Langkah Baru untuk Memperlambat Alzheimer
CALIFORNIA, SATUHARAPAN.COM - Peneliti alzheimer mengungkapkan penemuan obat yang bisa membantu memperlambat penyakit itu, Solanezumab, yang diproduksi perusahaan farmasi Lilly, sekaligus merilis data yang menunjukkan dapat memotong tingkat perkembangan alzheimer sekitar 34 persen pada tahap awal.
Penemuan itu dipresentasikan Paul Aisen dari University of Southern California, pada Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer.
Hasil yang menjanjikan dari studi itu diumumkan pada hari Rabu (22/7). Diperkirakan jika obat tersebut diberikan kepada pasien alzheimer sejak dini, akan dapat memperlambat perkembangan penyakit itu.
Paul Aisen mengatakan sangat penting memulai terapi lebih awal. Semakin awal memulainya, semakin besar manfaatnya. "Jika terlambat, Anda tidak dapat mengejar ketinggalan tersebut," kata Aisen, seperti dikutip euronews.com.
Dr Eric Karran, direktur penelitian di Alzheimer Research UK, mengatakan obat memiliki "manfaat yang signifikan" bagi penderita awal penyakit ini. "Bagi orang yang menerima obat tersebut, laju kerusakan lebih lambat sekitar 30 persen. Jadi, ketika Anda melihat dua kelompok, ada perbedaan yang jelas antara mereka, yang telah diberi obat dan yang tidak mendapatkan obat. Orang-orang yang telah mendapat obat kondisinya tidak seburuk dari orang yang tidak memperoleh obat tersebut."
Di seluruh dunia, hampir 44 juta orang mengidap alzheimer, atau bentuk yang berhubungan demensia. Obat yang ada saat ini, membantu sel-sel otak mati untuk dapat berfungsi. Penemuan obat baru tersebut, diharapkan melangkah lebih jauh, dan membantu menjaga penderita tetap hidup.
Namun, para ahli mengingatkan untuk tidak terlalu cepat berharap obat itu dapat segera digunakan. Baru tahun depan obat baru itu dapat dibuktikan secara definitif .
Perempuan Lebih Cepat Menderita Alzheimer
Para peneliti, seperti dilaporkan nbcnews.com, mengatakan wanita lebih cepat menderita masalah memori, yang mungkin merupakan penanda awal alzheimer, dan menjadi demensia, daripada laki-laki.
“Para ahli ini membantu menjelaskan mengapa begitu banyak wanita daripada pria mengidap penyakit alzheimer,” kata para peneliti. Dua per tiga orang Amerika penderita alzheimer adalah perempuan.
"Ini mungkin ada hubungannya dengan biologi otak," kata peneliti dalam konferensi tahunan Asosiasi Alzheimer Internasional di Washington, DC itu.
Katherine Lin dari Duke University dan rekannya, contohnya, mempelajari 400 orang dengan gangguan kognitif ringan hingga hilangnya memori, dan kemampuan berpikir yang belum sangat mempengaruhi kehidupan, namun dapat menjadi alzheimer.
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...