Ledakan di Beirut: Siapa Pemilik Amonium Nitrat?
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Amonium nitrat, senyawa yang mudah meledak, dan dalam jumlah besar diduga kuat penyebab ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8) malam. Tapi siapakah pemilik material itu? Dan mengapa barang berbahaya berada di sana?
Berbagai pemberitaan dengan sumber dari pejabat Lebanon mengarah pada dugaan kuat amonium nitrat yang disimpan di gudang di hanggar 12 di dekat kota Beirut yang padat penduduknya sejak tahun 2013. Ledakan di Beirut itu telah merenggut setidaknya 145 nyawa, rubuan terluka, dan ratusan ribu kehilangan rumah, karena hancur.
Surat kabar Inggris, Telegraph, menyebutkan bahwa anggota dan afiliasi Hizbullah sebelumnya telah ditangkap di London dan Siprus terkait amonium nitrat. Menurut pemberitahuan hukum yang diverifikasi dari sebuah firma hukum Lebanon, bahan kimia tersebut diturunkan dari kapal tanker berbendera Moldova pada tahun 2013 dan telah disimpan di sana sejak saat itu.
Tidak ada bukti saat ini bahwa materi yang disimpan di pelabuhan adalah milik Hizbullah, tetapi ada beberapa berspekulasi bahwa bahan kimia tersebut mungkin terkait dengan organisasi tersebut, yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS dan negara lain.
“Fakta bahwa sejumlah besar bahan peledak hanya berada di Pelabuhan Beirut, yang telah lama dicurigai dieksploitasi oleh Hizbullah untuk perdagangan gelap dan penyelundupan, menimbulkan pertanyaan yang meresahkan terkait kelompok teror yang didukung Iran, yang merupakan perekat politik itu? Menyatukan pemerintah Lebanon saat ini, memiliki niat untuk menyebarkan materi itu dalam sebuah serangan,” tulis Jonathan Schanzer, Wakil Presiden Senior di Foundation for Defense of Democracies (FDD), dikutip Al Arabiya.
Di Twitter, Schanzer juga menunjuk pada laporan lama yang baru-baru ini muncul kembali tentang Hizbullah dan afiliasinya yang menimbun sejumlah amonium nitrat di tempat lain, termasuk di London.
Amonium Nitrat di London dan Siprus
Menurut Telegraph, MI5 Inggris dan Polisi Metropolitan menemukan tiga metrik ton amonium nitrat di barat laut London pada musim gugur tahun 2015, setelah menggereb properti milik "radikal yang terkait dengan Hizbullah." Seorang pria berusia 40-an ditangkap tetapi kemudian dibebaskan, kata Telegraph, setelah mendapat informasi dari pemerintah asing.
Bahan tersebut dilaporkan telah disimpan dalam bungkusan es, yang "memberikan penutup yang sempurna" karena mudah diangkut dan sulit dibuktikan bahwa mereka digunakan untuk bahan peledak, menurut sumber yang berbicara kepada Telegraph.
Dalam kasus yang sama, seorang anggota Hizbullah ditangkap dengan lebih dari 65.000 paket es di Siprus. Hussein Bassam Abdallah, seorang berkewarganegaraan ganda Lebanon dan Kanada, ditangkap oleh polisi di Siprus pada tahun 2015 dan mengakui dia adalah anggota sayap Hizbullah selama interogasi, lapor Telegraph.
“Abdallah mengatakan 8,2 ton amonium nitrat yang disimpan untuk serangan teroris. Dia mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara pada Juni 2015,” tambah surat kabar itu. Dia dilaporkan juga ditemukan dengan paspor Inggris palsu, menunjukkan bahwa dia mungkin terkait dengan kasus di Inggris.
Terkait Pemboman Burgas?
Bahan kimia tersebut dilaporkan digunakan dalam pemboman Burgas tahun 2012 di Bulgaria. Serangan bom bunuh diri itu dilakukan di sebuah bus yang membawa turis Israel yang menewaskan enam orang dan melukai 32 lainnya.
Hizbullah telah banyak dituduh melakukan serangan itu, dan pada 2013, Kementerian Dalam Negeri Bulgaria merilis foto-foto dua anggota Hizbullah yang diduga melakukan pemboman tersebut.
Menurut Washington Institute, para penyelidik percaya bahwa bahan peledak yang digunakan dalam serangan Burgas mungkin berasal dari bahan kimia yang disimpan di Siprus. Namun Hizbullah menyangkal keterlibatan dalam serangan itu.
Penyelidikan Internasional
Tidak percayaan pemimpin kelompok Druze untuk penyelidikan ledakan ini, dan mengundang penyelidikan internasional, mungkin terkait dugaan ada masakah serius di dalam Lebanon sendiri tentang kebedaraan material yang sangt eksplosif itu.
Politisi senior Lebanon dari kelompok Druze, Walid Jumblatt, pada hari Kamis (6/8) menyerukan penyelidikan internasional atas ledakan di pelabuhan Beirut dan mengatakan dia "tidak percaya" pada pemerintah untuk menemukan kebenaran tentang hal itu.
“Kami tidak memiliki kepercayaan sama sekali pada “geng” yang berkuasa ini,” kata Jumblatt, yang partainya memiliki anggota di parlemen tetapi tidak berada di kabinet, yang mulai menjabat pada Januari dengan dukungan dari gerakan Hizbullah dan sekutunya.
Jika bukan karena bantuan negara-negara asing dan wilayah Arab, "Lebanon akan hilang," katanya, menyerukan perlunya "netralitas pemerintah." (Sumber: Reuters/Telegraph/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...