Kue Gagal Oma
SATUHARAPAN.COM – Insiden kecil ini terus menghuni ruang ingatan saya. Inilah kisah seorang wanita muda belia sederhana dan lembut hati—Mama saya—dan seorang wanita paruh baya, tegas, yang selalu tahu apa yang diinginkannya—Oma saya.
Oma, sepanjang ingatan saya, seorang koki andal yang suka mencoba berbagai resep baru. Oma, yang buta aksara Latin, selalu dapat mengandalkan Mama. Suatu hari kegiatan menyenangkan Oma terganggu. Menantunya melongo menatap nama bahan yang tidak dikenalnya. Di hadapannya Sang Mertua, yang memeluk baskom berisi terigu, telur, gula, dan bahan lain, menatapnya penuh harap.
Wah! Kalau sudah begini, segala puji untuk teknologi komunikasi masa kini. Kita tinggal meraih telepon, HP, blackberry, skype, atau chat… pemilik asli resep tersebut, atau browsing untuk mencari tahu. Namun, kisah mertua–menantu ini terjadi pada awal 1970-an. Seandainya keluarga kami memiliki telepon, yang memberikan resep belum tentu punya.
Mama bergumul dan ia… menebak. Oma segera melanjutkan proses pembuatan kuenya… dan gagal! Anda dapat menduga apa yang terjadi selanjutnya pada mertua–menantu ini!
Mengenang itu, saya kadang geli sendiri, bukankah sebaiknya Mama mengatakan yang sebenarnya? Namun belakangan ini, saya tak lagi bisa tersenyum lebar karena sering melakukan kesalahan yang sama. Saya enggan mengaku bahwa saya tidak tahu.
Padahal dalam era digital, ada banyak hal yang kita tidak tahu. Dan kita memang tidak perlu tahu segala sesuatu untuk menjadi bijak. Karena itu, mari kita belajar berkata, ”Saya tidak tahu, tetapi saya akan segera mencari tahu.” Sebab saat ini pengetahuan hanya sejauh sentuhan jemari!
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Pengadilan Swedia Hukum Politisi Sayap Kanan Karena Menghina...
MALMO-SWEDIA, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan Swedia menjatuhkan hukuman pada hari Selasa (5/11) kepada s...