Kurikulum Pertanian Baru Australia yang Bisa Ditiru Sekolah di Indonesia
AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM – Seorang guru dari Tamworth, Negara Bagian New South Wales, telah mengembangkan kurikulum pertama di Australia yang mengeksplorasi pertanian regeneratif.
Kate Spry menciptakan "The Soil Story: The Road to Regenerative Agriculture", menanggapi keputusasanya atas kesalahan informasi tentang peran pertanian dalam memperbaiki erosi tanah, dan memerangi perubahan iklim.
"Saya mengajar sains, dan dalam kurikulumnya ada yang mengatakan jika kita mengurangi jumlah ternak, kita bisa mengatasi masalah emisi metana," katanya.
"Aku tidak merasa nyaman mengajarkan ini karena pertanian sebenarnya bagian dari solusi,” katanya dilansir abc.net.au, pada Rabu (15/5).
Berawal dari Tanah
Pertanian regeneratif adalah teknik manajemen pengolahan lahan dan ternak yang berupaya menyerap karbon dan memulihkan proses sistem ekosistem yang sehat.
"Fokusnya adalah membangun tanah yang sehat untuk menciptakan kesehatan bagi manusia," kata Kate.
"Pelajaran ini adalah tentang membangun keanekaragaman hayati dan memahami proses ekosistem, siklus air, siklus mineral, aliran energi, dinamika masyarakat, semua hal yang biasanya tidak terlalu diuraikan atau dibicarakan."
Ia sendiri mengambil kerangka kurikulum serupa yang dibuat untuk sekolah-sekolah di Amerika Serikat, dan kemudian diadaptasinya dengan memasukkan tokoh-tokoh gerakan regeneratif di Australia, seperti Bruce Pascoe, Charlie Arnott, dan Charles Massy.
"Ini harus menjadi unit yang lengkap karena guru sangat kekurangan waktu dan mereka dapat mengambil unit ini dan mulai mengajarkannya," kata Kate.
Kurikulumnya diberikan kepada siswa Kelas 3 hingga 10 dengan diminta membuat proyek bersama, serta dapat digunakan dalam kelas sains, pertanian, sejarah, dan geografi.
Sejauh ini sudah diambil lebih dari 50 sekolah di New South Wales, Victoria, dan Tasmania, termasuk beberapa di kota-kota besar.
"Saya tidak terlalu terkejut dengan sekolah di perkotaan, karena kebanyakan warga di Sydney dan Melbourne cukup tertarik dengan kesehatan mereka," kata Kate.
Melibatkan Generasi Baru
Studi pertanian, telah beralih dari pertanian konvensional di sekolah menengah ke arah eksplorasi sebab dan akibat yang lebih holistik, termasuk pertanian keberlanjutan, mikroorganisme, dan siklus karbon.
Sky Van den Berge, guru sains pertanian di Marian Catholic College di Sydney mengatakan, kurikulum baru ini memberi para guru kemampuan untuk memperkenalkan topik-topik ini kepada siswa yang lebih muda, dengan cara yang "menarik".
"Teknologi pertanian dan pangan sekarang menjadi pelajaran wajib untuk tahun 7 dan 8, dan sangat penting bagi siswa untuk memiliki keinginan mempelajarinya," katanya.
Rebecca Smith, telah mengajar pertanian regeneratif selama lebih dari 15 tahun di Armidale, tempat banyak muridnya berasal dari latar belakang pertanian konvensional.
"Kami masih belajar pertanian konvensional, mempelajari cara mengemudi traktor dan menggembalakan domba, tetapi untuk soal pengelolaan lahan, saya menggunakan pertanian regeneratif sebagai fokusnya."
Menurutnya, bagusnya dari pelajaran ini adalah konsep-konsepnya sangat sederhana dan tepat sasaran.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...