Kurang Tidur Gandakan Kematian Pengidap Penyakit Jantung dan Diabetes
PENNSYLVANIA, SATUHARAPAN.COM – Jangka waktu tidur kurang dari enam jam setiap malam, meningkatkan risiko sebesar dua kali lipat bagi kelompok pasien yang memiliki faktor risiko untuk mengidap penyakit jantung dan diabetes.
Risiko dari mereka dalam kelompok yang memiliki gejala sama mengidap penyakit jantung dan diabetes dua kali lebih besar untuk mengalami kematian, dibandingkan mereka yang tidak memiliki faktor-faktor penyakit tersebut, apabila jangka waktu tidur mereka kurang dari enam jam setiap malam.
Ini adalah temuan dari sebuah studi baru yang diselenggarakan oleh para peneliti di Pennsylvania State College of Medicine dan dilaporkan dalam the Journal of the American Heart Association.
Yang disebut dengan sindrom metabolik ditandai dengan meningkatnya gula darah, tekanan darah tinggi dan kolestrol, serta kelebihan lemak di seputar pinggang. Sebuah diagnosis sindrom metabolik termasuk di antaranya indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi, sebuah pengukuran berat seseorang relatif terhadap tinggi badannya.
Seseorang dengan indeks massa tubuh yang tinggi dan gejala-gejala metabolik lainnya, beresiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung dan diabetes.
Pada studi ini, 1.344 orang dewasa sepakat untuk bermalam di sebuah klinik tidur. Hampir 40 persen dari para peserta tersebut diketahui memiliki paling tidak tiga faktor risiko dari sindrom metabolik.
Ketika semua peserta ini dilacak kembali pada jangka waktu rata-rata 16 tahun kemudian, 22 persennya diketahui sudah meninggal.
Dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sindrom metabolik, para peneliti menemukan bahwa mereka dengan kelompok faktor risiko penyakit jantung dan diabetes memiliki kemungkinan 2,1 kali lebih besar untuk mengalami kematian akibat stroke, apabila mereka tidur kurang dari enam jam selama mereka bermalam di laboratorium.
Apabila mereka tidur lebih dari enam jam, mereka yang memiliki sindrom metabolik memiliki peluang 1,5 kali lipat untuk mengalami stroke yang mematikan dibandingkan peserta yang tidak memiliki sindrom metabolik.
Akhirnya, mereka yang memiliki sindrom metabolik yang tidur kurang dari enam jam memiliki peluang hampir dua kali lipat untuk mengalami kematian , oleh sebab apapun dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung dan diabetes.
Studi ini adalah yang pertama, menguji dampak jangka waktu tidur terhadap risiko kematian pada pasien dengan sindrom metabolik.
Lebih banyak lagi percobaan akan direncanakan
Apabila anda memiliki sindrom metabolik, penulis studi ini menyatakan penting untuk pasien agar memberitahu dokter mereka, apabila anda tidak cukup tidur untuk mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung atau stroke.
Para peneliti merencanakan percobaan klinis di waktu mendatang untuk menentukan apakah peningkatan lama tidur yang berkualitas, di samping menurunkan tekanan darah dan gula darah, meningkatkan prospek mereka dengan sindrom metabolik.
The American Heart Association baru-baru ini mengeluarkan pernyataan ilmiah tentang semakin banyaknya orang Amerika yang mengalami kesulitan tidur, baik secara tidak disengaja ataupun karena mereka lebih suka begadang, dan tren ini mungkin diasosiasikan dengan meningkatnya risiko dan hasil terkait penyakit kardiovaskular. (voaindonesia.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...