Laboratorium ITP UMM Produksi Mie dan Macaroni Berbahan Umbi Garut
MALANG, SATUHARAPAN.COM – Laboratoroium Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP), Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), tengah mengembangkan berbagai produk inovatif berbasis umbi-umbian. Salah satu produk yang saat ini dikembangkan yakni mie dan macaroni, yang terbuat dari campuran tepung singkong dan pati garut.
“Mie dan makaroni merupakan jenis makanan yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Trennya terus meningkat. Tapi yang perlu diketahui bahwa mayoritas mie yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia adalah dari tepung terigu yang berasal dari gandum. Sayangnya sampai hari ini seratus persen masih import,” kata Dr Ir Damat, MP, Kepala Laboratorium ITP UMM, Jumat (20/7).
Menurut Damat dosen Ilmu dan Teknologi Pangan ini, bahwa tahun 2018 import gandum Indonesia diproyeksi sudah mencapai lebih dari 10 juta ton. Indonesia, kata Damat, menjadi importir gandum terbesar kedua setelah Mesir. Bahkan berdasarkan data yang dirilis Departemen Pertanian Amerika Serikat, lima tahun lagi Indonesia diproyeksi akan menjadi importir gandum terbesar di dunia.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yang kuat, kata Damat, upaya untuk mengembangkan produk pangan berbasis sumber pangan lokal harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Selain itu, pemanfaatan umbi-umbian untuk mensubstitusi tepung terigu, diketahui memiliki nilai potensi nilai ekonomi yang sangat besar.
“Berdasarkan data statistik, tren konsumsi tepung terigu gandum dari tahun ke tahun terus meningkat. Katakanlah kalau kita berhasil mengembangkan produk umbi-umbian ini, tidak mesti lima puluh persen, cukup sepuluh persen kita kuasai pasar, nilainya sudah sangat luar biasa besar,” kata Damat yang juga menginisiasi roti bebas pengawet ini.
Ditilik nilai gizinya, beberapa jenis ubi-ubian seperti ubi jalar, singkong dan umbi garut, diketahui memiliki kandungan serat lebih tinggi ketimbang gandum. Selain itu, pada ubi jalar misalnya, diketahui kaya antioksidan, yakni salah suatu senyawa yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh.
Sementara itu, tepung terigu mengandung protein khas yang disebut gluten. Protein inilah yang membuat produk roti dapat mengembang baik. Namun bagi sebagian orang, keberadaan gluten ini justru dapat menimbukan efek negatif. Bagi penyandang autisme misalnya, mengonsumsi gluten secara berlebihan membuat pengkonsumsinya menjadi hiperaktif.
“Selain itu, bagi mereka yang intoleran terhadap gluten, keberadan gluten juga dapat memicu kerusakan jaringan mikrofili pada usus halus, yang dikenal dengan penyakit celiac deases. Jika mikrofili rusak, maka absorpsi atau penyerapan makronutrien (zat gizi yang dibutuhkan tubuh, red.) akan terganggu, sehingga dapat berakibat malnutrisi,” katanya.
Lab ITP berencana, menindaklanjuti produk ini untuk dikembangkan sebagai produk komersial. Yakni dengan segera membentuk unit khusus di UMM yang menampung segala inovasi dari sejumlah laboratorium yang ada agar bernilai ekonomis. (umm.ac.id)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...