Korut Dikabarkan Hukum Mati Wakil Kepala Kabinet
PYONGYANG, SATUHARAPAN.COM – Wakil kepala kabinet Korea Utara (Korut) Choe Yong Gun dihukum mati karena mengkritik sejumlah kebijakan pemimpin tertinggi Kim Jong-Un.
Jika kabar kematian Choe betul, seperti diberitakan kantor berita Korea Selatan Yonhap pada Rabu (12/8), maka Korut pada 2015 menghukum mati dua pejabat tinggi negara. Sebelumnya, Menteri Pertahanan Hyon Yong-Chol juga dikabarkan harus menyerahkan nyawanya pada April akibat tuduhan pembangkangan dan mengantuk saat parade militer.
Kepala kabinet adalah jabatan setara perdana menteri dalam tata pemerintahan parlementer Korea Utara dan membawahkan urusan administrasi pemerintahan.
Choe, yang menjabat wakil kepala kabinet sejak Juni 2014, harus menghadapi regu tembak pada Maret setelah menentang kebijakan Kim di bidang kehutanan, kata Yonhap mengutip sumber "yang mengetahui Korea Utara".
Choe terakhir kali terlihat di depan media Korut pada Desember dalam upacara peringatan kematian mantan pemimpin tertinggi Kim Jong-Il, kata keterangan kementerian penyatuan Korea Selatan pada Rabu (12/8).
Seoul "memantau saksama kemungkinan perubahan terkait nasib Choe", kata kementerian untuk urusan hubungan dua Korea tersebut.
Menurut sejumlah laporan media massa, Korut mengeksekusi Hyon dengan tembakan anti-pesawat tempur. Eksekusi kejam tersebut dilakukan hanya bagi pejabat senior dengan tujuan menakuti pejabat lain yang hendak membangkang.
Korut hingga kini belum membenarkan eksekusi mati terhadap Hyon--laporan pertama muncul pada Mei dari badan intelejen Korea Selatan. Namun demikian, negara tersebut telah mengumumkan pengganti Hyon, Park Yong Sik, pada Juli.
Badan intelijen Korea Selatan pada Mei 2015 menyatakan Kim Jong Un telah menghukum mati puluhan pejabat–termasuk pamannya–sejak berkuasa pasca-kematian ayahnya pada Desember 2011.
Pyongyang pada Desember 2013 secara terbuka mengumumkan hukuman mati terhadap paman pemimpin tertinggi, Jang Song-Thaek, dengan tuduhan penghianatan dan korupsi.
Kim, yang baru berusia awal 30-an, beberapa kali merombak pejabat tinggi militer. Sejumlah pengulas mengatakan tindakan itu untuk memastikan mereka setia kepada sang pemimpin muda. (Ant)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...