Latihan Bulu Tangkis hingga Senam Online Olahraga #dirumahaja
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Pembatasan sosial di tengah perebakan virus corona alias COVID-19 yang diserukan oleh pemerintah di berbagai negara, termasuk Indonesia dan Amerika, berdampak pula kepada sektor olahraga dan kebugaran. Banyak sasana olahraga dan tempat kebugaran yang sepi, atau bahkan tutup karena mengikuti kebijakan pemerintah.
Sasana olahraga Bangkok Muaythai Jakarta di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, memutuskan untuk tutup sementara setelah angka pengunjungnya terjun bebas, pasca digalakkannya kebijakan kerja dari rumah oleh pemerintah. Namun, keputusan untuk tutup ini baru diambil belum lama ini, di saat pusat kebugaran lain telah lama menutup bisnis mereka karena wabah virus corona di Jakarta.
Sebelum tutup, pusat kebugaran yang menyediakan kelas muaythai, yoga, dan circuit training ini biasanya bisa kedatangan hingga 55 orang pengunjung setiap hari, namun dalam dua pekan terakhir kedatangan hanya lima sampai delapan orang saja per hari.
Sebelumnya, Diana, manajer operasional, mengaku cukup percaya diri dengan langkah antisipasi yang telah ia ambil. Diana rela merogoh kocek lebih dalam dengan mengikuti seminar medis soal corona, membeli air purifier hingga penyediaan berbotol-botol disinfektan untuk peralatan olahraga dan cairan penyanitasi tangan.
Namun Diana mengatakan alasan lain ia tidak terburu-buru menutup bisnisnya karena tidak ingin staff-nya pulang kampung. Staffnya sendiri terdiri atas pelatih, resepsionis, dan office boy, yang berasal dari dalam dan luar Jawa.
“Kalau nanti di-close down, aku tidak bisa kontrol mereka untuk tidak pulang kampung. Kalau nanti ternyata mereka carrier, I’ll be pretty much guilty,” kata Diana.
Langkah yang diambil Diana berbeda dengan mayoritas pusat kebugaran Jakarta yang sudah tutup sedari awal Maret, saat Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus pertama COVID-19 di Indonesia.
Sasana Kebugaran Tutup, Pemilik dan Instruktur Hadirkan Kelas Online
Meski tutup, sebagian studio kebugaran seperti Sana Studio di Jakarta mulai bereksperimen dengan hadirkan kelas olahraga online berbayar.
Pusat kebugaran yang telah berdiri sejak delapan tahun lalu ini menawarkan tiga kelas online per harinya yang bisa diikuti melalui tautan khusus dengan membayar Rp50.000 per sesinya. Olahraga dipimpin oleh satu orang instruktur yang akan memandu olahraga melalui metode video call di aplikasi Zoom.
“Surprisingly energi tetap bisa didapat melalui komen-komen yang di-share sama yang ikut. Tapi pasti ada glitch, pemirsanya pasti kayak ‘gambarnya suka kok berhenti? Kok putus-putus?” kata Laila Munaf, salah satu pendiri Sana Studio ketika diwawancara virtual oleh VOA, yang dilansir voaindonesia.com pada Senin (30/3).
Laila memilih menutup sementara studionya lantaran khawatir terhadap angka kasus COVID-19 di Jakarta yang terus bertambah. Terinspirasi dari metode kelas olahraga online yang sudah cukup marak di mancanegara, Laila dan timnya sepakat uji coba perdana metode tersebut di tengah anjuran gerakan #dirumahaja.
Meski dengan risiko koneksi yang tidak sempurna, kelas ini tetap diminati penggemar olahraga. Dari pantauan VOA Indonesia, kelas core training online Sana Studio Selasa pagi diikuti sekitar 20 peserta. Meski kadang terkendala audio yang tidak selalu jelas, peserta kelas tampak antusias mengikuti instruksi dari instrukturnya. Interaksi pun tetap bisa dilakukan melalui kolom komentar.
Fitri, 29 tahun, karyawan perusahaan e-commerce yang kini harus bekerja dari rumah, menjadi salah satu yang berlangganan mengikuti kelas-kelas olahraga online semacam ini. Ia rela membayar Rp50.000 untuk mengikuti kelas online meski banyak tutorial kelas yang bisa ditemukan gratis secara offline di internet. Baginya interaksi online dari instruktur memberi motivasi tersendiri.
“Soalnya memang aku ikut kelas itu lebih senang karena bisa bareng-bareng. Kalau sendiri itu awkward aja gitu,” kata ibu muda satu anak ini.
Gaya hidup aktif perempuan metropolitan seperti Fitri mendorong menjamurnya bisnis pusat kebugaran di Ibukota. Kelas-kelas olahraga seperti Sana Studio yang mematok harga Rp100.000 hingga Rp160.000 per sesinya, biasanya ramai dikunjungi ratusan peserta setiap hari. Tidak heran di tengah ramainya isu COVID-19 dan kerja dari rumah, dengan segala kekurangannya opsi online workout tetap memiliki segmen pasarnya tersendiri.
Instruktur Yoga Asal Indonesia di AS Buka Kelas Olahraga Online
Hal serupa juga dilakukan oleh Rini Marwini, instruktur yoga yang kini membuka kelas online sejak pusat kebugaran tempat ia bekerja di Negara Bagian Maryland, AS, ditutup.
