Korea Utara: Kasus Harian COVID-19 Di Bawah 200.000
PYONGYANG, SATUHARAPAN.COM-Kasus demam (diduga terkait COVID-19) harian di Korea Utara tetap di bawah 200.000 pada hari kedua berturut-turut, menurut laporan media pemerintah pada hari Senin (23/5).
Sementara itu, Pyongyang tetap diam atas tawaran Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk membantu memerangi wabah COVID-19 pertama yang dikonfirmasi.
Gelombang COVID, Korea Utara hanya menyebutnya demam, yang diumumkan pada 12 Mei, telah memicu kekhawatiran akan kurangnya vaksin, infrastruktur medis yang tidak memadai, dan potensi krisis pangan di negara berpenduduk 25 juta itu.
Presiden AS, Joe Biden, mengatakan pada hari Sabtu (21/5) bahwa Washington telah menawarkan vaksin COVID-19 ke China dan Korea Utara, tetapi “tidak mendapat tanggapan.”
Korea Utara melaporkan 167.650 pasien baru menderita demam pada hari Senin, dan satu kematian lagi. Lebih dari 2,33 juta dari 2,81 juta kasus secara kumulatif yang dilaporkan sejak akhir April telah pulih pada hari Minggu (22/5) malam, kata kantor berita negara KCNA. Korban tewas resmi mencapai 68 orang.
Sementara tetap tidak merespons pada tawaran bantuan, Korea Utara telah membual tentang "tikungan yang menguntungkan" dalam situasi virus negara itu.
“Kesadaran krisis dan tanggung jawab lebih ditingkatkan di setiap wilayah, sektor, tempat kerja, dan pos di seluruh negeri untuk mempertahankan perubahan yang menguntungkan dalam pekerjaan pencegahan epidemi dan semua penetrasi epidemi diperiksa melalui pelaksanaan penguncian dan blokade regional dan unit yang ketat. langkah-langkah,” kata laporan KCNA.
Pembatasan COVID-19 semacam itu mungkin memainkan peran dalam kurangnya tanggapan Korea Utara, kata seorang pejabat senior pemerintah AS, hari Minggu.
Karena kekurangan pasokan pengujian, Korea Utara belum mengkonfirmasi jumlah total orang yang dites positif terkena virus corona. Sebaliknya, otoritas kesehatan melaporkan jumlah tersebut dengan gejala demam, sehingga sulit untuk menilai skala gelombang COVID, kata para ahli.
Pihak berwenang telah mendistribusikan makanan dan obat-obatan di seluruh negeri, dengan petugas medis militer dikerahkan untuk membantu mendistribusikan obat-obatan dan melakukan pemeriksaan.
KCNA mengatakan pabrik-pabrik farmasi “mempercepat produksinya,” tetapi tidak merinci obat-obatan mana yang sedang diproduksi. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...