Kunyit, Rempah Serbaguna
SATUHARAPAN.COM – Kunyit atau kunir, termasuk salah satu tanaman rempah-rempah asli wilayah Asia Tenggara. Kunyit bukan sembarang bumbu masakan atau penambah rasa untuk menu masakan Anda. Rempah serbaguna ini ternyata punya banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.
Tanaman ini sudah dimanfaatkan selama ribuan tahun. Hampir setiap orang Indonesia dan India, serta bangsa Asia umumnya, pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu, atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Kunyit dengan nama ilmiah Curcuma longa, Linn.(dengan sinonim Curcuma domestica, Val.), menurut wikipedia.org, tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), janar (Banjar), kunir (Jawa), koneng (Sunda), atau konyet (Madura).
Meskipun ilmu kedokteran Barat sangat berhati-hati dalam menyatakan khasiat suatu tanaman obat dalam mencegah atau mengobati suatu penyakit, masyarakat di Asia dan Amerika Latin (Brasil) sudah menggunakan kunyit dalam pengobatan tradisional untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit.
Belakangan, kunyit yang selama ini sering kurang diperhatikan manfaatnya untuk kesehatan, mulai mendapat perhatian di Barat. Dikutip dari farmasi.ugm.ac.id, antioksidan pada kunyit terbukti mencegah kerusakan asam deoksiribonukleat (senyawa yang menyusun gen) DNA, memblokir pertumbuhan tumor. Kerusakan pada gen merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kanker. Antioksidan bekerja dengan menstabilkan radikal bebas (molekul oksigen yang sangat reaktif) dan menghambat kerusakan sel.
Penelitian-penelitian itu memperkuat apa yang secara tradisional diakui merupakan efek positif kunyit, sekaligus membuka potensi pemanfaatan kunyit lebih lanjut.
Tanaman kunyit tumbuh hingga mencapai tinggi 40-100 cm. Batangnya merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan, dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak).
Daunnya tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm, dengan pertulangan menyirip dan berwarna hijau pucat. Tepi daun yang rata.
Tanaman kunyit berbunga majemuk, berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm, dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih kekuningan.
Kulit luar rimpang berwarna jingga kecokelatan. Daging buahnya merah jingga kekuning-kuningan.
Manfaat Rimpang Kunyit dan Mekanisme Antikanker
Bagian yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang. Secara tradisional, rimpang kunyit dimanfaatkan sebagai antikoagulan, antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik.
Penelitian Kiso dan timnya pada 1983 menyebutkan kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai antihepatotoksik, enthelmintik, antiedemik, analgesik. Penelitian Masuda dan timnya, pada 1993, membuktikan kurkumin, kandungan senyawa di dalam kunyit, juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dan antioksidan.
Kurkumin, menurut penelitian Supriadi, juga berkhasiat mematikan kuman dan menghilangkan rasa kembung karena dinding empedu dirangsang lebih giat untuk mengeluarkan cairan pemecah lemak. Minyak atsiri pada kunyit dapat bermanfaat untuk mengurangi gerakan usus yang kuat sehingga mampu mengobati diare. Selain itu, juga bisa digunakan untuk meredakan batuk dan antikejang.
Menurut Dr Edy Meiyanto, dalam penelitian yang dilakukan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, seperti dikutip dari farmasi.ugm.ac.id, kurkumin dapat dikembangkan sebagai obat antikanker potensial, dikaitkan juga dengan kemampuannya sebagai antioksidan, penghambatan karsinogenesis, penghambatan proliferasi sel, antiestrogen, dan antiangiogenesis.
Rimpang kunyit berdasarkan penelitian Hartono, Ida Nurwati, Fanny Ikasari, dan Wiryanto dari Jurusan Biologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dikutip dari biosains.mipa.uns.ac.id, dapat mempunyai efek antihepatotoksik terhadap kerusakan hepar pada hewan uji akibat pemberian asetaminofen yang ditandai dengan kenaikan kadar SGOT dan SGPT.
Penelitian lain yang dilakukan Khanna, pada 1999, juga membuktikan rimpang kunyit mampu melindungi sel-sel hati dari bahan toksik. Selain mempunyai efek antihepatotoksik, penelitian Suyatno pada 1997 menyebutkan kunyit juga mempunyai efek antiinflamasi, antibakteri, antiperoksidasi, spasmolitik, meningkatkan sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol darah, serta dapat mencegah perlemakan hati.
Ekstrak rimpang kunyit memiliki senyawa aktif yang mampu bekerja sebagai antibakteri, atau dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas sp, berdasarkan penelitian untuk skripsi yang dilakukan Pangemanan, Fatimawali, Fona Budiarso (Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado).
Penelitian Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, yang dilakukan oleh Lailatul Muniroh, Santi Martini, Triska Susila Nindya, Rondius Solfaine, menyebutkan minyak atsiri pada kunyit dapat digunakan sebagai antiradang pada penderita gout artritis dengan diet tinggi purin.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, yang dikutip dari situs litbang.pertanian.go.id, telah merilis kunyit varietas Turina untuk mendukung industri obat dan farmasi. Cheppy Syukur dan tim dalam penelitian melaporkan semakin tinggi kadar kurkumin pada kunyit, semakin baik untuk mendukung industri obat, farmasi, maupun industri jamu tradisional. Varietas Turina 1, 2 dan 3, mampu berproduksi 20 ton/ha, bahkan pada lahan yang subur mampu berproduksi 40-60 ton/ha. Varietas ini relatif tahan terhadap hama dan penyakit.
Kandungan kurkumin tinggi dapat diperoleh dengan menanam kunyit secara monokultur yang terbebas dari naungan, sehingga mendapatkan hasil rimpang lebih bagus.
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...