Lebanon Mengalami Krisis Gas untuk Memasak
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon menghadapi krisis gas untuk memasak. Warga berbaris dalam antrian panjang pada hari Selasa (10/8) untuk mendapatkan gas menyusul peringatan kekurangan yang akan segera terjadi, karena krisis ekonomi menggerogoti pasokan impor dasar.
Lebanon, yang bergulat dengan krisis ekonomi yang disebut oleh Bank Dunia sebagai salah satu yang terburuk di planet ini sejak pertengahan abad ke-19, dalam beberapa bulan terakhir dilanda gelombang kelangkaan bahan pokok mulai dari obat-obatan hingga bahan bakar.
Gas, biasanya dijual dalam tabungdan digunakan secara luas di rumah dan bisnis untuk memasak dan memanaskan, dan telah tersedia di pasar. Tetapi importir memperingatkan akan segera bergabung dengan daftar barang langka, dan memicu kepanikan di seluruh negeri.
“Stok kita saat ini akan bertahan satu pekan,” kata Farid Zeynoun, yang mengepalai sindikat distributor gas dan minyak bumi. “Setelah itu, jika tidak ada solusi, gas yang digunakan di rumah akan dijual di pasar gelap.”
Zeynoun menyalahkan krisis pada keterlambatan bank sentral dalam membuka jalur kredit untuk mendanai impor.
Gas disubsidi oleh pemerintah dengan harga yang ditetapkan, tetapi dealer memperingatkan bahwa jika pasokan resmi habis, harga bisa naik lebih dari sepertiga.
Cadangan mata uang asing dengan cepat menipis, memaksa negara untuk mengurangi impor untuk menopang sedikit uang yang tersisa.
Zeynoun mengatakan bahwa sebuah kapal yang membawa 5.000 ton minyak bumi berlabuh di perairan Lebanon 17 hari yang lalu, tetapi sedang menunggu persetujuan dari pihak berwenang untuk menurunkan muatannya.
Kantor Berita Nasional resmi, NNA, melaporkan permintaan gas yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di distrik Akkar utara. “Perusahaan pengimpor telah berhenti memenuhi kebutuhan gas kami,” kata Walid Al-Hayek, kepala perusahaan distribusi gas, menurut NNA.
Hayek juga menyalahkan krisis pada keterlambatan bank sentral dalam membuka jalur kredit.
Di kota Sidon, orang-orang berbondong-bondong ke pemasok gas lokal untuk mengisi ulang tabung mereka. "Apakah ada yang lebih memalukan dari ini?" tanya Mohammad Ali Hasan, salah seorang yang mengantri, menunggu berjam-jam di bawah terik matahari.
"Kami menggunakan gas ... untuk memasak untuk anak-anak kami ... kami akan segera mengantri untuk air." (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...