Lawan Polusi Udara Bersama Inventor Muda
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menghirup udara yang bersih dan sehat adalah kondisi ideal bagi semua makhluk hidup. Namun jika dihadapkan dengan kenyataan udara yang kita hirup mengandung polutan, apa yang akan kita lakukan?
Berdiam diri dan semata-mata menerima keadaan bukan menjadi pilihan untuk tiga pemuda dari Bekasi ini. Bermula dari pengalaman salah satu paman yang terkena asma akibat udara yang tercemar, mereka gigih membangun dan mengembangkan sebuat alat untuk mendeteksi polusi udara di area tertentu yang mereka namakan “Aerosense”.
Aerosense diprogram untuk melakukan cek polusi udara sejalan dengan pemerintah, memberitahu masyarakat bahaya polusi udara, dan mampu mengindikasi seberapa tercemar lingkungan sekitar.
Rupanya penemuan itu tidak hanya diakui oleh guru dan teman-teman mereka. Yuyama S Yusro, Haroziduhu, dan Vincent, ketiganya siswa dari SMAK PENABUR Harapan Indah, berhasil memperkenalkan Aerosense kepada publik. Bahkan karya mereka berhasil meraih juara 1 dalam Lomba Teknologi Tepat Guna yang diselenggarakan Pemerintah Kota Bekasi (03/23) dan juara 3 Scientific Paper Competition (06/23) besutan BPK PENABUR.
“Kandungan polutan yang dideteksi bermacam-macam, tapi secara umum yang mencemari lingkungan adalah yang memiliki kandungan NH4, CO2, dan CO. Aerosense mampu mendeteksi polutan-polutan itu, dan hasil deteksinya dapat diakses melalui website yang kita rancang.” ujar Haroziduhu yang berperan sebagai IT dalam tim.
Selama dua bulan, Yuyama yang berperan sebagai teknisi Elektro bersama tim merancang alat tersebut. “Jadi, cara kerja alat ini menggunakan 5 sensor, 3 sensor berfungsi mengukur kualitas udara, mengukur tekanan udara, dan kelembaban. Dibandingkan alat-alat di industri, karya kami memiliki modal pembuatan yang kecil yaitu tiga ratus ribu.” jelasnya.
Alat yang ditemukan Yuyama, Haroziduhu, dan Vincent sudah dipasang di sekolah dan kedepannya berharap hasil pengukuran udara juga dapat masuk ke notifikasi pengguna WhatsApp.
Desi Nicola, guru SMAK PENABUR Harapan Indah yang juga mendampingi tim ini menyampaikan, “Untuk lomba di Bekasi yang kategori pelajar kami mengikuti seleksi dua kali, seleksi pertama dari 40 tim di seleksi jadi 10 tim, kami mengirimkan video proses pembuatan dan paper. Dalam prosesnya kami menyempurnakan alat hanya dalam kurun waktu 4 hari saja dan sempat terkendala ketika mengirimkan penemuan karena ada kesalahan teknis. Namun, kami ternyata berhasil melaju ke seleksi kedua dan siswa diminta untuk mempresentasikan alat penemuan mereka.” jelasnya.
Yuyama, Haroziduhu, dan Vincent tumbuh menjadi inventor muda karena ketertarikan dengan eksperimen. Mereka yang tergabung dalam klub Fisika di sekolah, tidak hanya belajar teori untuk mempersiapkan diri mengikuti olimpiade, tetapi juga melakukan praktek sesuai minat.
Yuyama dan Haroziduhu berpesan kepada para peserta didik calon inventor, “Teruslah berjuang mengembangkan alat meskipun banyak rintangan. Jika kita memiliki keinginan serta selalu bersandar kepada Tuhan, pasti suatu saat nanti akan membuahkan hasil yang manis untuk tujuan positif. Ikutilah passion dan keinginan kalian, tetapi jangan tutup telinga dengan masukan membangun dari orang lain.”
Editor : Sabar Subekti
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...