Lebih dari 100 Spesies Baru Serangga Ditemukan di Sulawesi
SULAWESI, SATUHARAPAN.COM – Lebih 100 spesies serangga yang baru diketahui ilmu pengetahuan telah ditemukan di pulau Sulawesi. Ditemukan di hutan tropis terpencil, kumbang kecil ini sepertinya tidak diperhatikan selama puluhan tahun.
Semuanya, 103 jenis, berasal dari kelompok yang sama, weevils.
Para ilmuwan menamakan makhluk ini berdasarkan karakter Star Wars dan Asterix, termasuk Yoda, kumbang hijau mengkilat, dan Obelix, spesimen yang agak bulat.
Yang lain diambilkan dari nama ilmuwan, termasuk Charles Darwin, dan perintis DNA, Francis Crick dan James Watson.
Panjang kumbang hanyalah beberapa milimeter. Hanya satu anggota kelompok serangga ini yang pernah ditemukan sebelumnya di Sulawesi, pada tahun 1885.
Pulau yang terkenal akan alamnya yang eksotik, termasuk burung dan monyet, ditutupi hutan tropis di dataran rendah, meskipun sebagian besar sudah dibabat habis.
Para peneliti mengatakan, terdapat lebih banyak kumbang di sana.
"Penelitian kami masih belum selesai dan kemungkinan kami baru melihat permukaan," kata Raden Pramesa Narakusumo, kurator kumbang di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), LIPI, seperti dilansir bbc.com, pada 8 Maret lalu.
"Geologi Sulawesi rumit, dan banyak tempat yang tidak pernah diteliti kumbang kecilnya,” katanya.
Para ilmuwan mengatakan, sejumlah bukti menunjukkan ribuan spesies serangga yang belum diketahui hidup di hutan tropis pulau itu.
Meskipun demikian ini tidak mengubah gambaran laporan baru-baru ini terkait dengan penurunan serangga, karena dua masalah, kata ahli entomologi Dr Alexander Riedel, dari Natural History Museum Karlsruhe, Jerman, yang terlibat dalam kajian ini.
"Penurunan serangga yang saat ini kami bicarakan di Eropa kemungkinan besar karena peningkatan pertanian dan insektisida," katanya yang dilansir BBC News, pada Jumat (8/3).
"Sementara kekayaan keanekaragaman alam serangga di daerah tropis mengalami bahaya pengrusakan hutan tropis."
Di dunia, lebih dari satu juta spesies serangga telah tercatat sampai sekarang. Sejumlah kajian baru-baru ini mengisyaratkan penurunan dramatis populasi serangga di dunia.
Kehidupan serangga, berada di paling bawah dari rantai makanan dan mendukung sebagian besar kehidupan di Bumi.
Dr James Hogan dari Oxford Museum of Natural History mengatakan, kajian ini menggarisbawahi seberapa banyak keanekaragaman hayati yang masih belum ditemukan dan dicatat.
"Kenyataannya adalah ketika kita membicarakan keanekaragaman hayati, ini berarti persis seperti yang dijelaskan di sini - serangga kecil yang panjangnya kurang dari 5 mm," katanya.
"Karena keanekaragaman hayati semakin terancam adalah penting untuk melakukan kajain ini sebelum terlambat."
Kumbang diidentifikasi berdasarkan sekuen DNA yang tidak selalu tersedia bagi para ilmuwan di Indonesia. Serangga ini dari genus Trigonopterus. Penelitian ini diterbitkan di jurnal, ZooKeys.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...