Le Blues Muda Menantang Kematangan Permainan Uruguay
Jelang Pertandingan 8-Besar: Prancis vs Uruguay
SATUHARAPAN.COM - Setelah bertemu juara dunia Argentina, kesebelasan Prancis menghadapi kesebelasan juara dunia lainnya Uruguay di laga 8-besar PD 2018. Dalam pertemuan yang kedelapan kalinya Prancis dan Uruguay hadir dengan dua style yang berbeda.
Pada tujuh pertemuan sebelumnya kedua kesebelasan sering bermain imbang. Tiga pertemuan di ajang PD berakhir 0-0, hanya pada PD 1966 Uruguay menang dengan skor 2-1. Pertemuan terakhir di PD terjadi pada PD 2010-Afrika Selatan. Pada saat itu pemain muda Lloris (Prancis), Muslera dan Suarez (Uruguay) mengawali debutnya di PD. Ketiga pemain tersebut bersama pemain senior Diego Godin memperkuat kedua kesebelasan pada perjumpaan kedua kesebelasan di laga 8-besar PD 2018.
Berbeda dengan Prancis yang tampil dengan skuad mudanya, Uruguay saat ini mengandalkan penampilan pemainnya yang semakin matang. Dibanding kontestan lain Uruguay tampil lebih tertata dalam membangun pertahanan, dingin tidak meledak-ledak, membangun serangan dengan tidak terburu-buru bahkan cenderung menunggu pemain lawan keluar dari sarangnya, dan saat ada kesempatan akan melakukan penetrasi dengan serangan efektif yang mematikan. Pola permainan yang sangat textbook dalam membuat gol, dua-tiga operan dilanjutkan dengan assist pada pemain yang memiliki peluang mencetak gol. Hasilnya Edinson Cavani membuat jala Rui Patricio bergetar dua kali dengan pola yang sama.
Gaya permainan Uruguay tersebut jauh dari gaya Prancis saat ini yang mengandalkan akselerasi pemain-pemain mudanya di semua lini. Pogba dan Kante yang menjadi motor di kedua sayap Prancis dalam sokongan Matuidi menjadi jaminan aliran bola permainan Prancis. Begitu cepatnya pergerakan bola membuat mereka memaksa Argentina keteteran pada menit-menit awal dengan gol yang dicetak Griezman dari titik penalti akibat pelanggaran yang dilakukan pemain bertahan Argentina menahan laju pergerakan penyerang muda Mbappe di awal babak pertama.
Semangat Muda Melawan Kemapanan Permainan
Uruguay menjalani empat laga melawan tim dengan gaya permainan yang lebih bervariasi. Timnas Mesir yang bermain ofensif namun cenderung tertutup mereka kalahkan 1 gol. Uruguay menekuk Arab Saudi yang memadukan permainan total football dan tiki-taka dengan satu gol, sementara saat menghadapi Rusia di pertandingan ketiga fase grup yang menerapkan pertahanan dan serangan balik justru dikalahkannya dengan tiga gol tanpa balas.
Babak 16-besar menjadi ujian pertama pasukan Tabarez. Menghadapi Portugal yang diasuh Fernando Santos dengan permainan jogo bonito dalam permainan terbuka hanya sanggup mengimbangi permainan Godin dan kawan-kawan. Christiano Ronaldo dan kawan-kawan dipaksa menelan kekalahan menghadapi permainan efektif pemain-pemain Uruguay. Dua gol yang dicetak Cavani adalah gambaran klasik proses terjadinya gol dari sebuah serangan yang dibangun secara terencana. Satu-dua dribling dan operan langsung menuju kotak penalti lawan dan dieksekusi oleh Cavani menjadi gol menjadi gambaran bagaimana Suarez dengan jeli membaca pergerakan pemain Portugal dan dalam saat bersamaan mengamati daerah-daerah pertahanan Portugal yang bebas dari penjagaan. Dua gol dari kaki Cavani adalah bukti efektifitas serangan Uruguay.
