Lawan Penyakit dengan Ubi Manis
MOZAMBIK, SATUHARAPAN.COM - Sebuah program, yang membantu para petani skala kecil di Mozambik Afrika untuk menanam ubi merah yang manis dan kaya vitamin A, telah mengurangi tingkat kasus diare pada anak-anak 40 sampai 50 persen, menurut sebuah studi baru.
Para peneliti mengatakan ini pertama kalinya, sebuah program pembangunan yang fokus pada produksi pertanian telah membantu meningkatkan kesehatan.
Diare, merupakan penyebab kematian tertinggi kedua bagi anak-anak balita, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kurangnya vitamin A meningkatkan risiko diare dan infeksi serius lainnya. Sekitar 190 juta anak-anak usia prasekolah di dunia tidak mendapatkan cukup vitamin A.
Selama berpuluh tahun, para pejabat sektor kesehatan telah mengirimkan suplemen-suplemen vitamin untuk mencegah konsekuensi-konsekuensi dari kekurangan vitamin A.
Para ahli mengatakan, hal ini efektif tapi merupakan solusi sementara bagi masalah yang lebih mendasar mereka yang terimbas tidak memiliki akses terhadap makanan bergizi yang diperlukan untuk tetap sehat.
"Upaya meningkatkan jumlah vitamin A, dalam makanan yang dikonsumsi lewat program pertanian akan lebih berkesinambungan," kata Alan de Brauw dari Lembaga Riset Kebijakan Pangan Internasional, salah satu penulis studi baru yang diterbitkan oleh jurnal World Development.
Para kolega de Brauw, di organisasi riset pertanian HarvestPlus meluncurkan sebuah program tahun 2006, untuk memperkenalkan ubi merah yang manis ke 24 desa di Mozambik, tempat hampir 70 persen anak-anak kekurangan vitamin A.
Para petani telah menanam varietas ubi putih atau kuning, yang kurang memiliki nutrisi. Sementara sebutir ubi merah memberikan pasokan vitamin A untuk satu hari.
Selama tiga tahun, warga desa menerima ubi rambat, pelatihan dan pendidikan untuk menanam tumbuhan tersebut dan pentingnya vitamin A.
Di akhir studi tersebut, peneliti memberikan mereka pertanyaan mengenai konsumsi makanan dan kesehatan, termasuk apakah anak-anak mereka terkena diare baru-baru ini.
Kasus anak-anak yang terkena diare, lebih rendah 40 persen di desa-desa yang menanam ubi merah, dibandingkan dengan 12 desa lain yang belum tersentuh program itu. Di antara anak-anak berusia di bawah 3 tahun, perbedaannya 50 persen.
"Belum ada yang pernah menunjukkan intervensi produksi pertanian, dapat berdampak pada kesehatan. Jadi ini temuan yang bagus," kata de Brauw.
Para ahli mempromosikan ide, mengajarkan para petani menanam lebih banyak tanaman pangan yang lebih baik, adalah cara terbaik untuk tidak saja menghapus kemiskinan dan kelaparan, tapi juga melawan penyakit.
"Ini wilayah penelitian yang sangat 'panas' sekarang ini," kata ahli dan konsultan gizi Anna Herforth, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Ia mengatakan studi itu "dirancang dengan baik untuk menunjukkan hubungan konkret antara produksi pangan yang tersedia untuk masyarakat, dan mereka menyukai dan mengkonsumsinya, maka itu baik untuk kesehatan."
HarvestPlus, membuat pendekatan yang sama dengan tanaman-tanaman lain, termasuk singkong yang mengandung vitamin A dosis tinggi di Nigeria, sejenis gandum yang kaya zat besi di India, beras dengan kandungan seng tinggi di Bangladesh, dan lain sebagainya. (voaindonesia.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...