Laporan: Perempuan Tibet Bakar Diri di Tiongkok
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Seorang perempuan Tibet melakukan bakar diri hingga meninggal --kejadian pertama pada tahun ini-- sebelum ulang tahun pemberontakan Tibet yang gagal terhadap kekuasaan Tiongkok, kata kelompok hak asasi manusia dan media.
Perempuan berusia 40-an tahun yang hanya disebut Norchuk, membakar diri pada Jumat (6/3) di dekat kota Trotsuk di distrik Aba di provinsi baratdaya, Sichuan, kata kelompok Free Tibet, yang berkantor di Inggris, dan Radio Free Asia (RFA), yang didanai Amerika Serikat.
Itu bakar diri pertama di daerah Tibet pada tahun ini dan terjadi beberapa hari sebelum 10 Maret, ulang tahun pemberontakan yang gagal pada tahun 1959, yang menyebabkan pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama melarikan diri ke pengasingan di India.
Norchuk adalah warga Tibet ke-137 yang diketahui telah membakar diri sejak 2008, kata RFA pada akhir pekan. Ia disebutkan terkait dengan sebuah biara di daerah itu.
Laporan berbahasa Tiongkok itu mengatakan dia memiliki seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan.
Tubuhnya dikremasi oleh pemerintah daerah, kata Free Tibet pada Minggu, "yang mencegah keluarga dan masyarakat untuk melakukan upacara pemakaman tradisional".
Tapi, pejabat kantor Partai Komunis di distrik Aba Senin (9/3) membantah laporan itu.
"Laporan itu salah," katanya seraya menambahkan bahwa tidak pernah ada aksi bakar diri di daerah itu dalam beberapa hari terakhir.
Keamanan di banyak daerah Tibet telah diperketat baru-baru ini, kata RFA.
Organisasi itu mengutip penduduk setempat yang mengatakan langkah itu ditujukan untuk mengintimidasi warga Tibet yang ingin merayakan perayaan keagamaan selama Tahun Baru Imlek, dan mencegah digelarnya aksi protes pada ulang tahun yang akan diperingati hari Selasa (10/3).
Foto-foto tentang adanya pengamanan ketat di biara Kumbum di Qinghai untuk festival doa Monlam pekan lalu muncul di media sosial, yang menunjukkan jajaran personil berseragam di halaman biara.
Banyak warga Tibet di Tiongkok menuduh pemerintah melakukan penindasan agama dan mengikis budaya mereka, karena mayoritas kelompok etnis Han negara itu semakin bergerak ke daerah bersejarah Tibet.
Bakar diri memuncak menjelang kongres lima tahunan Partai Komunis yang berkuasa, pada bulan November 2012, dan kemudian berkurang dalam beberapa bulan terakhir.
Beijing mengutuk tindakan itu dan menyalahkan aksi itu pada Dalai Lama, yang disebutnya menggunakan mereka untuk lebih mendorong agenda separatis.
Dalai Lama, peraih Nobel Perdamaian, telah menggambarkan aksi pembakaran itu sebagai tindakan putus asa yang ia tidak berdaya untuk menghentikan. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...