Kurdi Minta Eropa Tarik Dubesnya dari Turki
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Para pemimpin Kurdi meminta negara-negara Eropa untuk menarik duta besar mereka dari Turki sebagai protes terhadap operasi militer Ankara melawan pasukan mereka di Suriah utara.
Sebuah delegasi dari Dewan Demokratik Suriah (SDC), sayap politik Pasukan Demokratik Suriah (SDF), melakukan perjalanan ke Brussels pada hari Kamis (10/10) untuk mendesak Uni Eropa untuk mengambil langkah konkret menindak Turki, menurut lapor AFP.
“Kami ingin intervensi mendesak pada krisis ini, dan serangan-serangan ini harus dihentikan dengan cepat. Ruang udara harus ditutup untuk penerbangan Turki sehingga serangan udara dapat dihentikan, ”kata tokoh senior SDC, Ilham Ahmed di Brussels.
"Semua negara Eropa harus membekukan hubungan mereka dengan menarik duta besar mereka dari Turki segera," katanya.
Pihak UE juga telah mendesak Turki untuk menghentikan serangan, tetapi belum mengambil tindakan apa pun. Para menteri luar negeri blok itu akan membahas krisis tersebut pada pertemuan reguler pada hari Senin pekan depan.
Tahan Anggota Parlemen
Sementara dari Turki dilaporkan bahwa polisi Turki telah melakukan penyelidikan kriminal terhadap anggota parlemen Kurdi dan menahan sejumlah orang, menuduh mereka mengkritik serangan militer ke Suriah di media sosial.
Polisi juga menembakkan meriam air dan menahan lusinan aktivis di kota Diyarbakir yang sebagian besar orang Kurdi pada hari Kamis (10/10) dalam sebuah protes terhadap serangan lintas perbatasan itu.
Turki menyerang milisi Kurdi, YPG, di timur laut Suriah pada hari Kamis (hari kedua operasi militer), memaksa puluhan ribu orang melarikan diri dan menewaskan puluhan orang. Ankara menganggap YPG sebagai kelompok teroris karena hubungannya dengan militan yang melakukan pemberontakan di Turki.
Kantor berita setempat, Anadolu, melaporkan bahwa polisi anti huru hara menembakkan meriam air dan kemudian menahan para demonstran pada rapat umum di depan markas Partai Demokratik Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi di Diyarbakir. Seorang pejabat partai HDP mengatakan polisi menahan 25 anggotanya di sana, termasuk pemimpin provinsi Diyarbakir.
Sebelumnya, pihak berwenang menyelidiki para pemimpin HDP dan menahan 21 orang karena mengkritik serangan militer secara online.
Sebagian besar partai oposisi Turki mendukung operasi tersebut, namun HDP menyerukan agar ofensi dihentikan, menggambarkannya sebagai "upaya invasi".
Wakil pemimpin HIDUP, Sezai Temelli, mengatakan operasi itu upaya pemerintah untuk menggalang dukungan di tengah menurunnya dukungan publik. Jaksa lalu menyelidikinya dan wakil pemimpin HDP lainnya, Pervin Buldan.
Temelli dan Buldan dituduh "melakukan propaganda untuk organisasi teroris" dan "secara terbuka menghina pemerintah Turki". Tiga anggota parlemen HDP lainnya sedang diselidiki atas tuduhan yang sama, kata kantor berita itu.
Pemerintah menuduh HDP terkait dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan ribuan anggotanya telah dituntut karena alasan yang sama, termasuk para pemimpinnya.
HDP menolak tuduhan tersebut.
Sebelumnya diberitakan bahwa pihak berwenang juga meluncurkan penyelidikan terhadap 78 orang yang mengkritik serangan di media sosial.
Editor : Sabar Subekti
Dibangun Oleh Korban Penganiayaan, Bethlehem, Kota Natal AS ...
BETHLEHEM-PENNSYLVANIA, SATUHARAPAN.COM-Pada Malam Natal tahun 1741, para pemukim Moravia menamai ko...