Ledakan Pipa di Pangalengan, Dua Warga Tewas
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Pipa gas panas bumi di Kampung Cibitung, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, meledak sekitar pukul 14.40, Selasa (5/5), dua orang warga setempat tewas akibat kejadian tersebut.
"Jadi, berdasarkan keterangan yang kami dapatkan di lokasi kejadian, jam 14.40 WIB, sudah ada bunyi ledakan di sana. Dua orang tewas," kata Kapolres Bandung AKBP Erwin Kurniawan ketika dihubungi melalui telepon.
Seperti diketahui, pipa panas bumi milik Star Energy di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, meledak akibat pergerakan tanah. Ledakan tersebut memicu longsor yang menimbun rumah penduduk.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan empat orang korban longsor di Kampung Cibitung RW 15 desa Margamukti, kecamatan Pangalengan, kabupaten Bandung, Jawa Barat, ditemukan pada Rabu (6/5) pagi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya, menuturkan keempat korban tewas tersebut dua laki-laki yakni Iran (55), Pardi (70) serta dua perempuan masing-masing Dating (60) dan Naela (1,5).
Satu orang luka berat yaitu, Rukman dirawat di RS Al Ihsan Bandung, dan delapan orang luka ringan sudah pulang ke rumah mereka atau kerabatnya.
Diperkirakan masih ada sembilan orang masih tertimbun longsor, dan sebanyak 123 orang mengungsi di balai desa dan di rumah saudaranya, karena takut adanya longsor susulan. Kerugian materiil lain adalah delapan rumah tertimbun longsor dan pipa gas putus.
Gejala longsor ini sesungguhnya sudah diperiksa oleh Tim Gerakan Tanah, (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) PVMBG, Badan Geologi, pada 2 Mei 2015 atas permintaan BPBD kabupaten Bandung.
Hasil pemeriksaan lapangan menunjukkan kemiringan lereng terjal dan tanah pelapukan breksi/ batuan vulkanik cukup tebal.
Terlihat retakan dan nendatan (gerakan massa biasanya berupa tanah yang relatif tebal yang bergerak melalui bidang lengkung) sedalam 2,5 meter, panjang 500 meter. Longsoran mengancam satu kampung yang terdiri dari 52 Kepala Keluarga (200 jiwa) dan mengancam pipa panas bumi Star Energy sepanjang 500 meter.
Rekomendasi yang telah disampaikan yaitu, kepada Star Energy untuk memindahkan jalur pipa karena gerakan tanah terus berlangsung dan kepada BPBD untuk melakukan evakuasi penduduk kampung mengingat curah hujan masih berlangsung.
Kejadian longsor sering tidak pasti. Meskipun sudah ada retakan dan rayapan, tidak seketika langsung terjadi longsor. Butuh waktu yang lama untuk terjadi longsor.
Hal inilah yang sering menyebabkan masyarakat tidak mau dievakuasi, karena tidak yakin dengan ancamannya dan alasan faktor-faktor sosial dan ekonomi. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...