Laporan Pemerintah: Sekolah Umum di AS Masih Rasis
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Sebuah laporan oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat menyebutkan bahwa masih banyak perlakukan yang berbeda pada siswa atas dasar ras dan etnis. Hal itu menyebabkan siswa kulit hitam dan kulit berwarna tidak mendapatkan peluang yang adil untuk mencapai prestasi.
Siswa kulit berwarna di sekolah umum Amerika Serikat mendapatkan hukuman lebih banyak dan sedikit akses pada guru berpengalaman ketimbang rekan-rekan mereka berkulit putih. Hal itu merupakan hasil survei yang dirilis hari Jumat (21/3) oleh Departemen Pendidikan AS yang meliputi data dari setiap distrik dan sekolah di AS.
Siswa kulit hitam yang tinggal kelas atau dikeluarkan jumlahnya tiga kali ketimbang rekan-rekan sebaya kulit putih, menurut data Hak Sipil AS yang dikumpulkan Departemen Pendidikan pada tahun 2011-2012. Survei itu dilakukan setiap dua tahun.
Laporan itu, seperti dikutip Huffington Post, menyebutkan bahwa lima persen siswa kulit putih dikeluarkan setiap tahunnya, sedangkan pada siswa kulit hitam mencapai 16 persen. Anak perempuan kulit hitam yang dikeluarkan mencapai 12 persen, jauh lebih banyak dibandingkan anak perempuan dari etnis lain, dan sebagian besar pada kategori anak laki-laki.
Pada saat yang sama, siswa dari kelompok minoritas kurang mendapatkan akses pada guru yang berpengalaman. Sebagian besar siswa minoritas dan pelajar bahasa Inggris, “terjebak” di sekolah dengan guru yang paling baru atau kurang berpengalaman.
Tujuh persen dari siswa kulit hitam menghadiri sekolah di mana sebanyak 20 persen guru gagal memenuhi lisensi dan persyaratan sertifikasi. Dan satu dari empat sekolah distrik menggaji guru sekolah secara beragam dengan selisih sekitar US$ 5.000 lebih tinggi ketimbang gaji untuk guru di sekolah yang memiliki lebih banyak siswa kulit hitam dan Latin.
Menurunkan Prestasi
Diskriminasi tersebut menurunkan prestasi akademik bagi siswa minoritas dan menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar menghadapi putus sekolah, kata penelitian sebelumnya.
Penelitian terbaru itu juga menunjukkan dalam dekade belakangan kurang langkah hukum dan politik untuk menjamin hak yang sama untuk pendidikan. Mahkamah Agung pada tahun 1954, Brown V Board, mengatakan Dewan Pendidikan berkuasa melarang pemisahan di sekolah dan menegaskan hak atas pendidikan berkualitas untuk semua anak. Undang-undang Hak Sipil tahun 1964 menjamin akses yang sama terhadap pendidikan.
"Pengumpulan data ini menjelaskan pada tempat-tempat mana yang memberikan janji pendidikan yang sama bagi setiap anak, dan tempat di mana kesenjangan terbesar masih terjadi," kata Menteri Pendidikan Amerika Serikat, Arne Duncan, dalam sebuah pernyataan.
"Secara keseluruhan, jelas bahwa Amerika Serikat menghadapi jalan sangat panjang untuk menuju terpenuhinya tujuan kami untuk memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk berhasil."
Terlalu Banyak
Duncan dan Jaksa Agung, Eric Holder, mengumumkan hasil survei itu pada hari Jumat. Informasi itu bagian dari hasil survei berkelanjutan oleh Kantor Departemen Pendidikan dan Hak Sipil yang menyoroti ketidakadilan, dan bagaimana sekolah membiarkan siswa dari kelompok minoritas dan siswa penyandang cacat pada posisi yang kurang menguntungkan.
Untuk pertama kalinya sejak tahun 2000, versi baru dari survei itu meliputi hasil dari semua atau 16.500 sekolah di semua distrik di Amerika Serikat, dan meliputi 49 juta siswa.
