Kotawaringin Timur Jadi Contoh Daerah Kerukunan Beragama
SAMPIT, SATUHARAPAN.COM - Kerukunan hidup umat beragama di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, diakui benar-benar dirasakan secara nyata, bukan sebuah retorika sehingga menjadi perhatian Pemerintah Pusat untuk dijadikan contoh terkait toleransi kehidupan beragama.
"Kami pernah bertanya kenapa kegiatan terkait kerukunan beragama selalu dibikin di Sampit, jadi menurut pemantauan pemerintah pusat bahwa kerukunan umat beragama terbaik di kabupaten itu adalah Sampit (Kotawaringin Timur). Jadi, toleransi umat beragama di daerah ini sudah teruji," kata Pendeta Mirona Tarigan saat menghadiri peringatan Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke-74 di Sampit, Jumat (4/1).
Mirona Tarigan meyakinkan bahwa toleransi tinggi dan kerukunan umat beragama di Kotawaringin Timur bukan isu belaka. Keharmonisan itu memang benar nyata dan dirasakan penduduk di daerah ini.
Kotawaringin Timur yang dihuni penduduk dengan beragam suku dan agama, menyadari betul perbedaan itu. Namun masyarakat memahami bahwa perbedaan itu tidak boleh dipermasalahkan, justru menjadi perekat persatuan karena semua bisa hidup rukun berdampingan menjalankan ajaran agama masing-masing.
Pendeta yang merupakan Ketua Persatuan Gereja Pantekosta Indonesia Kabupaten Kotawaringin Timur dan juga Ketua I Komunitas Lintas Agama dan Tokoh se-Kabupaten Kotawaringin Timur ini mengaku bangga dengan toleransi, kerukunan dan keharmonisan umat beragama di daerah ini.
Pria asal Sumatera ini mengaku bisa menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman. Silaturahmi dan persaudaraan dengan penganut agama lain juga berjalan dengan baik dengan menjunjung tinggi sikap toleransi.
Dia juga mengapresiasi tekad kuat pemerintahan di bawah kepemimpinan Bupati H Supian Hadi yang selama dua periode ini terus mendorong terciptanya kerukunan umat beragama. Pemerintah daerah menjalin komunikasi dan menggandeng tokoh lintas agama dengan baik dalam rangka merawat toleransi.
Tokoh lintas agama membuat kegiatan-kegiatan keagamaan umat beragama secara bersama-sama untuk menularkan semangat persaudaraan kepada masyarakat. Melalui Forum Kerukunan Umat Beragama yang difasilitasi pemerintah daerah, juga dilakukan pertemuan rutin membahas perkembangan dinamika kehidupan beragama serta mencegah dan mencari solusi jika ada hal-hal yang rawan mengusik kerukunan umat beragama.
Dia juga mengapresiasi upaya terus-menerus pemerintah daerah dalam merawat kerukunan umat beragama. Salah satunya dengan membangun empat rumah ibadah pada 2015 lalu yaitu Balai Basarah milik umat Hindu Kaharingan, Gereja Katolik Stasi Kudus, Gereja Kristen Eka Shinta dan Masjid Al Hadi.
Menurut Mirona Tarigan, pembangunan rumah ibadah berdampingan itu sebagai upaya pemerintah daerah merawat Bhinneka Tunggal Ika dalam hal kehidupan umat beragama.
"Itu yang membuat salah satu saya kerasan tinggal di Sampit sampai sekarang sudah 33 tahun saya tugas di sini karena kami para tokoh agama juga kompak. Kerukunan umat beragama di sini sudah teruji. Toleransi umat beragama di Kotawaringin Timur ini tidak perlu disangsikan lagi," ujar Mirona Tarigan.
Hal serupa juga dirasakan tokoh agama Budha Edy Sanjaya. Pria kelahiran Sampit ini sama sekali tidak ada merasa terkendala dalam menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya karena toleransi tinggi ditunjukkan pemeluk agama lainnya.
"Toleransi umat beragama di Kotawaringin Timur paling bagus. Yang saya alami, kita tidak pernah yang namanya terjadi permusuhan antar agama. Kerukunan umat beragama di daerah ini saya rasa paling bagus dan terbaik," kata Edy Sanjaya yang merupakan Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara Kabupaten Kotawaringin Timur.
Edy mengaku tidak asing dengan perbedaan agama. Bahkan di keluarganya, dia mengaku memiliki kerabat dengan enam agama berbeda, namun semua bisa hidup damai dan saling mendukung.
"Upaya pemerintah daerah untuk merawat kerukunan umat beragama. Sudah banyak contohnya, seperti FKUB yang terus aktif, juga dari Kementerian Agama sering mengadakan pertemuan antara lintas agama maupun kegiatan-kegiatan lainnya," kata Edy.
Kekompakan juga ditunjukkan tokoh lintas agama saat menghadiri peringatan Hari Amal Bakti ke-74 Kementerian Agama. Mereka duduk berdampingan dan saling bercanda akrab, yakni Ketua Majelis Ulama Indonesia Kotawaringin Timur KH Amrullah Hadi, Pendeta Mirona Tarigan, Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara Kotawaringin Timur Edy Sanjaya, tokoh agama Hindu I Gede Sukadana beserta tokoh lainnya.
"Kita semua sepakat untuk terus menjaga kerukunan antar umat beragama di daerah ini," demikian Amrullah Hadi. (Ant)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...