Kunjungi Auschwitz, Ban Ki-moon Tegaskan Nilai dan Martabat Manusia
POLANDIA, SATUHARAPAN.COM – Dalam kunjungannya ke kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz di Polandia, dimana jutaan orang Yahudi dan anggota komunitas lainnya tewas selama Perang Dunia Kedua, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Senin (18/11) menyatakan bahwa semua korban pada peristiwa yang keji tersebut harus dihormati dengan memastikan martabat dan kebebasan dasar bagi semua orang.
“Auschwitz bukan hanya sekedar daftar kekejaman,” kata Ban. “Dalam keheningan yang sangat menghantui ini, kita melihat sisa-sisa kehidupan manusia, kita mendengar teriakan sejarah dan kemanusiaan. Dan melalui semua ini, semakin jelas bahwa setiap kehidupan adalah sangat berharga. Setiap orang itu penting,” tegasnya.
“Untuk masa depan kita bersama, mari kita merangkul tugas kita bersama sebagai anggota keluarga manusia untuk membangun dunia yang damai, adil, setara dan mengangkat martabat manusia,” tambahnya.
Kunjungan Sekjen PBB ke kamp kematian yang terkenal tersebut dalam rangka lawatannya ke negara-negara Baltik dan sekalian menuju ke Warsawa untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB.
“Aku menatap tumpukan gelas, rambut, sepatu, syal untuk berdoa dan boneka. Aku mencoba membayangkan bahwa itu semua adalah milik orang Yahudi atau siapapun,” katanya. “Aku berdiri dalam ketidakpercayaan di depan kamar gas dan krematorium dan bergidik atas kekejaman mereka yang telah merancang pabrik kematian ini,” tambahnya.
Ban menegaskan bahwa semua orang perlu mengingat kembali akan pembantaian manusia yang dilakukan secara besar-besaran terhadap orang Yahudi Eropa serta pembantaian orang Polandia, Roma dan banyak lagi selama masa perang. Ia mencatat bahwa kebencian dan penganiayaan itu belum berakhir setelah apa yang terjadi juga di Kamboja, Srebrenica dan Rwanda.
Bahkan saat ini, ia menyatakan bahwa anti-Semitisme berkembang dan berpengaruh di banyak tempat. Di Eropa dan di tempat lain, para imigran, umat Muslim, Roma dan minoritas lainnya sedang menghadapi kenaikan diskriminasi dan hanya sedikit yang membela mereka.
“Dunia tidak boleh lupa, menyangkal atau mengecilkan Holocaust,” katanya. “Kita harus selalu tetap waspada dan kita harus berbuat lebih banyak, jauh lebih banyak untuk mempromosikan kesetaraan dan kebebasan fundamental.”
Tanggal 27 Januari telah ditetapkan oleh Majelis Utama PBB untuk mengenang pembebasan Auschwitz pada tahun 1945 silam. Penetapan tersebut diputuskan dalam acara Hari Internasional Mengenang Korban Holocaust di tahun 2005. (un.org)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...