Ledakan Bom di Tunisia Tewaskan 12 Pengawal Presiden
TUNISIA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Tunisia mengatakan bahwa seorang yang melakukan bom bunuh diri telah memicu ledakan pada hari Selasa (24/11) yang menewaskan 12 anggota pengawal presiden di pusat kota Tunisia.
Pihak berwenang mengatakan, mereka telah menemukan mayat di lokasi yang mereka percaya adalah seorang pengebom bunuh diri. Mereka juga mengatakan mereka telah menemukan sisa-sisa sabuk peledak.
ISIS pada hari Rabu (25/11), mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dalam sebuah pernyataan yang diposting secara online.
Pada siang hari, kerumunan kecil berkumpul di boulevard utama ibu kota untuk memberikan penghormatan kepada korban, meletakkan bunga, mengalungkan bendera nasional.
"Semua orang terkejut," kata Habiba Lamouchi, 50 tahun, seorang ibu rumah tangga yang datang untuk memberikan penghormatan kepada korban. "Saya tidak takut, kita adalah orang-orang yang berani yang sekarang sedang berduka," katanya.
Ledakan yang juga melukai 20 orang lainnya, mendorong pemerintah untuk menyatakan keadaan darurat dengan menutup sementara bandara, lokasi wisata, dan memberlakukan jam malam. Para pejabat juga menutup perbatasan selatan Tunisia dengan Libya selama 15 hari yang dimulai pada hari Rabu (25/11).
Tunisia adalah negara tunggal yang setelah pemberontakan Musim Semi Arab, mendirikan sebuah transisi demokrasi yang sejati dengan mengadopsi konstitusi baru pada 2013 dan memegang pemilihan presiden nasional pertamanya pada tahun 2014. Namun, transisi telah dirusak oleh serangan oleh kelompok-kelompok ekstremis Islam, termasuk dua tahun ini yang menewaskan lebih dari 60 orang di Bardo Museum Nasional di Tunisia dan di sebuah hotel resort di Sousse, sekitar 87 mil selatan Tunisia. Banyak korban adalah wisatawan asing.
Mayat korban pada hari Selasa, yang menaiki bus untuk berangkat bekerja, telah diidentifikasi. Peti mati mereka diletakkan di bawah bendera merah negara Tunisia di istana presiden pada hari Rabu (25/11).
Jenazah ke-13 di lokasi kejadian belum diidentifikasi dan diduga merupakan bagian tubuh dari pembom bunuh diri, media berita di Tunisia melaporkan.
Seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya, yang mewakili pengawal presiden, kepada Radio Mosaique FM, menyatakan saksi melihat seorang pemuda mencoba untuk naik bus dan ia meledakkan bomnya.
Ledakan itu menghancurkan bus dan meniup jendela di gedung bertingkat tinggi di dekatnya.
Ibu Lamouchi, ibu rumah tersebut, mengatakan pembom itu pengecut, bukan seorang Muslim, dan tidak berpendidikan.
"Kami tidak tahu dia. Agama kami tidak akan melakukan ini,” ia menambahkan. (nytimes.com/feb)
Editor : Bayu Probo
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...