Laut Tetap Naik Dramatis Meski Gas Rumah Kaca Dibatasi
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Seperti tanker minyak yang melaju dengan kecepatan penuh tidak bisa dihentikan secepatnya, kenaikan dramatis permukaan laut akan tetap berlanjut meski emisi gas rumah kaca bisa dikurangi hingga nol pada 2030, para pakar memperingatkan, Senin (4/11).
Emisi gas rumah kaca antara 2015 saat perjanjian iklim Paris disepakati, dan 2030 cukup untuk menaikkan permukaan air sebanyak 8 sentimeter pada 2100, menurut sebuah penelitian oleh para pakar di Jerman dan dilaporkan oleh AFP.
Sebagai perbandingan, permukaan air laut akan naik sebanyak 20 sentimeter pada 2300 dengan merujuk pada periode 1986-2005, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal “Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).”
Secara total, permukaan air laut diperkirakan akan naik setidaknya sebanyak satu meter pada 2300 dalam situasi ekstrem di mana emisi gas rumah kaca turun menjadi nol dalam 11 tahun mendatang.
Dan mungkin perkiraan konservatif para pakar yang didukung PBB sudah memperkirakan kenaikan tinggi permukaan laut antara 26cm dan 77cm pada akhir abad saja.
Seperempat dari kenaikan satu meter itu pada 2030 akan diakibatkan oleh emisi dari China, AS, Uni Eropa, Rusia, dan India pada 40 tahun sebelumnya, kata para pengarang dari laporan tersebut, menyimpulkan.
Sebagai perbandingan, samudra naik sekitar 20 cm pada abad ke-20.
Salah satu pengarang, Alexander Nauels dari institut Analisis Iklim di Berlin, mengatakan kepada AFP bahwa studi itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa emisi saat ini akan memiliki efek yang jelas pada kenaikan permukaan laut. Hal itu baru akan terasa pada 200 tahun ke depan.
“Kita semua fokus pada abad ke-21,” katanya. Dia juga memperingatkan “kadang kala hal itu bisa memberikan kesan bahwa setelah abad ke-21 tidak akan ada hal lain yang terjadi.”
Kenaikan permukaan laut disebabkan oleh berbagai fenomena yang kompleks yang bisa terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Hal itu menyulitkan penelitian. Masih belum jelas mengapa es di Arktika bisa lebih lambat mencair dibandingkan es di Greenland.
“Bila Anda melihat masalah kenaikan permukaan laut, peristiwa itu terjadi sangat lamban dan merespons sistem,” kata Nauels.
“Satu sentimeter kedengarannya tidak banyak, tapi kenyataannya banyak sekali,” katanya.
Dalam laporan yang diterbitkan tahun lalu, para pakar dari Panel Perubahan Iklim Antarpemerintah (IPCC), mengatakan mengurangi kenaikan permukaan air sebanyak 10 sentimeter akan menyelamatkan 10 juta orang di daerah-daerah pantai dari risiko banjir, kenaikan badai dan risiko lainnya. (voaindonesia.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...