Kunjungi Belanda Filep Karma Janji Cukur Janggut bila Papua Bebas
AMSTERDAM, SATUHARAPAN.COM - Aktivis Papua Merdeka, Filep Karma, mengunjungi sejumlah negara Eropa, termasuk Belanda dan Jerman. Di Amsterdam, ia berkunjung ke kantor Amnesty International di negara itu, sebagaimana dilaporkan di situs resmi Amnesty International Nederland.
"Aktivis Filep Karma (58) dari provinsi Papua di Indonesia, hari ini mengunjungi kantor Amnesty International di Amsterdam," demikian situs resmi lembaga itu menulis pada 5 Februari lalu.
Koran Jerman memberitakan kunjungan Filep Karma ke kota Gevelsberg, Jerman. (Foto: Filep Karma)
Filep Karma tidak asing bagi Amnesty International. Ketika Filep Karma dipenjara bertahun-tahun karena mengibarkan bendera Bintang Kejora di Papua pada tahun 2004, Amnesty International berkampanye untuk pembebasannya.
"Petisi yang ditandatangani oleh banyak orang dari seluruh dunia membawa banyak perhatian ke media lokal di Indonesia. Puluhan ribu orang menulis kartu dan surat untuknya dan itu berpengaruh," demikian Amnesty International menggambarkan upaya menggalang solidaritas.
Filep Karma sendiri, pada kunjungannya di Belanda itu, mengakui besarnya solidaritas yang diterimanya. Dukungan itu bahkan dikirimkan berupa kartu pos ucapan dukungan.
"Saya menerima dari seluruh dunia. Dari anak-anak hingga akademisi," kata Filep Karma.
Dukungan itu, menurut Filep Karma, memberi keberanian kepadanya. Ia menjadi merasa kuat. "Saya harap orang akan terus mengirim kartu dan surat kepada orang lain di dunia yang masih dipenjara," kata dia.
Filep Karma dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena tuduhan makar pada tahun 2004. Tetapi kemudian ia dibebaskan pada tahun 2015. Ia mengalami gangguan kesehatan selama di dalam penjara dan harus berobat ke Jakarta.
Pada kunjungannya ke kantor Amnesty International Belanda, Filep Karma mengungkapkan janjinya yang unik tentang janggutnya yang panjang dan gimbal. Sambil berpose tegak dengan tinjunya diangkat, ia bercerita bagaimana umumnya warga Indonesia melihat dirinya. Seorang pria kulit hitam berjanggut, kerap dicap sebagai penjahat.
Tetapi itu tidak masalah bagi Filep Karma. Dan ia akan membiarkannya sampai cita-cita perjuangannya tercapai. "Saya hanya akan memotongnya jika Papua independen," kata dia.
Kepada satuharapan.com, Filep Karma juga mengirimkan foto selembar surat kabar yang memuat foto dirinya pada sebuah acara di Jerman.
"Berkampanye tentang pelanggaran HAM di West Papua dan ucapan terimakasih kepada simpatisan pengirim kartu pos pada sebuah sekolah di Jerman," tulis Filep Karma lewat pesan WhatsApp.
Editor : Eben E. Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...