Loading...
PARENTING
Penulis: Aninda Cakrawarti 06:56 WIB | Sabtu, 13 Juli 2024

Langkah Baru Swedia Soal Cuti Kehamilan: Kakek-Nenek Dibayar untuk Merawat Cucu

Henrik Holgersson, kanan, menjaga anaknya bernama Arvid, tengah bertopi, sedang bermain dengan Walter Johansson yang ditemani oleh ayahnya Henrik Johansson di sebuah taman bermain di Stockholm, Sweden, pada hari Rabu, 29 Juni 2011. 50 tahun setelah Swedia menjadi negara pertama yang menerapkan cuti melahirkan bagi para ayah, negara Skandinavia merilis inovasi terbaru dalam hukum yang memperbolehkan para kakek-nenek dan para wali anak yang sah supaya digaji untuk merawat anak. Peraturan ini mulai diterapkan pada hari Senin, 1 Juli 2024. (Foto: AP/Niklas Larsson)

KOPENHAGEN, SATUHARAPAN.COM-Swedia mengeluarkan inovasi terbaru dalam hukum pada hari Senin (8/7) yang memperbolehkan kakek-nenek untuk berkontribusi dan mendapat cuti kehamilan beserta gaji untuk merawat cucu mereka sampai umur tiga bulan.

Hal ini muncul setelah lembaga parlemen Swedia yang beranggotakan 349 orang menyetujui usulan pemerintah tentang pengalihan tunjangan orangtua pada Desember lalu. Ini terjadi 50 tahun setelah negara Skandivania itu menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan cuti kehamilan untuk ayah dan bukan hanya para ibu.

Di bawah hukum yang sah, orangtua dapat mengirim sebagian dari tunjangan cuti kehamilan mereka kepada kakek/nenek yang merawat anak mereka. Pasangan orangtua dapat mengirim paling banyak 45 hari sedangkan orangtua tunggal dapat mengirim paling banyak 90 hari, menurut Lembaga Asuransi Sosial, yakni lembaga pemerintah yang mengelola sistem asuransi sosial.

Negara Skandivania dengan penduduk sebanyak 10 juta jiwa ini dikenal dengan sistem kesejahteraan sosial yang didanai oleh pajak, yang selama beberapa generasi telah membangun masyarakat di mana warga negaranya dilayani dari masa kecil hingga saat wafat.

Di Swedia, masyarakat berhak untuk tidak bekerja sepenuhnya setelah melahirkan. Salah satu keuntungan dari cuti melahirkan adalah tetap dibayar untuk 480 hari, atau sekitar 16 bulan, per anak. Mengenai itu, kompensasi 390 hari dihitung berdasarkan pendapatan utuh orang tersebut, sedangkan untuk 90 hari lainnya, setiap orang mendapatkan jumlah yang sama sebanyak 180 kroner (Rp. 269.403,35) per hari.

Keuntungan lain untuk para orangtua di Swedia adalah mereka mendapat pengurangan jam kerja sampai anak mereka berumur delapan tahun, sementara pegawai pemerintahan mendapatkan pengurangan jam kerja sampai anak mereka berumur 12.

Sebaliknya, Amerika Serikat adalah salah satu dari beberapa negara—dan merupakan satu-satunya negara industri—yang tidak memiliki kebijakan nasional tentang tunjangan cuti kehamilan. Undang-Undang Cuti Keluarga dan Medis memberikan para pekerja di Amerika yang telah memenuhi syarat sebanyak 12 pekan cuti kerja yang dilindungi per tahunnya, tetapi cuti itu tidak dibayar.

“Kami sama sekali tidak memiliki hak federal dan nasional atas cuti melahirkan atau kehamilan yang dibayar,” kata Vicki Shabo, yang meneliti dan mengadvokasikan program cuti keluarga dan kesehatan berbayar di AS di Washington DC—berdasarkan organisasi penelitian non pemerintah New America.

Program cuti keluarga berbayar sudah dibuat di 13 negara bagian dan Washington DC, meskipun cuti melahirkan yang ditawarkan di tempat-tempat tersebut rata-rata sebanyak tiga bulan—hanya sebagian kecil dari keuntungan yang ditawarkan di Swedia. Mulai bulan Maret tahun lalu, hanya seperempat karyawan sipil di AS mendapatkan cuti melahirkan yang dibayar, menurut Biro Statistic Tenaga Kerja.

Bahkan, di negara bagian yang menawarkan cuti berbayar selama masa menjalin hubungan dengan anak, waktu yang ditawarkan tidak dapat dikirim ke kakek/nenek dari anak tersebut kecuali mereka bertindak sebagai orangtua dari anak tersebut, kata Jared Make, wakil presiden dari organisasi advokasi nirlaba A Better Balance.

“Keluarga seringkali melampaui anggota keluarga inti,” kata Make. “Contoh seperti yang ada di Swedia menunjukkan hanya seberapa jauh keterbelakangan AS. Kita memiliki banyak tugas untuk dilakukan untuk menyusul negara industri lainnya di dunia.”

Alexandra Wallin dari Agensi Insuransi Sosial Swedia mengatakan kepada penyiar radio SVT bahwa peraturan terbaru ini ‘memberikan kesempatan yang jauh lebih baik’.

Namun, peraturan untuk kakek-nenek, katanya, sama dengan tunjangan orangtua pada umumnya dan mengharuskan seseorang diasuransikan untuk tunjangan orangtua, seperti yang dilakukan kebanyakan orang di Swedia.

Ada beberapa syarat untuk tunjangan orangtua—para pensiunan juga dapat mengambil cuti melahirkan, contohnya, dalam kasus ini kompensasinya berdasarkan pada dana pensiun orang tersebut. Orang tersebut tidak boleh mencari pekerjaan atau melanjutkan pendidikan selama masa mereka menerima tunjangan orangtua.

Di pusat kota Avesta, sekitar 140 kilometer dari barat laut Stockholm, Ritva Karkkainen memberitahu SVT bahwa ia sedang mempertimbangkan mengambil cuti kerja untuk merawat cucunya.

Di tahun 1974, Swedia menggantikan cuti melahirkan khusus kaum ibu dengan peraturan cuti melahirkan untuk kedua pihak orangtua. Pada masa itu, yang disebut dengan asuransi orangtua memperbolehkan orangtua untuk mengambil enam bulan cuti kerja per anak—dengan masing-masing orangtua mendapatkan hak atas setengah hari.

Meski demikian, setelah perubahan tersebut, hanya 0,5% cuti melahirkan berbayar yang diambil oleh pihak ayah, menurut Agensi Asuransi Sosial. Saat ini, sebanyak 30% ayah di Swedia mengambil cuti melahirkan, menurut agensi tersebut. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home