penting daripada fokus pada menanggapi COVID-19," Menteri Kesehatan, Park Neung-hoo, dalam pengarahan pada hari Sabtu.
Tiga Tahap Jarak Sosial
Otoritas kesehatan telah mengkategorikan aturan jarak sosial dalam tiga tahap. Tahap satu menjadi yang paling tidak intens, dan tahap tiga yang paling sulit, di mana sekolah dan bisnis didesak untuk ditutup.
"Jika kami meningkatkan pedoman jarak sosial ke tahap ketiga, tidak dapat dihindari bahwa mereka akan berdampak pada kehidupan sehari-hari dan ekonomi masyarakat. Kami mendesak Anda untuk menangani situasi ini dengan serius," kata Wakil Direktur KCDC, Kwon Jun-wook, dalam sebuah penjelasan.
Kwon mengatakan Korea Selatan telah menyediakan obat anti virus remdesivir untuk merawat 143 pasien di 35 rumah sakit, tetapi akses ke obat tersebut tidak teratur karena masalah di pemasok.
Pada bulan Juni, Korea Selatan meminta produsen obat Gilead Sciences Inc untuk memasok cukup remdesivir untuk mengobati lebih dari 5.000 pasien COVID-19 sebagai persiapan untuk kemungkinan infeksi gelombang kedua.
Kementerian Kesehatan juga mengatakan akan menunda keputusannya untuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran hingga situasi COVID-19 stabil.
Ribuan dokter Korea Selatan telah melakukan pemogokan dan protes atas rencana pemerintah untuk melatih dokter baru. Mereka mengatakan di sana cukup banyak dokter, tetapi kondisi dan sistem yang lebih baik diperlukan untuk mengalokasikan mereka dengan benar. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...