Laporan: ISIS Aktif Kembali di Suriah
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Kelompok teroris Negara Islam (ISIS) memanfaatkan keuntungan dari penarikan pasukan Amerika Serikat dari timur laut Suriah dan operasi militer Turki untuk berkumpul kembali dan mempersiapkan serangan baru terhadap Barat, sebuah laporan dari Pentagon mengatakan pada hari Selasa (19/11).
Presiden AS, Donald Trump, mengatakan pada 6 Oktober bahwa sekitar 1.000 tentara AS meninggalkan timur laut Suriah, di mana mereka bertugas menjaga perdamaian yang tidak nyaman antara tetangga Turki dan pejuang Kurdi Suriah.
Langkah Trump memungkinkan serangan Turki ke negara tetangganya itu untuk menghancurkan militan Kurdi; kelompok yang telah memimpin perang melawan ISIS dan mengelola penjara bagi para ekstremis yang ditangkap di daerah otonomi mereka yang efektif di Suriah utara.
Trump dikritik keras atas keputusan itu, bahkan oleh sekutunya, dan politisi partainya sendiri. Dia sempat mengubah arah keputusannya beberapa kali, dan akhirnya mengumumkan bahwa pasukan yang tersisa akan tetap berada di Suriah untuk melindungi ladang minyak.
"ISIS mengeksploitasi serangan Turki dan penarikan pasukan AS untuk membangun kembali kemampuan dan sumber daya di dalam wilayah Suriah dan memperkuat kemampuannya untuk merencanakan serangan di luar negeri," kata Departemen Pertahanan Kantor Inspektur Jenderal dalam sebuah laporan, dikutip AFP.
Kantor tersebut, yang merupakan badan investigasi independen, menambahkan bahwa ISIS "kemungkinan akan memiliki 'waktu dan ruang' untuk menargetkan Barat dan memberikan dukungan kepada 19 cabang dan jaringan globalnya," kata laporan itu, mengutip informasi yang diberikan oleh Agen Intelijen Pertahanan (DIA).
Dalam jangka panjang, "mungkin akan berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas beberapa pusat populasi Suriah dan memperluas jejak globalnya," tambah inspektur jenderal, mengutip DIA.
Sementara itu, kematian pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, yang terbunuh dalam serangan yang dilakukan oleh pasukan operasi khusus AS di Suriah pada 26 Oktober "kemungkinan akan berdampak kecil pada kemampuan ISIS untuk menyusun kembali," kata DIA, menurut melaporkan.
ISIS juga "telah mengaktifkan sel-sel tidur untuk meningkatkan serangan" terhadap pejuang yang dipimpin Kurdi dari Pasukan Demokrat Suriah (SDF), yang diandalkan oleh Amerika Serikat dalam perang melawan ISIS.
Pada tahun 2014 pejuang dari kelompok ISIS yang baru dibentuk menyapu sebagian besar jantung wilayah Muslim Sunni di Irak dan Suriah untuk menyatakan "kekhalifahan."
Laporan tersebut menyatakan bahwa pasukan AS di Suriah terus mempersenjatai pejuang SDF tetapi telah berhenti melatih mereka. Pada akhir kuartal ketiga, SDF memiliki 100.000 pejuang, menurut dokumen itu.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...