Karena sekolah-sekolah juga ditutup, Rini lalu membuka kelas online untuk dewasa dan anak-anak, sebagai pengganti pelajaran olahraga yang biasa didapat di sekolah. Salah satu kelasnya mengambil tema “Kids and Parents”, atau “Anak-anak dan Orang Tua”. Kelas online ini dilakukannya melalui Instagram Live atau aplikasi Zoom.
“Saya merasa bahwa orang-orang tetap harus olahraga, apalagi untuk anak-anak, karena kita juga di rumah sama anak-anak,” katanya kepada VOA.
Untuk mempromosikan kelas online-nya, Rini berusaha mengiklankan sekitar satu atau dua hari sebelumnya. Memang dengan melakukan latihan secara online ini ada tantangannya. Selain memang harus memiliki koneksi internet atau wi-fi yang kuat, kurangnya interaksi dengan partisipan terkadang menjadi kendala.
"Yah, namanya juga lagi social distancing, jadi ya inilah memang kita harus adapt ya. Harus adapt untuk keadaannya gimana,” katanya.
Warga Indonesia, Olivia Ranakusuma, di Virginia, biasa pergi ke pusat kebugaran dua hingga tiga kali seminggu. Mengingat pergerakan tubuh yang terbatas karena diharuskan bekerja dari rumah oleh kantornya, Olivia berusaha mencari cara lain untuk berolahraga dengan mengikuti kelas online.
“Challenge yang paling tinggi adalah kita nggak bisa tahu kalau misalnya kita melakukan suatu gerakannya itu salah atau benar," katanya kepada VOA.
Kepada VOA, Olivia juga bercerita mengenai putrinya yang masuk ke dalam tim senam di Virginia, kini juga terpaksa melakukan latihan secara online.
“Kan tidak semua orang punya alat gymnastic di rumahnya. Jadi kemarin sekolahnya dia (menawarkan) kalau kita perlu alat-alat itu boleh dipinjam,” katanya.
Salah satu alat yang dipinjamkan adalah balok titian. Memang sulit untuk melakukan latihan senam secara online, namun yang terpenting menurut sang pelatih adalah agar anak-anak ini tetap terjaga kelenturan dan kekuatan badannya.
Sasana Bulutangkis Milik WNI di AS Ikut Adakan Latihan Online
Setelah Gubernur Negara Bagian Maryland, AS, Larry Hogan, mengimbau untuk menutup seluruh usaha yang tidak penting alias non-essential, Malik Basri terpaksa menutup sasana olahraga, Capital Badminton Academy, yang didirikannya.
Sudah beroperasi sejak tahun 2016, Capital Badminton Academy memiliki lebih dari 100 murid yang berusia lima hingga 70 tahun, yang kebanyakan adalah warga Amerika keturunan Tiongkok, India, dan Korea.
Sebagai upaya untuk menjaga agar muridnya tetap bugar, Malik segera mengadakan latihan dengan memakai aplikasi Zoom lewat online di internet. Latihan dibagi menjadi beberapa kelompok, mulai dari kelas pemula (beginner) hingga kelas mahir atau advanced dan elite, meskipun memang harus beradaptasi keterbatasan ruang gerak dan ketinggian ruangan.
“Dari kelas 1 sampai kelas 4, itu adalah beginner class kita. Jadi mereka latihannya bisa melakukan dengan raket, tidak sepenuhnya physical training, tapi juga bisa melatih footwork (Red: gerak kaki) mereka juga. Jadi dua hal ini yang bisa kita tekankan, karena untuk beginner itu memang difokuskan kepada contact points, cara-cara mereka memukul bola dan body coordinations, setelah itu timing, dan segalanya,” kata Malik Basri kepada VOA belum lama ini.
Mengingat sekolah-sekolah tengah ditutup dan sebagian beralih ke kelas online, dengan mengadakan latihan untuk anak-anak, walau secara online, paling tidak bisa menjadi pengganti pelajaran olahraga yang biasa mereka dapatkan di sekolah.
"Mereka juga perlu berolahraga, beraktivitas supaya tetap sehat dan immune system-nya juga masih tetap terjaga. Makanya perlu ada exercise-exercise seperti ini,” kata Malik.
Tantangannya sekarang adalah bagaimana caranya agar tetap bisa menjaga stamina dari para murid yang berada di tingkat mahir, yang untuk pergi ke lapangan dan berlatih sudah tidak mungkin dilakukan. Yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan memberikan daftar latihan mingguan untuk memperkuat fisik, menjaga daya tahan tubuh, dan melatih gerak kaki.
“Yang kita fokuskan dan kita targetkan, bukan lagi mengenai making a good progress tapi how to maintain (stamina),” kata Malik.
Tidak hanya latihan yang kadang menjadi kendala, tantangan lain juga datang dari sisi bisnis usahanya ini yang juga “sangat terpengaruh.”
“Karena yang kita pikirkan itu bukan hanya space rent, tapi kan juga employees. Utilities bill kan tetap berjalan,” katanya.
“Kita masih mengharapkan dari pemerintah setempat yang apabila bisa dibantu ataupun ada subsidi yang bisa diberikan kepada masyarakat,” katanya.
Hingga artikel ini diterbitkan, data dari Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan, jumlah kasus virus corona di dunia sudah mencapai lebih dari 638.000 kasus dan lebih dari 30.000 orang meninggal dunia. Amerika Serikat kini telah menjadi negara nomor satu dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia, yaitu lebih dari 103.000 kasus, dan lebih dari 1.600 orang meninggal dunia. Sementara itu di Indonesia terdapat lebih dari 1.200 orang yang terjangkit virus corona dan 114 orang meninggal dunia.(voaindonesia.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...