"Sayangnya, terlalu banyak anak-anak tidak memiliki akses yang sama kepada guru yang berpengalaman dan memiliki lisensi penuh, seperti yang kembali dibuktikan oleh data dalam laporan ini," kata Dennis Van Roekel, Presiden Asosiasi Pendidikan Nasional, asosiasi guru terbesar di negara itu. "Ini adalah masalah yang dapat dan harus diatasi."
Perlu Tindakan
Daria Hall, Direktur Kebijakan pada Education Trust, sebuah kelompok advokasi, juga menyerukan perlunya tindakan. "Laporan ini menyoroti sesuatu yang dalam penelitian dan pengalaman telah lama dikatakan kepada kami, bahwa siswa kulit berwarna tidak mendapatkan akses secara adil yang merupakan faktor bahwa sekolah peduli untuk mereka berprestasi," kata dia.
"Siswa kulit berwarna kurang mendapatkan akses pada guru yang setidaknya telah satu tahun mengajar dan yang setidaknya memiliki sertifikasi dasar. Tentu saja, itu tidak cukup hanya menyoroti masalah. Kita harus memperbaikinya,” kata Hall.
Meskipun 16 persen dari siswa sekolah umum di Amerika adalah kulit hitam, mereka mewakili 27 persen siswa yang dirujuk oleh sekolah untuk penegakan aturan, dan 31 persen siswa ditangkap karena pelanggaran yang dilakukan di sekolah, menurut survei tersebut.
Siswa disabilitas merupakan seperempat dari siswa yang dirujuk untuk penegakan aturan atau ditangkap, meskipun mereka mewakili 13 persen dari populasi siswa. Siswa disabilitas dua kali lebih mungkin untuk tinggal kelas di sekolah dari rekan-rekan mereka, dan 13 persen dari siswa tersebut dipulangkan karena nakal.
Salah satu dari empat siswa laki-laki kulit berwarna yang memiliki kecacatan, dan satu dari lima siswa perempuan kulit berwarna yang memiliki kecacatan, dikeluarkan dari sekolah. Siswa kulit berwarna mencakup semua kelompok etnis non putih, kecuali Latin dan Asia-Amerika.
"Pipa Sekolah-Penjara"
Angka-angka ini mungkin akan menambah tekanan untuk membongkar apa yang disebut “saluran pipa sekolah ke penjara”, yang menyerahkan masalah siswa ke dalam sistem peradilan.
Dorongan untuk memudahkan disiplin kadang-kadang menyebabkan ketegangan dengan upaya sekolah untuk meningkatkan keamanan, setelah kasus penembakan massal di sekolah, seperti yang terjadi di Newtown, Connecticut.
Pekan lalu, satu kumpulan laporan dari 26 akademisi menunjuk beberapa studi lokal yang menemukan bahwa penyimpangan disiplin tidak terjadi sebagai hasil dari kelompok etnis tertentu yang bertindak lebih dari yang lain.
Menurut data baru, kesenjangan terjadi sejak dini di pra sekolah. Siswa kulit hitam merupakan 18 persen dari siswa pra sekolah, tetapi mereka merupakan 48 persen siswa pra sekolah yang ditangguhkan dari sekolah. Siswa kulit putih yang merupakan 43 persen dari siswa pra sekolah, hanya 26 persen yang dikeluarkan atau ditangguhkan oleh sekolah.
Randi Weingarten, yang mengepalai Federasi Serikat Guru Amerika, mencatat bahwa meskipun laporan baru-baru ini dari Departemen Pendidikan dan Department Equity and Excellence Commission menyerukan langkah-langkah untuk memperbaiki diskriminasi, sedikit saja rekomendasi yang telah melakukan.
"Ini sangat memalukan, karena tidak satu rekomendasi pun telah dilaksanakan," kata Weingarten. "Kita tidak perlu lebih banyak data untuk memberitahu kami bahwa kami perlu bertindak."
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...