Sejauh ini pemain Uruguay cukup disiplin menerapkan pola serangan tersebut. Tidak terpancing untuk melakukan penetrasi hingga dirasa benar-benar memiliki peluang mencetak gol. Tabarez secara rapi menyusun strategi serangan dan pemain Uruguay menerjemahkannya dalam permainan yang rapi, dingin, dan tidak terburu-buru. Penguasaan bola dan permainan bukanlah yang utama, namun lebih penting bagaimana membangun ketersambungan antar lini. Pada titik ini Tabarez sedikit lebih unggul dibanding Deschamps.
Skuad muda le Blues sejauh ini telah berani menampilkan permainan level tinggi. Penyerang muda Mbappe tidak sekedar merepotkan barisan pertahanan Argentina yang dikomandoi oleh Rojo-Otamendi. Dalam kondisi normal rasanya sulit bagi pemain bertahan manapun menahan pergerakan Mbappe. Dua gol ke gawang Argentina yang dijaga oleh Armani menjadi bukti bagaimana kemampuan Mbappe membaca ruang-ruang kosong tidak terjaga, pergerakan dan akselerasi, serta tendangan yang kuat dan terarah menjadi modal bagi dirinya menjadi penyerang berbahaya di masa datang. Hanya mengandalkan disiplin bagi Caceres, Coates, Godin, dan Laxalt rasanya sulit menghentikan langkah Mbappe terlebih ketika dirinya mendapat sokongan dari gelandang-gelandang Prancis lainnya Kante-Pogba-Griezman.
Profil Mbappe yang bersahaja sejauh ini menguntungkan bagi kesebelasan Prancis yang dipenuhi bintang-bintang. Mbappe tidak serta merta memposisikan dirinya sebagai anak emas. Jika Deschamps mampu membangun kondusifitas tim, rasanya Prancis akan melaju lebih jauh. Namun begitu, Deschamps harus tetap berhati-hati dengan gaya permainan Uruguay yang tenang dan menghanyutkan. Pertahanan Prancis masih menyisakan celah yang bisa ditembus oleh Suarez dan Vecino. Dua gol yang dicetak Gabriel Mercado dan Sergio Aguero berawal dari lambatnya pemain belakang Prancis menutup pergerakan Messi. Dua gol yang tercipta dari assist Messi mirip dengan dua gol Cavani ke gawang Portugal. Artinya, jika pergerakan Suarez dan Vecino lepas dari pengawasan Umtiti, Varane, Pavard, kesebelasan Prancis dalam ancaman besar. Bagaimanapun, selain menjadi bomber di klubnya Barcelona Suarez adalah salah satu ahli assist yang sering memanjakan Messi. Dan di kesebelasan Uruguay, Cavani telah merasakan assist-assit Suarez.
Selama ini sejarah Piala Dunia masih berpihak pada kesebelasan yang bermain secara terorganisir, tidak terburu-buru untuk meraih dan Oscar Washington Tabarez sebagai guru paham betul bagaimana menerapkan textbook sepakbola dalam kesebelasan Uruguay yang dibawanya saat ini. Tabarez sedang merintis ke arah sana.
Pertandingan babak 8-besar antara Uruguay melawan kesebelasan Prancis akan berlangsung pada Jumat (6/7) di Stadion Nizhny, Novgorod.
Perkiraan susunan pemain:
Perancis (4-2-3-1) : Lloris (gk), Hernandez, Umtiti, Varane, Pavard, Toliso, Kante, Pogba, Griezman, Mbappe, Dembele. | pelatih: Didier Deschamps
Uruguay (4-4-2) : Muslera (gk), Caceres, Coates, Godin, Laxalt/Silva, Nandez, Bentancur, Vecino, Rodriguez/ Torreira, Cavani, Suarez.| pelatih: Oscar Tabarez
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...